Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iftida Yasar
"ABSTRAK
Dalam berbagai kesempatan, baik melalui media
massa, seminar dan pembicaraan sehari-hari, selalu
dibicarakan mengenai masalah disiplin. Bagi orang tua
penerapan dan peningkatan disiplin pada anak adalah hal
yang teramat penting. Dalam dunia kerja, disiplin
diperlukan agar produktivitas meningkat, dan dalam dunia
olahraga disiplin mutlak diperlukan, karena tanpa
disiplin seorang atlet yang berbakat dan berprestasi akan
dikalahkan oleh mereka yang mempunyai disiplin tinggi.
Pembentukan disiplin memerlukan waktu yang lama
dan dilakukan secara terus menerus. Peranan orang tua,
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat
panting bagi perkembangan disiplin seseorang. Jika orang
tua berhasil mendisiplinkan anak, maka anak akan
mengembangkan peraturan sendiri bagi dirinya (self
regulation). Mereka akan punya kemampuan untuk mengontrol
tingkah laku yang sesuai dengan situasi tertentu (Macoby
dan Martin, dalam Hoffman Paris dan Hall, 1994).
Pembentukan disiplin dapat juga dilakukan
melalui peraturan yang ada disekolah, dan juga kegiatan
lain yang berupa kegiatan mengasah kemampuan intelektual,
meningkatkan ketrampilan atau kegiatan lainnya. Olah raga
juga dapat dijadikan sebagai sarana kegiatan pembentukan
disiplin, terutama pada remaja. Olah raga disamping dapat
menyehatkan badan, juga dapat memuaskan kesenangan
seseorang akan sesuatu.
Masa remaja dapat dikatakan sebagai masa yang
penuh gejolak dan dinamika. Mereka mengalami perkembangan
fisik, mental intelektual, emosi dan sosialnya. Remaja
adalah asset bangsa yang potensial, dalam rangka mencari
identitas diri, mereka perlu dibantu diarahkan dan
dibina.
Olah raga karate dapat dijadikan Salah satu
alternatif dalam rangka pembentukan disiplin remaja.
Banyak yang beranggapan olah raga karate adalah olah raga
keras, kasar dan hanya bertujuan membentuk fisik. Padahal
pembinaan olah raga karate juga menekankan pada masalah
pembinaan mental, fisik dan tehnik karate. Ada filosofi
karate yang terdapat dalam sumpah karate itu sendiri yang
berisi ajaran hagaimana pembentukan kepribadian seseorang
yang dilandasi dengan sifat kejujuran, mempertinggi
prestasi, menguasai diri, sopan santun yang bertujuan
membentuk disiplin diri. Karate merupakan kegiatan yang
tepat bagi remaja agar mereka dapat tumbuh disiplin.
Sehat baik mental maupun fisik.
Penelitian ini dikenakan pada para remaja yang
berlatih karate di Daerah Jakarta selatan. Masalah pokok
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh Persepsi terhadap pelatih, Tingkat sabuk, dan
Kebiasaan berlatih terhadap pembentukan Disiplin Diri
remaja yang berlatih karate. Sebagai generasi penerus
bangsa, remaja sangatlah panting peranannya. Untuk itu
mereka perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
dalam pembinaan dan pembentukan disiplin dirinya.
Pembentukan disiplin diri memerlukan waktu yang lama dan
dilakukan secara terus henerus. Melalui olah raga karate
diantaranya diharapkan dapat membentuk disiplin diri.
Temuan penelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1."Tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi
terhadap pelatih dengan Disiplin diri", dengan kata
lain walaupun semakin tinggi persepsi terhadap
pelatih bukan berarti semakin tinggi disiplin diri
remaja yang berlatih karate.
2. "Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
sabuk dengan disiplin diri", dengan perkataan lain
semakin tinggi tingkat sabuknya hukan berarti semakin
tinggi disiplin dirinya.
3. "Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
berlatih dengan disiplin diri" remaja yang berlatih
karate. Ini berarti bahwa dengan makin baiknya
kebiasaan berlatih, tidak mengakibatkan semakin
meningkatnya disiplin diri.
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi
terhadap pelatih, tingkat sabuk dan kebiasaan
berlatih dengan disiplin diri remaja yang berlatih
karate.
Hal ini berarti ketiga variabel tadi tidak memberikan
sumbangan yang bermakna terhadap pembentukan disiplin
diri remaja yang berlatih karate.
Dari hasil temuan tadi dapat dikatakan, bahwa
terbentuknya disiplin diri remaja yang berlatih karate
bukan dikarenakan persépsinya terhadap pelatih, tingkat
sabuk atau kebiasaannya herlatih. Bisa juga remaja yang
berlatih karate dikarenakan seleksi alam sudah mempunyai
disiplin diri, atau adanya faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan disiplin dirinya, seperti pendidikan, usia,
orang tua ataua lingkungannya. Dengan demikian perlu
diperhitungkan faktor lain yang merupakan variabel lain
yang mempengaruhi pembentukan disiplin remaja.
Penelitian ini hendaknya juga dilanjutkan untuk
melihat faktor apakah dari karate yang dapat mempengaruhi
pembentukan disiplin diri remaja yang berlatih karate.
Mungkin ada faktor lain diluar ketiga faktor tadi yang
mempengaruhi pembentukan disiplin diri
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wibawarta
"ABSTRAK
Hubungan Jepang-Indonesia sudah berlangsung sejak lama, jauh sebelum perang dunia II. banyak aspek dalam hubungan Jepang dan Indonesia yang luput dari perhatian, salah satunya adalah hubungan dalam bidang seni beladiri.
Seni beladiri Jepang masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur atau cara. Namun yang paling fenomenal ketika banyak mahasiswa Indonesia memperoleh beasiswa untuk belajar di Jepang, sebagai hasil dari perjanjian pembayaran pampasan perang. Tak diduga ternyata banyak mahasiswa Indonesia yang mempelajari berbagai seni beladiri Jepang dan membawanya pulang ke Indonesia.
Di Indonesia, seni bela diri Jepang, seperti karate dan judo, dengan cepat merebut perhatian masyarakat dan menjadi sangat populer, bahkan mampu menggusur seni beladiri asli Indonesia, pencak silat.
Dalam perjalanannya, seni beladiri Jepang telah berhasil menegakkan eksistensinya, sekalipun masalah-masalah organisasi, teknik dan dana tetap ada."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Puspita Sari
"Taekwondo merupakan salah satu representasi jenis cabang olah raga beladiri berasal dari Korea Selatan yang sudah dikenal dan tersebar di kalangan komunitas internasional. Seiring dengan perkembangan budaya popular Korea (Hallyu) yang di dalamnya meliputi film, drama TV, musik popular (K-pop), fashion, bahasa, dan makanan, hallyu memberi dampak positif terhadap popularitas beladiri Taekwondo sebagai bagian dari seni beladiri pertunjukan. Taekwondo tidak hanya dilihat sebagai jenis beladiri dan olahraga yang dipertandingkan, tetapi juga telah dijadikan sebagai seni pertunjukan da hiburan yang dapat dinikmati banyak orang. Seni pertunjukan Taekwondo ini dipopulerkan oleh salah satu tim Taekwondo di Korea yang bernama K-Tigers. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tim K-tigers mengkomodifikasikan seni beladiri Taekwondo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan menggunakan sumber-sumber data sekunder dan sumber-sumber daring (online) dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga hal komodifikasi budaya dalam seni beladiri Taekwondo yang dilakukan oleh tim K-Tigers antara lain (1) Taekwondo dance; (2) Taekwondo dijadikan sebagai seni pertunjukan `K- Tigers Live Show`; dan (3) modifikasi baju Taekwondo (dobok) yang digunakan sebagai kostum pertunjukan.

Taekwondo is a representation of a type of martial arts branch from South Korea well known and spread among international community. Along with teh development of Korean popular culture (Hallyu) which includes films, TV dramas, popular music (K-pop), fashion, language, and food, Hallyu TEMPhas a positive impact on teh popularity of Taekwondo martial arts as part of martial arts performance. Taekwondo is not only seen as a type of martial arts and sports dat are contested, but also been used as a performance and entertainment art can be enjoyed by many people. Taekwondo performance art was popularized by one of teh Taekwondo teams in Korea called K-Tigers. Based on teh description above, dis study aims to analyze how Taekwondo martial art commodified by K-Tigers team. dis research uses library research methods using secondary data and online sources with qualitative descriptive analysis. Teh results of dis study indicate dat there are three things of cultural commodification of Taekwondo martial art by K-Tigers team, including (1) Taekwondo dance; (2) Taekwondo become performance art called `K- Tigers Live Show`; and (3) modification of Taekwondo clothes (dobok) used as performance costumes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library