Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riefyan Adhi
Abstrak :
Salah satu cara pencegahan penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan serat perhari Bekatul merupakan bahan pangan lokal yang mengandung tinggi serat oleh karena itu bekatul digunakan untuk bahan substitusi dari tepung terigu dalam produk brownies kukus Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk menciptakan brownies dengan rasa yang enak dan mengandung tinggi serat Terdapat 4 perlakuan substitusi bekatul yaitu 100 70 30 dan 0 sebagai brownies kontrol Analisis zat gizi dilakukan di PT Saraswati Indo Genetech Bogor dan uji hedonik dilakukan di Perpustakaan Pusat UI dengan 40 orang panelis Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rasa warna aroma dan keseluruhan brownies Brownies berbahan dasar bekatul mengandung memiliki serat tertinggi dengan 9 29 gr serat dalam satu kali penyajian 24 gr. ...... One way to prevent coronary heart disease can be done by increasing daily dietary fiber intake Rice bran is Indonesian rsquo s local food with high content of dietary fiber therefore rice bran used to substitute wheat flour in steamed brownies This experiment research purpose is to obtain delicious brownies with high fiber content There were 4 modification for rice bran substitution 100 70 30 and 0 as a control brownies Nutrition analysis took place in Saraswati Indo Genetech Laboratory and Hedonic test took place in University of Indonesia rsquo s library with 40 panelists Result for this experiment showed there is no significant difference in taste color flavor and the entirety of steamed brownies Brownies with 100 bekatul had the highest fiber with 9 29 gr dietary fiber per serving 24 gr
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Endah Wahyuningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Ampas tahu di Indonesia cukup besar untuk dimanfaatkan, yaitu 6.387,188 ton pada tahun 1982. Salah satu cara memanfaatkan ampas tahu menjadi bahan pangan adalah dengan cara fermentasi. Mikroorganisrae yang berperan adalah kapang dari genus Rhizopus dan Neurospora. Pada pembuatan tempe gembus dengan campuran bekatul, sejauh ini belum diketahui manfaat terhadap nilai gizinya; mengingat bekatul merupakan sumber thiamin akan tetapi Rhizopus membutuhkan thiamin untuk pertumbuhannya. Analisis thiamin dalam tempe gembus ini dilakukan dengan memberikan enzim taka diastase dan larutan para-amino-asetofenon.

Selama proses fermentasi, pola kenaikan dan penurunan thiamin pada tempe gembus campuran bekatul 0% dan 5% sama, yaitu kadar thiamin naik sampai inkubasi 24 jam, kemudian turun pada inkubasi 30 jam dan naik lagi pada 48 jam inkubasi, Uji Tukey pada .kedua campuran bekatul ini, untuk tempe dengan waktu inkubasi 24 dan 30 jam tidak berbeda nyata. Hasil itu adalah: 1353,1895∂ (0%bekatul, 24 jam), 1249,834 3∂ (0% bekatul, 30 jam), 1098,227 ∂ (5% bekatul, 24 jam), dan 865,396∂ (5% bekatul, 30 jam). Pada tempe campuran bekatul 10% polanya berbeda, yaitu terjadi penurunan pada inkubasi 24 jam, kemudian naik pada 30 jam dan 48 jam inkubasi. Uji Tukey antara tempe inkubasi 24 jam (1141,648∂) berbeda nyata dengan tempe inkubasi 30 jam (1363,461 ∂).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Rahma
Abstrak :
Fenomena stres oksidatif berperan dalam berbagai patogenesis penyakit termasuk infertilitas pada pria. Meningkatnya peroksidasi lipid pada membran sel spermatozoa menyebabkan penurunan kualitas sperma. Tingkat kerusakan sel akibat stress oksidatif dapat diukur dengan kadar malondialdehid (MDA). Bekatul merupakan hasil samping proses penggilingan padi yang diketahui memiliki kandungan antioksidan; vitamin E dan oryzanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bekatul terhadap kadar MDA testis tikus yang diinduksi CCl4. Dua puluh empat sampel tikus dibagi ke dalam 6 kelompok; kontrol (K), bekatul 200 mg/kg BB (P1), bekatul 400 mg/kg BB (P2), CCl4 (P3), 200 mg/kg BB+ CCl4 (P4), dan 400 mg/kg BB+CCl4 (P5). Tikus diadaptasi selama 7 hari. Pemberian bekatul pada kelompok P1, P2, P4, dan P5 dilakukan selama 8 hari setelah adaptasi. Sedangkan induksi CCl4 0,55mg/kg BB pada kelompok P3, P4, dan P5 dilakukan pada hari ke 9-11. Pemberian CCl4 pada kelompok P3 menghasilkan kadar MDA yang lebih tinggi bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,028). Pemberian bekatul pada kelompok P2 menunjukkan kadar MDA yang lebih rendah bermakna dibandingkan kontrol (p=0,046). Kadar MDA yang lebih rendah secara signifikan juga terlihat pada kelompok P4 dan P5 dibandingkan kelompok P3 dengan nillai p berturut-turut 0,037 dan 0,005. Hasil penelitian menunjukkan pemberian bekatul dapat menghasilkan kadar MDA yang lebih rendah pada testis tikus yang diinduksi CCl4. Ini membuktikan potensi bekatul sebagai agen protektif terhadap peroksidasi lipid pada jaringan testis tikus. ...... The phenomenon of oxidative stress involves in pathogenesis of several diseases including infertility in men. High lipid peroxidation on membrane of spermatozoa decreases sperm quality. Cell damage caused by oxidative stress can be measured with malondialdehyde (MDA). Rice bran as a byproduct of the rice milling process is known to have antioxidant properties;vitamin E and oryzanol. This research aimed at evaluating the effect of rice bran on MDA level in rat?s testes induced by CCl4. Twenty four male Sprague dawley rats were divided into six groups; Untreated (K), rice bran 200 mg/kg BW (P1), rice bran 400 mg/kg BW (P2), CCl4 (P3), rice bran 200 mg/kg BW+ CCl4 (P4), and rice bran 400 mg/kg BW+ CCl4 (P5). Rats were adapted on 7 days. Group P1, P2, P4, and P5 were administered with rice bran on 8 days after adaptation. Group P3, P4, and P5 were administered with CCl4 0,55mg/kg BW from day 9-11. Administration of CCl4 on group P3 caused a greater MDA level compared to the untreated group (p=0.028). Administration of rice bran on group P2 showed a lower MDA level compared to the untreated group (p=0.046). The MDA levels of group P4 and P5 were also significantly lower compared to group P3 with p value consecutively 0.037 and 0.005. This study shows that the administration of rice bran results in a lower MDA level in rat?s testis induced by CCl4. It proves the potency of rice bran as protective agent against lipid peroxidation in rat?s testes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Melia Utami
Abstrak :
Radikal bebas merupakan senyawa reaktif yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Peningkatannya dalam tubuh menimbulkan kerusakan oksidatif. Salah satu organ yang rentan adalah otak. Antioksidan endogen tidak cukup menetralkan radikal bebas. Konsumsi antioksidan eksogen dibutuhkan untuk membantu menangkal radikal bebas, salah satunya adalah bekatul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bekatul terhadap otak tikus yang diinduksi CCl4 dengan parameter kadar MDA. Sampel menggunakan 24 ekor tikus jantan Sprague-Dawley berusia 6 - 8 minggu dengan BB + 100 - 200 g yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kontrol normal (P1), kontrol negatif diberi CCl4 (P2), bekatul 200 mg/kgBB (P3), bekatul 400 mg/kgBB (P4), bekatul 200 mg/kgBB+CCl4 (P5), bekatul 400 mg/kgBB+CCl4 (P6). Setelah perlakuan dilakukan pengukuran kadar MDA. Hasil penelitian diperoleh kadar MDA pada P3 dan P4 lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol normal. Dan kadar MDA pada kelompok P2 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol normal. Selain itu, kadar MDA pada kelompok P5 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol negatif sedang pada kelompok P6 lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif. Penelitian diuji dengan One-Way Anova memperoleh perbedaan bermakna dengan nilai p<0,05. Pemberian bekatul 400mg/kgBB pada otak yang diinduksi CCl4 menurunkan kadar MDA. Hal ini mengindikasikan potensi bekatul sebagai antioksidan. ...... Free radical is a reactive compound which has unpaired electron in its outer orbital. Its increased in the body cause oxidative stress. One of the organs which at risk to have oxidative stress is brain. Endogenous antioxidants are insufficient to neutralize free radicals in the body. Consumption of exogenous antioxidant is needed to support neutralizing free radicals, one of them is rice bran. This study was aimed to measure the effect of rice bran extract as antioxidant in rat's brain induced by CCl4. The parameter used was MDA levels. Samples were 24 male Sprague-Dawley 6-8 year old rats weighted + 100-200 g. Samples were divided into 6 groups. Those were normal control (P1), negative control were given CCl4 (P2), 200 mg/kg BW rice bran (P3), 400 mg/kg BW rice bran (P4), 200 mg/kg BW rice bran+CCl4 (P5), 400 mg/kg BW rice bran+CCl4 (P6). MDA levels were measured after intervention. The result shows MDA levels in P3 and P4 group lower than normal control group. And MDA levels in P2 group higher than normal control group. Moreover, MDA levels in P5 group higher than negative control group and MDA levels while in P6 group lower than negative control group. According to One-Way Anova test result, there was a significant difference with p value < 0.05. Effect of 400 mg/kg BW rice bran feeding to brain induced by CCl4 may reduce MDA levels. Those results indicated a potential rice bran as antioxidant.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Djoko Wahono
Abstrak :
Bekatul atau katul (rice bran) adalah hasil tambahan pabrik penggilingan padi. Bekatul dimanfaatkan untuk bermacam-macam tujuan, tetapi yang paling banyak adalah untuk bahan makanan ternak. Penentuan mutunya dilakukan dengan cara menentukan kadar proteinnya. Percobaan ini bertujuan mencarr cara penentuan mutu bekatul yang cukup teliti, mudah dan sederhana. Maksudnya agar dapat dilakukan oleh peternak-peternak kecil yang tidak mempunyai peralatan laboratorium lengkap. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan menentukan kadar abu yang tak larut baik dalam air maupun dalam asam mineral encer dapat dihitung kadar protein bekatul, dengan bantuan grafik. Cara ini lebih mudah dilakukan dan hasilnya cukup teliti karena kesalahannya maksimum 2,5%.
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1978
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Kamal Nasser
Abstrak :
Radikal bebas merupakan molekul yang mengandung oksigen dan bersifat sangat reaktif. Peningkatan radikal bebas di dalam tubuh menyebabkan kerusakan oksidatif. Salah satu organ yang rentan terhadap kerusakan oksidatif adalah testis karena laju pembelahan sel yang cepat pada proses spermatogenesis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bekatul varietas IPB3S terhadap organ testis tikus yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 menggunakan parameter glutation GSH . Duapuluh empat ekor tikus Sprague-Dawley jantan berusia 6-8 minggu dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan yaitu kontrol, CCl4 0,55 mg/KgBB, bekatul 150 mg/KgBB, bekatul 150 mg/KgBB CCl4 0,55 mg/KgBB, bekatul 300 mg/KgBB, bekatul 300 mg/KgBB CCl4 0,55 mg/KgBB. Setelah perlakuan dilakukan pengambilan organ testis tikus untuk dihitungan kadar GSH dengan menggunakan metode Ellman kemudian dianalisis menggunakan software SPSS. Hasil penelitian didapatkan peningkatan kadar GSH pada kelompok pemberian bekatul dan penurunan GSH pada kelompok yang diinduksi CCl4 bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan tertinggi dimiliki kelompok dengan perlakuan bekatul dosis 300 mg/KgBB. Peningkatan kadar GSH pada kelompok perlakuan bekatul mengindikasikan potensi ekstrak bekatul sebagai antioksidan. ...... Free radical is a molecule containing oxygene which is very reactive. Increase in free radical in the body cause oxidative damage. One of the organs which at risk to have oxidative damage is testes due to high cell division rate in spermatogenesis process. The present study was aimed at evaluating the protective effects of IPB3S rice bran extract against carbon tetrachloride CCl4 induced oxidative stress and testes injury in male adult Sprague Dawley. The parameter used was glutathion GSH levels. Twenty four male Sprague Dawley were devided equally into 6 groups for the assesment. Rats of group I received no treatments. Rats of group II were treated with CCl4 0,55 mg KgBB. Rats of group III were treated with rice bran extract 150 mg KgBB. Rats of group IV were treated with rice bran extract 150 mg KgBB CCl4 0,55 mg KgBB. Rats of group V were treated with rice bran 300 mg KgBB, and rats of group VI were treated with rice bran 300 mg KgBB CCl4 0,55 mg KgBB. GSH levels in testes organ were measured using Ellman rsquo s method after the intervention. The results showed elevation of GSH levels in bekatul treated group and decrease of GSH levels in CCl4 treated group with respect to control group. Group of rice bran extract 300 mg KgBB showed the highest elevation of GSH levels. Those results indicates a potential rice bran extracts as antioxidants.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rohmawati
Abstrak :
Stres oksidatif dihasilkan sebagai akibat dari jumlah ROS (reactive oxygen spesies) yang berlebih di dalam tubuh yang dapat merusak jaringan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara oksidan (ROS) dan antioksidan sebagai penangkalnya. Kadar antioksidan di dalam tubuh dapat ditingkatkan dengan cara mengonsumsi makanan yang mengandung zat antioksidan, misalnya bekatul. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bekatul sebagai antioksidan dengan mengukur kadar GSH pada ginjal tikus diintoksikasi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Pada penelitian ini menggunakan 24 tikus jantan galur Sparague Dawley yang dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol normal (K1) tidak mendapat perlakuan, kelompok kontrol negatif (K2) diberikan CCl4 0,55 mg/kg BB. Perlakuan 1 (P1) dan P2 diberikan bekatul 200 mg/kg BB. P3 dan P4 diberikan bekatul 400 mg/kg BB. Kemudian, kelompok P2 dan P4 diberikan CCl4 dengan dosis 0,55 mg/kg BB. Masing-masing kelompok tersebut dilakukan pengukuran kadar GSH. Setelah itu, dilakukan analisis data dengan menggunakan One Way Anova. Hasil penelitian didapatkan kadar GSH pada K2, P1 dan P2 lebih tinggi dibandingkan kontrol normal dan kadar GSH P3, P4 lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif. Peningkatan kadar GSH yang bermakna terdapat pada kontrol negatif serta kelompok bekatul 400 dengan bekatul 200 + CCl4 dengan nilai p< 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bekatul berpotensi sebagai antioksidan apabila dilihat secara grafik, karena kadar GSH pada rata-rata kelompok perlakuan cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan kontrol normal dan kontrol negatif. ...... Oxidative stress produced as a result of the amount of ROS (reactive oxygen species) are excessive in the body that can damaged tissue. This is caused by an imbalance between oxidants (ROS) and antioxidant as an antidote. Levels of antioxidants in the body can be increased by eating foods that contain antioxidants, such as bran. Therefore, the aim of this study was to determine the potential of rice bran as an antioxidant by measuring the levels of GSH in kidney diintoksikasi rats with carbon tetrachloride (CCl4). In this study using 24 male rats Sparague Dawley strain were divided into 6 groups. Normal control group (K1) untreated, negative control group (K2) is given CCl4 0.55 mg / kg. Treatment 1 (P1) and P2 given bran 200 mg / kg. P3 and P4 are given bran 400 mg / kg. Then, the group P2 and P4 are given CCl4 with a dose of 0.55 mg / kg. Each group measured levels of GSH. After that, data analysis using One Way Anova. The result showed the levels of GSH on K2, P1 and P2 higher than normal control and GSH levels P3, P4 higher than the negative control. A significant increase in GSH levels found in the negative controls as well as groups with bran bran 400 200 + CCl4 with a value of p <0.05. Thus, it can be concluded that the bran potential as an antioxidant when seen in the chart, because the levels of GSH in the average treatment groups tends to increase as compared with normal controls and negative controls.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikrina Aulia Sholihah
Abstrak :
Stres oksidatif yang diduga berperan dalam patogenesis penyakit kardiovaskular terjadi akibat sistem pertahanan tubuh yang tidak adekuat untuk mengatasi produksi radikal bebas yang meningkat. Bekatul merupakan produk samping padi (Oryza sativa) dengan kandungan antioksidan yang mampu mendukung sistem pertahanan tubuh melawan radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan antioksidan pada bekatul terhadap kerusakan jantung tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Parameter yang diukur yaitu malondialdehid (MDA) dengan metode Wills. MDA merupakan produk peroksidasi lipid. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley usia 6-8 minggu dengan berat 100-200 gram. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kontrol normal (K1), bekatul 200 mg/kgBB (K2), bekatul 400 mg/kgBB (K3), CCl4 0,55 mg/gBB (K4), bekatul 200 mg/kgBB + CCl4 0,55 mg/gBB (K5), bekatul 400 mg/kgBB + CCl4 0,55 mg/gBB (K6). Setelah perlakuan dilakukan pengukuran kadar MDA. Data penelitian dianalisis dengan uji one-way ANOVA. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan kadar MDA pada K3 lebih rendah secara signifikan terhadap K1, kadar MDA pada K5 lebih rendah secara signifikan terhadap K4, kadar MDA pada K6 lebih rendah secara signifikan terhadap K4. Kadar MDA yang rendah secara signifikan pada pemberian bekatul tersebut mengindikasikan bekatul sebagai sumber antioksidan yang cukup poten dalam melawan radikal bebas
Oxidative stress, which may contribute to pathogenesis of cadiovascular vents, is a result from inadequate body defense system against increased free radicals. Rice bran is byproduct of rice (Oryza sativa) milling which contains antioxidant component to support the body defense system. The aim of this study was to determine antioxidant component ability of rice bran against heart induced by CCl4. The biomarker measured was malondialdehyde (MDA). MDA is one of lipid peroxidation products. This experimental study used 24 white male Sprague-Dawley 6-8 week old rats, weighted between 100-200 g. These rats were divided into six groups. These groups were normal control (K1), 200 mg/kg BW rice bran (K2), 400 mg/kg BW rice bran (K3), 0.55 mg/g BW CCl4 (K4), 200 mg/kg BW rice bran + 0.55 mg/g BW CCl4 (K5), and 400 mg/kg BW rice bran + 0.55 mg/g BW CCl4 (K6). After obtaining the MDA levels, the data were analyzed using one-way ANOVA test. The result of one-way ANOVA test shows a mean difference (p < 0.05). This study shows lower levels of MDA in K3 compared to K1 significantly, K5 compared to K4 significantly, and K6 compared to K4 significantly. These significant low levels of MDA because of rice bran feeding indicated potent antioxidant content in rice bran
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Zakiah Syahsah
Abstrak :
Latar belakang: Dikarenakan fungsinya, hati merupakan organ yang rentan mengalami hepatotoksisitas. Oleh karena itu, senyawa yang diduga memiliki efek hepatoprotektif banyak diteliti. Salah satu bahan tersebut berupa minyak bekatul, yakni ekstrak minyak dari lapisan luar beras. Kandungan bahan aktifnya banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan termasuk pada penyakit hati sehingga diduga minyak bekatul memiliki efek hepatoprotektif yang melindungi dan menyembuhkan hati dari hepatotoksisitas. Tujuan: Membuktikan bahwa minyak bekatul memiliki sifat hepatoprotektif terhadap hepatotoksisitas. Metode: Uji eksperimental pada 6 kelompok tikus Sprague dawley. Hepatotoksisitas diinduksi oleh CCl4 dengan dosis 0,55 g/KgBB sebanyak 1 kali secara oral. Minyak bekatul diberikan dalam 2 dosis untuk kelompok tikus yang berbeda, yakni 500 μL dan 1,5 mL. Pemberian minyak bekatul dilakukan setiap hari selama 8 minggu sebelum (preventif) atau setelah (kuratif) induksi hepatotoksisitas. Jarak antara induksi hepatotoksisitas dan pemberian minyak bekatul adalah 48 jam. Marker hepatotoksisitas yang diukur berupa serum ALT. Hasil: Kelompok yang diberikan minyak bekatul, baik sebagai agen preventif dan agen kuratif serta baik dalam dosis 500 μL dan 1,5 mL memiliki level serum ALT yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang hanya diberikan CCl4 (p < 0,05). Simpulan: Minyak bekatul memiliki sifat hepatoprotektif baik sebagai agen preventif maupun kuratif terhadap hepatotoksisitas diinduksi CCl4. ......Background: Liver is prone to hepatotoxicity because of its function. For this reason, compounds that may have hepatoprotective attribute are searched extensively. One of those compounds is rice bran oil, an extract from the rice’s outer layer. Rice bran oil has many active components that are found to be beneficial in medical treatment, including liver disease. Therefore oil rice brain is thought to have hepatoprotective properties that may protect and cure liver from hepatotoxivity. Aim: Evaluate rice bran oil’s hepatoprotective properties against hepatotoxicity. Methods: This experimental study used six different groups of Sprague dawley. Hepatotoxicity in mouse is induced using 0,5g/KgBW of single-dose CCl4 orally. Rice bran oil was given in 2 separate doses, 500 μL dan 1,5 mL. Rice bran oil was administered for 8 weeks before (in preventive group) and after (in curative group) hepatotoxicity induction with 48 hours interval separating those two interventions. Serum ALT was investigated to evaluate hepatotoxicity. Results: Group administered with rice bran oil as a preventive agent and curative agent with either 500 μL or 1,5 mL dose have low levels of serum ALT compared to CCl4 control group (p < 0,05). Conclusion: Rice bran oil has hepatoprotective properties, both as a preventive agent and a curative agent against CCl4 induced hepatotoxicity.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Nanda Pribawa
Abstrak :
Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif menyebabkan kerusakan jaringan salah satunya pada ginjal. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan antioksidan yang cukup dengan cara mengonsumsi makanan kaya antioksidan. Salah satu makanan yang berpotensi memiliki kandungan antioksidan adalah bekatul. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian bekatul varietas IPB-3S terhadap kadar malondialdehid MDA pada ginjal tikus yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 . Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan sampel 24 tikus jantan galur Sprague Dawley. Sampel dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok kontrol K1 tanpa perlakuan, kelompok kontrol negatif K2 diberikan CCl40,55 mg/kgBB, kelompok P1 dan P3 diberikan bekatul IPB-3S dengan dosis 150 mg/kgBB, serta kelompok P2 dan P4 diberikan bekatul IPB-3S dengan dosis 300 mg/kgBB. Kelompok P3 dan P4 juga diberikan CCl4 0,55 mg/kgBB. Setiap kelompok dilakukan pengukuran MDA dengan metode Thiobarbituric Acid Reacting Substances TBARS . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian CCl4 dapat meningkatkan kadar MDA ginjal dibandingkan dengan kelompok kontrol. ...... Imbalance between free radicals and antioxidants can cause oxidative stress. Oxidative stress cause tissue damage in kidney. Certain level of antioxidants in the diet, such as rice bran, are required to prevent oxidative stress. The aim of this study was to determine the effect of IPB 3S rice bran extract on malondialdehyde MDA level in CCl4 induced rat kidneys. This study include 24 male Sprague dawley rats which divided into 6 groups.Untreated control group K1 , control negative group K2 given CCl4 0.55 mg kg body weight, group P1 and P3 given IPB 3S rice bran extract 150 mg kg body weight, and group P2 and P4 given IPB 3S rice bran extract 300 mg kg body weight. CCl4 0.55 mg kg body weight also given to group P4 and P5. MDA levels of each sample measured using Thiobarbituric Acid Reacting Substances TBARS assay. The result of this study showed that MDA level of group given CCl4 0.55 mg kg body weight is higher than control group p 0.05 . It was also revealed that group given IPB 3S rice bran extract group P1, P3, and P4 significantly decrease MDA levels compared with CCl4 group.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>