Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulzer-Azaroff, Beth
Fort Worth : Holt, Rinehart, and Winston, 1991
371.2 SUL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hegar Ayu Utami
"School refusal behavior (SRB) merupakan penolakan anak untuk datang ke sekolah atau mengikuti pelajaran di kelas sampai dengan jam sekolah usai (Kearney, 2007). Pada penelitan ini, peneliti memberikan intervensi modifikasi perilaku dengan metode in vivo desensitization pada anak laki-laki berusia 10 tahun yang menunjukkan perilaku school refusal karena dilatari motif menghindari pelajaran yang sulit. Intervensi terdiri dari dua kali sesi latihan relaksasi dan 15 kali sesi exposure ke sekolah. Hasil penelitian menunjukkan di akhir sesi anak berhasil kembali masuk ke sekolah dan mengikuti seluruh pelajaran termasuk yang ditakuti. Terlihat juga penurunan masalah perilaku di pagi hari sebelum berangkat sekolah.

School refusal behavior (SRB) refers to a child's difficulty attending school or remaining in classes for an entire day (Kearney, 2007). This present research utilized behavior modification for a 10 years old boy who refused school in order to avoid difficult subjects with in vivo desensitization technique. Treatment consisted of 2 relaxation training sessions and 15 school exposure sessions. In the end of the session, the boy achieved the target behavior, by attending school and staying in all classes included the subjects he feared of. This study also showed the decrease of morning behavior problem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia;, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maddi, Salvatore R.
"Resilience is the key not just to coping with unwanted change and stressful circumstances, but to truly thriving in the workplace. Resilience at Work shows readers how to withstand problems large and small, increasing positive attitudes like commitment, control, and challenge, while decreasing those of isolation, powerlessness, and threat. Packed with practical techniques and real-life examples, the book presents resilience as a powerful skill anyone can develop in order to maximize their potential and change their life for the better."
New York: [American Management Association, ], 2005
e20437815
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Belmont, California: Wadsworth , 1970
370.152 8 BEH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Widyasari
"Pembuatan program intervensi ini bertujuan untuk memhentuk kemampuan bantu diri makan menggunakan sendok bagi anak tuna netra-rungu bemsia 6 tahun 2 bulan dengan mctode modifikasi perilaku. Pronquing dan fading merupakan teknik pembentukan perilaku yang dilakukan karena teknik tcrsebut merupakan teknik yang paling panting ketika akan mcngajarkan kemampuan bantu diri makan (Snell, 1983). Selain itu, dipergunakan pula teknik shaping karena anak mendapatkan kemandiriannya dalam mcnampilkan kcmampuan bantu diri melalui tahapan-tahapan (Venkatesan, 2004).
Dalam pelaksanaarmya, disertakan pula program intewcnsi cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat untuk aktivitas makan agar guru dan orangtua dapat berkomunikasi secara konsisten dengan subyek. Intervensi dilakukan di mmah dan dilaksanakan oleh peneliti dan orangtua.
Hasil yang didapatkan setelah program intervensi dijalankan adalah adanya peningkatan kemampuan subyek dalam menggunakan sendok ketika aktivitas makan. Suhyek juga terlihat mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menjalankan program intervensi secara berkesinambungan dengan dua orang peneliti atau lebih, penggunaan sendok yang lebih sesuai dengan kebutuhan anak, serta pelibatan ahli dan tenaga profesional yang bergcrak di bidang tuna netra-rungu.

The aim of this intervention program is to shape self-help skill in eating with a spoon for deatlblind child aged 6 year 2 months using behavior modification method. Prompting and fading are the techniques used to shape behavior because those techniques are the most important in teaching self-help eating skill (Snell, 1983). Moreover, shaping technique is also used because children will learn independence in showing self-help skill through numerous phases (Venkatesan, 2004).
In implementing the intervention program, it is necessary to include the sign language program for eating activity to facilitate teachers and parents to be able to communicate with the subject consistently. Intervention was conducted by a researcher and subject`s parents at subject’s home.
Result of the intervention program shows there is an increase in subject’s self-help skill in using spoon while eating. Subject also begins to show an ability to communicate with sign-language. For liirther interventions, a few suggestions are made, such as implementing the intervention program continuously with two or more researchers, the use of a spoon which is in line with the need ofthe child, and the involvement of experts and professionals in deaf-blind children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34042
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Abdini
"Retardasi mental merupakan gangguan fungsi kognitif yang mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa perkembangan (Grossman, dalam Kauflinan & Hallahan, 1988). Keterbatasan yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi diberikan untuk melatih kemampuan yang penting dikuasai anal; seperti bantu diri dan kernarnpuan sosial (Mash & Wolfe, 2005).
Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi mental ringan, netardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa telcnik modifikasi perilaku sangat coook dan dapat diaplikasikan untuk mengajarkan anak dengan retardasi mental mengenai keterampilan bantu diri seperti berpakaian, makan dan kebexsihan pn`badi (Martin dan Pear, 2003).
Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih anak dengan retardasi mental ringan bCI'l1Si3 4 tahun I bulan, untuk memiliki kewrampilan bantu diri dalam hal berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan subjek untuk menggunakan celana dalam. Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah tclmik backward chainin. Backward chaining sesuai tmtuk meningkatkan keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining merupalcan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek merniliki kemampuan terbatas mengenai suatu perilalcu (Miltenberger, 2004). Bukti keberhasilan dari pezilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap ada sampai pclatihan selesai dilakukan (Kazdin, 1980).
Hasil pelatihan memmjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan dengan menggtmakan teknik backward chaining, subjek dapat mcnggunakan celana dalam sendixi tanpa bantuan orang lain.

Mental retardation is a cognitive function disorder which cause a limitation in adaptive behavior and appears during developmental age (Grossman, in Kauffman & I-Iallahan, 1988). The limitation a mentally retarded child possesses is causing them not to be able to develop themselves optimally. In order to be able to develop optimally, such child needs a special treatment. An intervention can be conducted to train several important skills for the child, such as self help and social sldlls (Mash Se Wolfe, 2005).
Mental retardation is categorized into 4 categories based on IQ scores, i.e. mild, moderate, severe and profound mental retardation. A self help training for children with mild mental retardation can be done by doing behavior modiiication using learning principles (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Researches showed that behavior modification technique is suitable and can be applied to teach child with mental retardation about self help skill, such as dressing, eating, and personal hygiene (Martin & Pear, 2003).
This thesis is written with an objective to train a 4 year-old mild mentally retarded child to possess a self help skill in dressing. Speciticajly, this training is aimed to train the child's ability to put on underwear without other's help. The behavior modification technique which is used to conduct this training is a backward chaining technique. This method is suitable for developing self help skill and often used to teach children with mental retardation to dms properly (Martin & Pear, 2003). Backward chaining itself is a training procedure which often be used when a child has limited ability to do certain things (Miltenberger, 2004). A successfill trained behavior in the early stage of training persists until the whole training process is conducted (Kazdin, 1980).
The final training result shows that after completing 24 training sessions using backward chaining technique, the child is able to wear underwear by her ovm without other's help.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlinda Ekapraja
"Initiation of joint attention merupakan kemampuan dasar yang diperlukan individu dalam berinteraksi secara sosial. Kemampuan ini melibatkan aspek bahasa, komunikasi, dan interaksi sosial, yang merupakan area defisit utama pada individu dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan modifikasi perilaku melalui penerapan prompting dan reinforcement oleh ayah dapat meningkatkan kemampuan initiation of joint attention pada anak dengan ASD. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah DFM, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dan duduk di kelas IV sebuah sekolah dasar negeri inklusi di Jakarta Timur. DFM didiagnosa PDD-NOS saat berusia 2,5 tahun. Program intervensi dilaksanakan dalam 23 sesi dengan terlebih dahulu melatih ayah subjek untuk menerapkan prosedur prompting dan reinforcement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi yang dijalankan tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan initiation of joint attention pada subjek. Prosedur prompting dan reinforcement belum berhasil diterapkan dengan tepat dan konsisten oleh ayah. Kesiapan ayah dalam menerima pelatihan, kemampuan anak dalam memproses tatapan mata, dan kondisi keluarga subjek merupakan sebagian faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meningkatkan intensitas pelatihan kepada ayah sebagai persiapan intervensi, dan evaluasi terus-menerus sepanjang intervensi.

Initiation of joint attention has been considered essential in the establishment of human social interaction. Three aspects are involved in this skill, namely communication, language, and social interaction. These are areas found to be deficit in autistic individuals. This research aimed to determine the effectiveness of father-implemented behavior modification in improving initiation of joint attention on a child with autism. The procedures involved were prompt and reinforcement. The subject of this research was a 10-year old boy who was diagnosed with PDD-NOS at the age of 2.5 years. He is now a 4th-grade-student in an inclusive public school. The intervention program was conducted in 23 sessions, with father`s training preceding the initial intervention. The research resulted in the ineffectiveness of the program. Father-implemented behavior modification`s procedures were found to be non-optimal. Father`s readiness in taking instructions, child`s ability in perceiving eye gaze, and family condition were amongst factors considered to be contributing to the results of the research. Intensifying father`s training preceding intervention and continuous evaluation during intervention were suggested for future research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frederika Antoinette Ketting Olivier
"Perilaku agresif pada anak dengan autisme dengan disabilitas intelektual merupakan masalah yang sering dihadapi oleh guru-guru di sekolah. Penanganan yang tepat perlu dilakukan untuk mengatasi masalah perilaku agresif agar perilaku tersebut tidak menetap dan tidak menghalangi proses pengembangan kemampuan pada anak. Penelitian dengan desain single subject experimental design, menggunakan teknik differential reinforcement dengan positive reinforcement dan extinction bertujuan untuk mengurangi frekuensi perilaku agresif pada satu orang anak laki-laki berusia 11 tahun dengan autisme dengan disabilitas
intelektual. Keberhasilan dari program intervensi dilihat dengan membandingkan frekuensi sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan frekuensi kemunculan perilaku agresif

Aggressive behavior in children with autism with intellectual disability is an ongoing issue often faced many teachers in educational settings. A comprehensive intervention is needed to reduce or eliminate the aggressive behavior due to its negative affect on the child social and academic development. This current study, applied differential reinforcement with positive reinforcement and extinction techniques to reduce the frequency of aggressive behavior on a 11 year old boy with autism with intellectual disability. The effectivity of the intervention was measured by comparing the data taken before and after the intervention. The results showed a decrease in the frequency of the aggressive behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Aelyo Nindyo Kusuma Negara
"Gangguan neurodevelopmental Autism Spectrum Disorder ASD terkadang juga tampil bersamaan dengan gangguan Intellectual Disability ID . Diagnosis untuk individu yang memiliki kedua kondisi ini adalah ASD with accompanying intellectual impairment. Anak dengan kondisi demikian pada umumnya mengalami hambatan dalam menguasai kemampuan adaptif, termasuk keterampilan bantu diri. Hambatan ini lebih nyata pada anak dengan ASD dan/atau ID yang berat severe , antara lain karena kesulitan mereka memusatkan perhatian dan memahami instruksi. Walaupun demikian, keterampilan bantu diri penting untuk terlebih dulu diajarkan pada anak dengan ASD with accompanying intellectual impairment sebelum keterampilan lainnya, guna meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup anak tersebut.
Pada penelitian ini, keterampilan bantu diri yang diajarkan adalah keterampilan mandi, secara spesifik perilaku membasuh tubuh sampai bersih menggunakan gayung. Perilaku tersebut terdiri dari empat langkah Langkah A-D , yang dimulai dengan memegang gayung dan diakhiri dengan menyiram air ke tubuh. Teknik yang digunakan adalah shaping pada anak usia 10 tahun 7 bulan dengan ASD with accompanying intellectual impairment - Requiring very substantial support yang nonverbal. Intervensi pada penelitian ini terdiri dari 14 sesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase penampilan tiap langkah perilaku target tanpa diberikan prompt fisik. Walaupun demikian, partisipan masih sesekali membutuhkan prompt fisik untuk menampilkan Langkah D.

The neurodevelopmental disorder Autism Spectrum Disorder ASD often co occurs with Intellectual Disability ID . The diagnosis for the individual with both conditions is ASD with intellectual impairment. Children with this condition usually experience difficulties in acquiring adaptive functions, which includes self help skills. Difficulties are more evident in children with severe ASD and or ID because it is more difficult for them to concentrate and understand instructions, among other things. Even so, on children with ASD with intellectual impairment, it is important to teach self help skills before other skills to increase their autonomy and quality of life.
In this study, the self help skill taught is the showering skill, specifically the ability to wash their body until it is clean using a water scooper gayung . This behavior consists of four steps Step A D , which starts with holding the water scooper and ends with pouring water to the body. The technique used is shaping on a 10 years and 7 months old girl with ASD with intellectual impairment who is nonverbal. The intervention program consists of 14 sessions. Results show that there is an increase in the percentage of each step of the target behavior appearing without physical prompt. However, the participant still occasionally needs physical prompt to perform Step D.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irena Tjiunata
"Fokus dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kuantitas perilaku menyelesaikan tugas, termasuk di dalamnya, menurunkan durasi perilaku tidak mengerjakan tugas. Penerapan metode ccrita sosial dan metodc contingency contract (dilcngkapi prompt) menghasilkan peningkatan kuantitas pada perilaku menyelcsaikan tugas, serta penurunan durasi perilaku tidak mengerjakan tugas. Akan tetapi, kualitas dari perubahan pcirlaku belum menunjukkan perbaikan. Hal tcrscbut disebabkan karena komik oerita sosial yang digunakan dalam intervensi belum secara detil menggambarkan perilaku yang diharapkan muncul. Selain itu, pemberian fading yang terlalu cepat juga menyebabkan konsistensi perubahan perilaku belum terlihat.
Dari hasil obsewasi, diketahui juga bahwa pembahan perilaku tersebut, secara tidak langsung, dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan seperti kehadiran guru dan situasi kelas. Akan tetapi, karena singkatnya sesi intervensi dan pemilihan waktu intervensi yang berdekatan dengan jadwal uiangan umum, konsistensi pelubahan perilaku belum terlihat. Oleh karena itu, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 1) gambar berikut penjelasan pada komik cerita sosial sebaiknya dibuat lebih detil; 2) pemberian prompt dan fading sebaiknya lebih diperhatikan lagi; 3) sesi intervensi dibuat lebih banyak dengan jangka waktu yang lebih panjang; 4) perlu diperhalikan pemilihan waktu intervensi agar tidak berdekatan dengan jadwal ulangan umum; 5) kerjasama antara guru dan teman-tcman di kelas untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif agar pelaksanaan intervensi lebih efektif.

The focus of this training is to increasing the quantitiy of on-task behavior. including, decreasing the duration of off-task behavior. Result of this intervention, using social story method and contingency contract method (also using prompt method), indicated that the quantitiy of on-task behavior is increasing and the duration of ofiltask behavior is decreasing. However, the quality of the alteration of behavior has not improved yet. This is because the comic social story in this intervention has not describe the behavior that is expected, The prompts which have been faded too quickly also make the consistency ofthe behavior’s alteration has not been observed. The environments, such as teacher’s present and class-rooms’s situation, also influence the alteration of behavior.
Unfortunately, because the length ofthe session and the time of intervention wich is too short and too close to the end of school year, the consistency of the behavior’s alteration has not been appeared yet. Therefore, several suggestions should be provided to improve the future study: 1) picture in the comic social story should be made more detail; 2) the use of prompt and fading should be more improved; 3) the session of intervention should be madc in great quantities and in more length duration; 4) the intervention should be held in the middle of school year; 5) the cooperation of teacher and tiiends is needed to make the more supporting classroom environment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34118
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>