Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amak Mohamad Yaqoub
Abstrak :
Untuk memahami pemasaran politik, pertama-tama kita harus melakukan studi tentang perilaku pemilih. Dengan menggabungkan modifikasi konsep perilaku konsumen dengan produk politik, penelitian ini mencoba menguji persepsi nilai kandidat sebagai moderator dalam merumuskan dorongan memilih dan perilaku pemilih. Persepsi nilai kandidat sendiri dibentuk oleh empat variabel produk politik, yaitu program, figur, partai politik, dan juga presentasi. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan terhadap calon pemilih pilkada Kabupaten Bandung dan Kabupaten Blitar. Hipotesis dibangun untuk enam hubungan, dan diuji terhadap 250 responden. Selanjutnya, dilakukan analisis data menggunakan program LISREL 8.30. Data yang dikumpulkan mendukung empat dari enam hipotesis. Riset menemukan bahwa program dan figur secara bersama-sama memiliki peranan yang signifikan dalam mempengaruhi terciptanya persepsi nilai kandidat. Riset ini juga menemukan bahwa persepsi nilai kandidat memiliki peranan yang signifikan dalam menyusun dorongan memilih, sementara dorongan memilih berpengaruh pada perilaku pemilih. Riset ini memiliki kontribusi penelitian sebagai model dasar perilaku pemilih melalui pembentukan produk politik. Untuk meningkatkan kualitas model, disarankan untuk menambah beberapa variabel.
In order to understand the potential role and scope of political marketing, we first need to understand the nature of the electorate through voter behavior study. By integrating political product concept and modified purchasing behavior mode!, this research tries to examine the impact of candidate's perceived value as mediating variable to craft voting intention and voter behavior. While candidate perceived value developed by four components of political products: program, figure, political party, and presentation as well. This research was conducted to Kabupaten Bandung and Kabupaten Blitar future voter on Chief of Country Election (Pilkada). Hypotheses have developed for six associations and tested with total of 250 respondents to participate in the survey and answered the questioners. Structural Equation Modeling with applicable software package LISREL 8.30 was used as data analysis method. Result supported four of hypothesized interactions, while two others unsupported with data collected. The research found that program and figure together play important role to create candidate perceived value. This research also found that voter intention play significant role as mediator between candidate perceived value and voter behavior. The study contributes to research on drawing basic model of voter behavior model through political product development. In order to round off research model, there are some adding variables suggested.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T17188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantya Wicaksana
Abstrak :
Latar belakang: Orang dengan HIV (ODHIV) termasuk dalam populasi risiko tinggi untuk terjadi COVID-19 derajat berat. Vaksinasi merupakan salah satu modalitas penting dalam melawan penyakit ini akibat ketiadaan terapi yang efektif. Tujuan: Mengetahui intensi penerimaan vaksin COVID-19 pada orang dengan HIV berbasis integrated behavior model. Metode: Penelitian ini melalui dua fase,kualitatif dan kuantitatif. Pada fase kualitatif, kuesioner berbasis IBM dibuat berdasarkan hasil in-depth interview. Penelitian dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo, RS Kramat 128, dan RS Kanker Dharmais dari September sampai Desember 2021. Kriteria inklusi adalah ODHIV ≥ 18 tahun dan eksklusi tidak dapat membaca atau menulis dan tidak mengisi kuesioner secara lengkap pada bagian IBM. Pengambilan data berbasis kertas atau dalam jaringan dengan metode acak sederhana. Analisis korelasi dan regresi linier dengan SPSS 25. Hasil: Dari total 470 partisipan, 75,6% pasien ingin melakukan vaksin. Model yang telah dibuat dapat menjelaskan 43,4% varians pada intensi untuk melakukan vaksinasi COVID-19 pada ODHIV (adjusted R2 = 0,434). Sebagai tambahan, determinan yang bermakna adalah sikap instrumental (B = 0,006, p < 0,05), norma yang dirasakan (B = 0,026, p < 0,01), dan kendali yang dirasakan (B = 0,019, p = 0,008). Kesimpulan: Integrated Behavior Model dapat memprediksi intensi ODHIV untuk melakukan vaksinasi COVID-19. ......Background: People Living with HIV (PLHIV) are considered a high-risk population for severe COVID-19. Vaccination is an important modality in combating this disease due to the lack of effective therapies. Objective: To determine the intention of COVID-19 vaccine acceptance among people with HIV based on the Integrated Behavior Model (IBM). Method: This study went through two phases, qualitative and quantitative. In the qualitative phase, an IBM-based questionnaire was developed based on the results of in- depth interviews. The research was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, Kramat 128 Hospital, and Dharmais Cancer Hospital from September to December 2021. Inclusion criteria were PLHIV ≥ 18 years old, and exclusion criteria were individuals who were unable to read or write and did not complete the IBM questionnaire fully. Data collection was done on paper or online using a simple random sampling method. Correlation and linear regression analyses were performed using SPSS 25. Results: Out of a total of 470 participants, 75.6% of patients expressed the intention to receive the vaccine. The developed model could explain 43.4% of the variance in the intention to receive the COVID-19 vaccination among PLHIV (adjusted R2 = 0.434). Additionally, significant determinants were instrumental attitude (B = 0.006, p < 0.05), perceived norm (B = 0.026, p < 0.01), and perceived control (B = 0.019, p = 0.008). Conclusion: The Integrated Behavior Model (IBM) can predict the intention of PLHIV to receive the COVID-19 vaccination.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
B. Handoko Purwojatmiko
Abstrak :
Penanganan limbah elektronik yang tidak tepat dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Limbah elektronik dihasilkan dari perkembangan pesat teknologi manufaktur yang mendorong revolusi industri sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Extended Producer Responsibility (EPR) adalah pendekatan kebijakan lingkungan yang berorientasi terhadap tanggung jawab produsen. Akan tetapi perkembangan EPR di negara berkembang masih kurang, dimana sistem pengumpulan dan daur ulang belum cukup diperhatikan. Di sisi lain, motivasi produsen dari sektor industri belum memiliki perhatian yang cukup untuk memperluas tanggung jawab produk mereka hingga tahap pasca konsumsi, terutama untuk mengambil kembali, memulihkan dan membuang. Studi ini mengeksplorasi faktor-faktor kunci yang dapat memotivasi produsen untuk sepenuhnya mengadopsi konsep EPR dalam industri elektronik di Indonesia. Model yang dibangun berdasarkan pada Theory of Planned Behavior (TPB) yang diperluas dalam konteks EPR. Model ini dibentuk oleh tiga konstruksi utama: perilaku individu, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku, serta tiga faktor lain yang diidentifikasi dari tinjauan pustaka dan wawancara kepada perwakilan perusahan yaitu insentif ekonomi, insentif administrasi dan insentif logistik. Faktor-faktor tersebut terlibat dalam membentuk intensi untuk melakukan suatu perilaku. Hasil yang didapatkan dari analisis jalur bahwa faktor insentif administrasi hanya dapat mempengaruhi intensi sedangakan insentif logistik dapat mempengaruhi perilaku produsen elektronik untuk mengadopsi EPR
Improper handling of WEEE (Waste Electrial and Electronic Equipment) can cause negative impacts on the environment and human health. WEEE is generated from the rapid development of manufacturing technology that has pushed the industrial revolution to have an impact on economic growth, especially in developing countries such as Indonesia. Extended Producer Responsibility (EPR) is an environmental policy approach that is oriented towards producer responsibility. However, the development of EPR in developing countries is still lacking, where the collection and recycling system has not been adequately addressed. On the other hand, the motivation of producers from the industrial sector does not have enough attention to expand their product responsibilities to the post-consumption stage, especially to take back, recover and dispose. This study explores the key factors that can motivate producers to fully adopt the EPR concept in the electronics industry in Indonesia. The model built based on extended Theory of Planned Behavior (TPB) in the context of EPR. This model is formed by three main constructs: attitude, subjective norms and perceived behavioral control, and three other factors that identified from literature reviews and interviews with producer representatives namely economic incentives, administrative incentives and logistic incentives. These factors are involved in forming the intention to behavior. The results obtained from the path analysis that administrative incentive factors can only influence intention while logistic incentives can influence the behavior of electronic producers to adopt EPR.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Adhitiya
Abstrak :
Saat ini pasar dunia terus berubah, pilar keberlanjutan seperti lingkungan, ekonomi dan keadilan sosial telah menjadi bagian dari pengambilan keputusan pemasaran. Mengembangkan strategi pemasaran di tengah-tengah masalah lingkungan dan ekonomi saat ini telah menyebabkan fokus pada pentingnya pemasaran hijau. Menggunakan theory of consumption values dan value-attitude-behavior model, penelitian ini mengusulkan untuk mengeksplorasi green consumer behavior untuk green product di Indonesia. Attitude toward green product dan consumer values seperti functional value (price and quality), social value, conditional value, epistemic value, emotional value, and environmental value digunakan untuk mempelajari green consumer behavior untuk green products. Penelitian ini mengembangkan model penelitian dan diuji secara empiris dengan mengumpulkan data dari kuesioner yang didistribusikan di Indonesia. Berdasarkan sampel 200 responden, hasilnya menunjukkan bahwa hanya social value yang berdampak positif pada green consumer behavior, functional value (price), functional value (quality), environmental value, conditional value, epistemic value, dan emotional value tidak mempengaruhi green consumer behavior. Sebagai mediator, attitude toward green product memiliki pengaruh yang signifikan terhadap epistemic value, environmental value, dan emotional value. Ini menegaskan dan secara signifikan menambah literatur green consumer behavior di pasar yang berkembang. ...... At the moment the world market continues to change, sustainability pillars such as environment, economy and social justice have become part of marketing decision-making. Developing a marketing strategy in the midst of current environmental and economic issues has led to a focus on the importance of green marketing. Using the theory of consumption values and value-attitude-behavior model, this research proposes to explore the green consumer behavior for green products in Indonesia. Attitude toward green product and consumer values such as functional value (price and quality), social value, conditional value, epistemic value, emotional value, and environmental value were used to study the green consumer behavior for green products. This study developed a research model and empirically tested by collecting data from questionnaires that were distributed in Indonesia. Based on a sample of 200 respondents, the results indicate that only social value has a positive impact on green consumer behavior, functional value (price), functional value (quality), environmental value, conditional value, epistemic value, and emotional value do not influence green consumer behavior. As a mediator, attitude toward green product has a significant effect on epistemic value, environmental value, and emotional value. This confirms and significantly adds to the literature of green consumer behavior in a developing market.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Herman Eko Santoso
Abstrak :
ABSTRAK
Generasi milenial akan menjadi generasi mayoritas dalam struktur demografi di Indonesia pada tahun-tahun mendatang. Milenial merupakan kelompok penting yang menjadi target ritel dan perusahaan produk konsumen termasuk pengembang perumahan. Bank syariah sebagai lembaga jasa keuangan menawarkan kemudahan dalam memiliki rumah melalui produk pembiayaan kepemilikan rumah syariah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji respon psikologis generasi milenial terhadap penerimaan dalam memilih produk pembiayaan rumah syariah menggunakan Theory Of Planned Behavior Model (TPB) yang dimodifikasi dengan menggunakan variabel Attitude, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control, Religious Belief, Pricing Value, Dan Level of Knowledge. Analisis terhadap 256 responden dalam penelitian ini menggunakan bantuan Structural Equation Modelling AMOS (SEM-AMOS) dan IBM SPSS Statistics. Hasil temuan menunjukkan bahwa variabel Attitude, Perceived Behavioral Control, Pricing Value, dan Level of Knowledge memiliki dampak positif dan signifikan pada minat generasi milenial untuk menggunakan pembiayaan kepemilikan rumah syariah. Selanjutnya, Perceived Behavioral Control ditemukan menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan minat generasi milenial untuk menggunakan pembiayaan kepemilikan rumah Syariah. Di sisi lain, penelitian ini juga menemukan bahwa variabel Subjective Norm berdampak positif namun tidak signifikan. Sedangkan variabel Religious Belief memberikan dampak yang negatif dan tidak signifikan pada minat generasi milenial untuk menggunakan pembiayaan kepemilikan rumah syariah. Oleh karena itu, segenap pemangku kepentingan dapat mempertimbangkan penelitian ini untuk mempromosikan fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah syariah di Indonesia.
ABSTRACT
Millennials generation will be the majority generation in the demographic structure in Indonesia in the up-coming years. Millennials is an important group that is targeted by retail and consumer product companies, including the development of houses and properties. Islamic banks as financial service institutions offer the ease of owning home through Islamic home ownership financing products as knows as Islamic mortgage. This study aims to examine the psychological response of millennials generation towards acceptance in choosing a Islamic mortgage using modified of Theory of Planned Behavior Model (TPB) with Attitude, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control, Religious Belief, Pricing Value, and Level of Knowledge as variables. Analysed of 256 respondents in this study used Structural Equation Modelling AMOS (SEM-AMOS) and IBM SPSS Statistics. The research shows that the variable Attitude, Perceived Behavioural Control, Pricing Value, and Level of Knowledge have positive and significant impact on the interest of millennials to choose Islamic mortgage. Further, Perceived Behavioral Control was found to be the most influential factor in determining the interest of millennials to choose Islamic mortgage. On the other hand, this study also found that the Subjective Norm variable had a positive but not significant for the effect. While the Religious Belief variable gives a negative and insignificant impact on millennials generation's interest in using Islamic mortgage. Therefore, all stakeholders can consider this research is addressed to develop Islamic mortgage facilities in Indonesia.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Rahadhi
Abstrak :
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, banyak perusahaan berjuang untuk menyelaraskan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kinerja mereka. Sumber daya tersebut harus dimanfaatkan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan. Salah satu keunggulan kompetitif itu adalah aset pengetahuan. Aset pengetahuan dapat dikembangkan dengan mengoptimalkan manajemen sumber daya manusia, karena tidak semua perusahaan ingin menginvestasikan dana yang cukup besar untuk mengembangkan sistem manajemen pengetahuan. Inisiasi perilaku knowledge sharing di antara tenaga kerja dianggap sebagai salah satu cara yang paling efisien untuk menjaga aset pengetahuan perusahaan. Di Indonesia, diprediksi bahwa 46% dari tenaga kerja pada tahun 2020 adalah generasi millennial. Banyak penelitian sebelumnya telah melihat perilaku millennial di lingkungan kerja, dan mereka dianggap berpotensi menghambat pengembangan aset pengetahuan perusahaan karena tingkat turnover yang tinggi, seperti di Indonesia sekitar 39% millennial hanya mau bertahan di dalam perusahaan selama kurang dari 3 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat perilaku knowledge sharing diantara tenaga kerja millennial. Faktor-faktor yang diteliti meliputi psikologis, budaya organisasi, kemampuan kognitif, fasilitas pendukung, dan teknologi. Metode PLS digunakan untuk mengeksplorasi faktor-faktor ini. Sebuah strategi telah dikembangkan sebagai rekomendasi bagi perusahaan untuk memulai budaya knowledge sharing. ......In a competitive business environment, many companies struggle to align their resources to improve their performance. The resources should become one of the company's competitive advantage. One of those competitive advantages is knowledge assets. Knowledge assets can be developed by optimizing human resource management because not all companies want to invest funds to develop a knowledge management system. Initiation of knowledge sharing behavior among workforces is considered to be one of the most efficient ways to secure knowledge assets. In Indonesia, it is predicted that 46% of workforces in 2020 are millennials. Many previous studies have looked at millennial behavior in the work environment, and they are considered to potentially inhibit the development of the company’s knowledge assets due to a high turnover rate, just like in Indonesia, 39% of millennial only wanted to stay in the company within 3 years or less. This paper is aimed to explore the factors that promote or discourage knowledge sharing behavior of millennials workforce. Factors studied included psychological, organizational culture, cognitive abilities, technological facilities, and so forth. The PLS method is used to explore these factors. A strategy has been developed as a recommendation for companies to initiate a knowledge sharing culture.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rulianto Ischak
Abstrak :
Saat ini, dalam bidang Keuangan dan Perbankan di Indonesia, media Internet dan telepon seluler merupakan salah satu perkembangan teknologi terbesar yang memungkinkan Bank untuk memberikan layanan yang lebih baik pada para nasabahnya. Perkembangan ini menjadikan E-Banking sebagai salah satu layanan perbankan yang mulai banyak digunakan. Trend dalam pengadaan E-Banking untuk saat ini adalah menggunakan Outsourcing, untuk aktivitas yang bukan merupakan core business, melalui jasa perusahaan system integrator yang menyediakan solusi E-Banking yang lengkap dan efisien. Bank Syariah Mandiri, sebagai salah satu bank swasta nasional di Indonesia telah pula membangun infrastruktur E-Banking untuk memberikan nilai lebih bagi nasabahnya. Akan tetapi, Bank Syariah Mandiri lebih memilih untuk melakukan in-house development dibandingkan dengan outsourcing dalam membangun infrastruktur E-Bankingnya. Kedua alternatif, baik outsourcing dan in-house development, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam hal keamanan, jenis dan macam fitur yang ditawarkan, biaya, dan efisiensi operasional. Tesis ini akan mencoba untuk melakukan evaluasi terhadap infrastruktur E-Banking yang telah dikembangkan secara in-house oleh Bank Syariah Mandiri. Ruang lingkup tesis ini dibatasi pada analisa atas infrastruktur E-Banking, yaitu Internet Banking yang digunakan dan dikembangkan sendiri oleh Bank Syariah Mandiri. Proses bisnis maupun infrastruktur core-banking diluar dari E-Banking tidak dibahas. Variabel evaluasi yang digunakan untuk analisis dibatasi pada tingkat kesiapan menghadapi lonjakan jumlah transaksi melalui Customer Behavior Model Graph (CBMG), quality of service dalam pengiriman data transaksi dengan performance analysis, bottleneck analysis, dan tingkat skalabilitas arsitekturnya menggunakan scalability analysis. Kata Kunci : E-Banking, Internet-Banking, Mobile Banking, Scalability Analysis, Customer Behavior Model Graph, Performance Analysis, Bottlenecks Analysis
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Binar Qalbu Cimuema
Abstrak :

Berbeda dengan arsitektur monolith, arsitektur microservice dapat melakukan scaling secara independen pada service tertentu saja, memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam menanggapi lonjakan traffic dan tentunya lebih menghemat resource dibanding monolith. Tidak semua service pada suatu aplikasi perlu dilakukan scaling, hanya service dengan load processing tertinggi saat menerima banyak request yang perlu dilakukan horizontal scaling untuk menghemat resource. Tetapi penentuan service yang harus dilakukan scaling harus dilakukan secara benar agar sesuai dengan kebutuhan pengguna. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah Customer Behavior Model Graph (CBMG) dengan melihat probabilitas perpindahan halaman yang dilakukan oleh pengguna. Dari metode tersebut dapat ditemukan halaman yang paling sering diakses oleh pengguna sebelum akhirnya ditentukan service dengan load processing tertinggi. Salah satu teknik yang dimiliki oleh kubernetes adalah Horizontal Pod Autoscaling (HPA) yang memungkinkan untuk melakukan scaling hanya pada salah satu pod. Pada kubernetes, service lebih dikenal sebagai pod. Dari pengimplementasian HPA didapatkan bahwa pada percobaan terjadi penurunan access failure rate dari sebelum implementasi sebesar 17.19% dan 20.52% dan setelah implementasi turun menjadi 4.86% dan 5.44%. Selain itu terdapat kenaikan throughput pada percobaan dari sebelum implementasi sebesar 25.00 request/detik dan 41.30 request/detik, setelah implementasi didapatkan sebesar 39.30 request/detik dan 51.10 request/detik. Pada percobaan lainnya didapatkan sebelum implementasi sebesar 4.60 request/detik dan 4.20 request/detik, setelah implementasi didapatkan sebesar 15.50 request/detik dan 13.80 request/detik. Dari hasil implementasi bisa dilihat bahwa melakukan peningkatan pada salah satu pod sudah cukup untuk meningkatkan kinerja aplikasi website dengan resource yang tersedia dan dapat dioptimalkan dengan maksimal. Implementasi dilakukan pada salah satu aplikasi website microservice teastore, dengan strategi scaling berdasarkan CBMG, optimasi yg dilakukan berhasil menurunkan access failure rate dan meningkatkan throughput, meksipun menggunakan jumlah resource yang sama. dengan kata lain, setelah strategi yang dirancang diimplementasikan, penggunaan resource menjadi lebih optimal untuk melayani request-request yang ada. ......Unlike monolithic architecture, microservice architecture can independently scale specific services, providing greater flexibility in responding to traffic spikes and, of course, saving more resources compared to monoliths. Not all services in an application need to be scaled; only pods with the highest load processing when receiving many requests need to be horizontally scaled to save resources. However, determining which services need scaling must be done properly to meet user needs. One method that can be used is the Customer Behavior Model Graph (CBMG), which looks at the probability of user page transitions. From this method, the most frequently accessed pages by users can be identified before determining the service with the highest load processing. One technique available in Kubernetes is Horizontal Pod Autoscaling (HPA), which allows scaling to be done only on specific pods. From the implementation of HPA, it was found that there was a decrease in the access failure rate from before implementation by 17.19% and 20.52%, and after implementation, it decreased to 4.86% and 5.44%. Additionally, there was an increase in throughput from before implementation by 25.00 requests/second and 41.30 requests/second, after implementation, it was found to be 39.30 requests/second and 51.10 requests/second. In another experiment, before implementation was 4.60 requests/second and 4.20 requests/second, after implementation, it was 15.50 requests/second and 13.80 requests/second. Improving the performance of one pod is sufficient to enhance the performance of the website application with the available resources and can be optimized to the maximum. The implementation was carried out on one microservice website application, making it better than monolithic architecture, which needs to scale the entire application.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Afifah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pengaruh nilai kesehatan terhadap niat perilaku pada makanan sehat di restoran dengan dimediasi oleh sikap terhadap rasa dan sikap terhadap kesehatan. Responden penelitian ini berjumlah 280 orang yang pernah mengonsumsi menu makanan sehat di restoran dalam kurun waktu tiga bulan terakhir dengan wilayah cakupan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pengolahan data menggunakan Structural Equation Modeling SEM dengan menggunakan program LISREL 8.8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap sikap baik sikap terhadap rasa dan kesehatan dan pada niat perilaku. Begitu juga dengan sikap terhadap rasa dan kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat perilaku pada menu makanan sehat di restoran.
ABSTRACT
Study examines the effect of health value on behavioral intentions of healthful foods in restaurant with mediated by attitude toward taste and attitude toward healthfulness. Respondent of this research amounted to 280 people who had consumed healthful foods menu in restaurant within the last three months in area of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. Data were analyzed using Structural Equation Modeling SEM with LISREL 8.8 software. The result of this research revealed that health value had a positive and significant effect on attitudes both attitude toward taste and healthfulness and on behavioral intentions. In addition, attitude toward taste and healthfulness positively and significantly influence behavioral intentions of healthful foods menu in restaurant.
2017
S67108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranowo Tri Adhianto
Abstrak :
Perkembangan teknologi mengubah bagaimana sebuah gerakan sosial berjalan; ada yang ldquo;tanpa usaha nyata rdquo; sehingga disebut Clicktivism, namun ada juga tetap memiliki gerakan nyata yang justru diperluas dengan menggunakan media sebagai saluran persuasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses relawan menginterpretasikan pesan persuasi website gerakan sosial. Studi ini dilakukan terhadap relawan gerakan Indonesia Mengajar ; gerakan ini meminta para relawan untuk menjadi guru sekolah dasar di daerah terjauh, terluar, dan terbelakang di Indonesia, memberikan pengorbanan dan dampak nyata. Menggunakan Fogg Behavior Model, penelitian dilakukan secara kualitatif dengan interview terhadap tiga narasumber. Hasilnya menunjukkan persepsi akan isi website Indonesia Mengajar sebagai sumber informasi utama berperan dalam meningkatkan efikasi diri dan motivasi, serta memicu munculnya perilaku untuk mendaftar sebagai relawan. Penggunaan bahasa yang informal, gambar serta cerita pengalaman lapangan membuat pengguna website tepersuasi secara deliberative, sehingga meningkatkan komponen motivasi Hope. Proses mendaftar melalui website yang sangat mudah memicu perilaku mendaftar sebagai relawan.Kata kunci: anak muda, Fogg Behavior Model, gerakan sosial baru, media persuasi, relawan. ......Technological developments alter how a social movement works there is no real effort so called Clicktivism, but there is also still has a real movement that actually expanded by using the media as a channel of persuasion. This study aims to describe the process of volunteering to interpret the message of persuasion of social movement website. This study was conducted on volunteers of the Indonesia Mengajar movement the movement asked volunteers to become elementary school teachers in the furthest, most remote and backward areas of Indonesia, providing real sacrifices and impacts. Using Fogg Behavior Model, the research was conducted qualitatively by interviewing three interviewees. The result shows the perception of the content in Indonesian Mengajar rsquo s website as the main source of information, plays a role in improving self efficacy and motivation, and triggers the emergence of behavior to register as a volunteer. The use of informal language, pictures and field experience stories make deliberative user deliberate websites, thus increasing Hope 39 s motivational component. The process of registering through the website is very easy to trigger the behavior register as a volunteer.Keyword young adult, Fogg behavior model, new social movement, persuasion media, volunteers.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library