Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Shaliha Rizaputri
"ABSTRAK
Fokus penelitian ini adalah untuk menggambarkan fenomena munculnya sosok pria di industri kecantikan, terutama di sektor kosmetik. Penelitian ini dilakukan dengan kerangka konsep dari budaya selebriti di industri kecantikan melalui media YouTube. Metode yang digunakan untuk mendapatkan hasilnya adalah dengan melakukan analisis teks dari influencer pria terkemuka yang bernama James Charles dalam video miliknya yang memiliki tingkat populer tertinggi di YouTube. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pria sering dianggap memiliki kepribadian yang tenang dan keren di industri kecantikan, video ini mengungkapkan sebaliknya. Influencer kecantikan pria cenderung memiliki kepribadian yang ceria dan cukup ekspresif. Saran dari penelitian ini adalah agar audiens dapat melihat fenomena ini sebagai bukti bahwa pria dan wanita memiliki kemampuan dan kapasitas yang sama untuk memberikan pengaruh pada industri kecantikan.

ABSTRACT
The focus of this study is to describe the phenomenon of the rise of male figures appearance in the beauty industry, especially in cosmetics sector. This study is done with the conceptual framework of the celebrity culture in the beauty industry through the media of YouTube. The method used to gain the result is conducting a text analysis of a reputable male influencer James Charles on his most popular video on YouTube. The finding of this study showcases that even though men in the beauty industry are often perceived as having the calm and cool personality, the video reveals the otherwise. Male beauty influencers tend to have a cheerful personality and are often quite expressive in communcating their sayings. The suggestion of this study is for audience to be able to see this phenomenon as the prove that both male and female have the same capability and capacity to give influence on the beauty industry. "
;2018;2018;2018;2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arrashe Keiko Pratiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pharmaceuticalization pada obat pelangsing tubuh, khususnya menggali penggunaan, pemaknaan obat pelangsing tubuh dan pandangan konsumen perempuan mengenai tubuh ideal yang dilatarbelakangi oleh nilai dan norma mengenai tubuh sehat dan cantik. Berdasarkan hasil studi-studi sebelumnya, proses pharmateucalization terjadi akibat kerja sama antara industri farmasi, ekspektasi budaya dan peran media (Direct-ToConsumer-Advertising) mampu membangun informasi mengenai suatu penyakit serta pentingnya penggunaan obat-obatan. Kurangnya studi yang membahas pharmateucalization obat pelangsing herbal menjadi peluang peneliti untuk menggali lebih dalam mengenai fenomena ini dari sudut pandang para konsumen. Peneliti berargumen bahwa proses pharmaceuticalization obat pelangsing secara mikro terjadi akibat adanya pencampuran dari standarisasi kecantikan, wacana industri medis, farmasi, dan iklan mengenai kegemukan sebagai penyakit yang perlu disembuhkan dengan menormalisasi penggunaan obat gaya hidup (lifestyle drugs). Hasil temuan data memperlihatkan bahwa proses pharmaceuticalization melibatkan banyak aktor seperti perusahaan farmasi, strategi pemasaran obat (DTCA, celebrity endorsement, self-diagnosis), perubahan peran pasien dan konsumen, media massa, wacana kesehatan, wacana kecantikan, dan bantuan agen pendukung lainnya yang melihat berat badan sebagai permasalahan yang perlu diselesaikan dengan penggunaan obat pelangsing herbal yang menjadi lifestyle drugs untuk meningkatkan kualitas hidup. Pada prosesnya, terdapat praktik penggunaan obat pelangsing yang dapat dibahas dari status konsumsi, durasi konsumsi, pola konsumsi, dan pengalaman konsumen terhadap obat pelangsing. Kemudian, obat pelangsing herbal dimaknai oleh perempuan sebagai obat yang memberikan ‘harapan palsu dan semu’ untuk meningkatkan kualitas hidup penggunannya dengan menurunkan dan atau menjaga berat badan. Tubuh ideal dimaknai sebagai tubuh yang langsing sesuai dengan wacana kecantikan yang justifikasi merupakan tubuh yang sehat.

This study aims to explain the pharmaceuticalization of slimming drugs, in particular, to explore the use and meaning of slimming drugs and the views of female consumers regarding the ideal body based on values and norms regarding a healthy and beautiful body. Based on the results of previous studies, the pharmateucalization process occurs as a result of cooperation between the pharmaceutical industry, cultural expectations, and the role of the media (Direct-To-ConsumerAdvertising) to build information about a disease and the importance of using drugs. The lack of studies discussing the pharmaceuticalization of herbal slimming drugs is an opportunity for researchers to dig deeper into this phenomenon from consumers point of view. The researcher argues that the pharmaceuticalization process of slimming drugs on a micro basis occurs due to the mixing of beauty standardization, medical industry discourse, pharmaceuticals, and advertisements regarding obesity as a disease that needs cured by normalizing the use of lifestyle drugs. The data findings show that the pharmaceuticalization process involves many actors such as pharmaceutical companies, drug marketing strategies (DTCA, celebrity endorsement, selfdiagnosis), changing roles of patients and consumers, mass media, health discourse, beauty discourse, and the help of other supporting agents who see the weight is a problem that needs to be solved by using herbal slimming drugs which are lifestyle drugs to improve the quality of life. In the process, there is a practice of using slimming drugs that can be discussed from consumption status, duration of consumption, consumption patterns, and consumer experiences with slimming drugs. Then, herbal slimming drugs are interpreted by women as drugs that give 'false and false hopes' to improve the quality of life of their users by losing and or maintaining weight. The ideal body is defined as a slim body following the discourse of beauty which justifies a healthy body.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delia Nopianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk representasi hegemoni tandingan terhadap standar kecantikan yang dilakukan oleh BLP Beauty melalui konten promo di media sosial Instagram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotika Roland Barthes yang melihat makna denotasi, konotasi serta mitos dari dua sampel yang digunakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa representasi hegemoni tandingan terhadap standar kecantikan melalui konten promosi media sosial Instagram BLP Beauty sangat terlihat pada dua unggahan foto pada seri produk Face Base BLP. Konten promosi tersebut memperlihatkan dukungan dan gerakan dari BLP Beauty melalui penggunaan model yang menggambarkan dan menegaskan tentang kecantikan yang tak berstandar. Melalui unggahannya khalayak pun turut serta dalam gerakan tersebut terlihat dari banyaknya likes, komentar dan unggahan yang berkolaborasi dari konten promosi tersebut.

This study aims to determine the form of counter-hegemony representation of beauty standards carried out by BLP Beauty through promo content on Instagram social media. The method used in this research is the semiotic analysis method of Roland Barthes which looks at the meaning of denotation, connotation, and the myth of the two samples used. The results show that the counter-hegemony representation of beauty standards through BLP Beauty's Instagram social media promotional content is very visible in the two photo uploads in the BLP Face Base product series. The promotional content shows the support and movement of BLP Beauty using models that depict and emphasize non-standard beauty. Through his uploads, the audience also participates in the movement, as can be seen from the many likes, comments, and uploads that collaborate with the promotional content."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrinda Putri Poempida
"Standar kecantikan adalah gagasan yang menyiratkan bagaimana perempuan seharusnya berpenampilan. Hal ini menjadi standar sosial sekaligus harapan terhadap perempuan, dan penampilan mereka. Di Indonesia, standar kecantikan berubah dari waktu ke waktu, bergantung pada banyak faktor kultural. Pada saat ini, media sosial berperan penting dalam banyaknya konstruksi opini publik, termasuk terhadap standar kecantikan wanita. Dalam beberapa tahun terakhir, inklusivitas telah menjadi tren dalam menentukan standar kecantikan di kalangan wanita Indonesia. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap pencangkupan inklusivitas dalam mendefinisikan standar kecantikan adalah postingan Instagram fenomenal Tara Basro yang menarik banyak sentimen campuran dari publik dan media. Fenomena yang berdampak sosial ini memiliki dampak terhadap konstruksi standar kecantikan wanita Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengkaji apakah ada peran dari media sosial, khususnya postingan Instagram Tara Basro, dalam melakukan konstruksi terhadap persepsi publik tentang standar kecantikan wanita Indonesia.

Beauty standard is a notion which imply how female, in particular, should look like. It became social standard as well as expectation toward female, and their appearance. In Indonesia, beauty standard has changed overtime, depending on multiple cultural factors. Nowadays, Social Media plays important role on construction various of public opinion toward many social issues, including female beauty standard. In addition, inclusivity has become a trend on defining beauty standard among Indonesian female in the past few years. One of the most recent influential aspects that promotes inclusivity in defining beauty standard is Tara Basro’s phenomenal Instagram post which drew plenty of mixed sentiment from both the public and media. This social phenomenon has its own impact toward the construction of Indonesian female beauty standard. Therefore, this study is to assess whether or not there is an impact of social media, especially Tara Basro’s Instagram post, in the construction of public perception toward Indonesian female beauty standard."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library