Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Anuar Kamaruddin
Abstrak :
The preparation and characterization of macro alginate beads are always associated with appropriate techniques involving precise measurement of shape, size, volume and density of the products. Depending on the type of application, encapsulation of macro alginate beads can be accomplished by various techniques including chemical, ionotropic, physical and mechanical methods. This work describes a method for preparing macro alginate beads through drop weight. The macro beads (2.85–3.85 mm) were prepared via different concentrations of alginate (0.5, 1.0, 1.5 and 2.0 g/L), dripping tip size (0.04–0.14 cm) and immersion into a predetermined concentration of calcium chloride (CaCl2) bath. A custom made dripping vessel fabricated from acrylic plastic, connected to an adjustable dripping clamp was used to simulate the dripping process of the molten alginate at different tip sizes. It was observed that at different dripping tips, the correction factor for the alginate slurry was found in the range of 0.73–0.83. Meanwhile, the lost factor, KLF was observed at 0.93–2.3 and the shrinkage factors were limited to 2.00% from the overall distributed data. It was concluded that liquid properties had no effect on the liquid lost factor. The bead size prediction for different concentrations of alginate solution was compared to the experimental data. Subsequently, it was concluded that increasing the tip size caused the bead size to deviate almost 20% when compared to the experimental and predicted values, respectively.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2014
UI-IJTECH 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Khusnul Mustakim
Abstrak :
Ban merupakan bagian terpenting dalam industri otomotif. Dalam struktur ban terdapat suatu kawat yang mempunyai tujuan untuk memperkuat fire bead ban, yang dapat mempengaruhi ban tersebut dalam segi keamanan, kekuatan serta keawetannya pada saat digunakan. Untuk meningkatkan kekuatan dari kawat tersebut dilihat dari penggunaannya, salah satu proses itu adalah dengan cara melapisinya dengan perunggu (bronze/Cu-Sn). Dengan memberikan Iapisan perungu tersebut pada permukaan kawat, akan dihasilkan kemampuan adhesi yang meningkat antara kawat tadi dengan ban tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kecepatan proses pelapisan dengan metode electroless bronze plating dapat mempengaruhi sifat adhesi antara kawat dengan ban dengan menggunakan bahan-bahan seperti H2504 sebagai media pickling dan rinsing, air sebagai media rinsing dan C nS0,¢ serta SnSO4 (masing-masing dalam bentuk garam hidrainya) sebagai media pelapis pada proses electroless tersebut. Penelitian dilakukan dengan memvariasika kecepatan proses electroless secara keseluruhan mulai dari 90, 120, 150, 180, 210 dan 230 meter/menit. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa kekuatan adhesi yang maksimum (67, 5 4 kg/5cm) didapalkan pada saat kecepatan dari proses sebesar 120 m/menit dan sifat adhesi minimum (61,256 kg/5cm) didapatkan pada kecepatan 230 m/menit. Dari hasil tersebut dapat dilihat dari kecenderungan bila proses yang dilakukan terlalu cepat, akan dihasilkan sifat adhesi yang menurun yang dapat disebabkan karena persiapan nninlc permukaan yang akan dilapis terlalu cepat (kurang bersih) dan juga akan menghasilkan lapisan yang sangat tipis pada saat setelah proses eieciroless bronze. Keadaan ini juga berlaku untuk kecepatan proses yang terlalu rendah, yang disebabkan karena...
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Quintanto Sambodo
Abstrak :
Ban pneumatic (pneumatic fire) saat ini tampil dalam berbagai fungsi yang sangat esensial pada operasi hampir seluruh transportasi yang ada di dunia. Secara umum ban diklasifikasikan melipuli ban mobil, truk, Offroad, ban kendaraan pertanian, ban pesawat lerbang dan ban mobil balap yang memiliki hmgsi-fungsi yang spesifik. Fungsi-fungsi tersebut secara umum sebagai pendukung pada penahan beban kendaraan, memenuhi kenyamanan dalam berkendara yang berdayatahan, baik dalam kondisi permukaan jalan mya yang kering, basah atau bersalju sekalipun, merendahkan kebisingan dari kendaraan pada jalan raya dengan vibrasi tertentu, menjaga kestabilan dimensi serta yang terpenting pula bagi pemakai ban adalah memenuhi massa pakai yang lama dari segi ekonomi. Di antara komponen pendukung ban, terdapat bagian yang juga memiliki peran penting yaitu keberadaan bead wire yang terletak pada fire head. Salah satu fungsi atau pemenuhan kebutuhan bagi sualu bead wire selain harus memiliki mechanical properries yang baik, juga harus memiliki piczring properties yang baik pula. dimana bend wire dilapis dengan lapisan bronze (Cu + Sn) yang difungsikan untuk meningkatkan sifat adhesi antara kawat dengan karet. Muara dari semua ini adalah bahwa adhesi antara bead wire dengan rubber layer bergantung dari kualilas pickling (ilepennfv on the plating qnriiiiv) dan kehomogenan pluiing (hornngeneous plming). Lebih khusus lagi tixngsi Sn sebagai pemadu pada lapisan bronze perlu untuk diketahui dan ditelili, sehingga kehadiran Sn dalam pialing tersebut memiliki peran yang signifikan baik sebagai pemadu Cu secara khusus maupun sebagai peningkat kekuatan sifat adhesi yang ditimbulkan. Pada penelitian ini menggunakan material logam kawat jenis high carbon sreel wire 0-67 %, dengan proses pickling dan cleaningnya menggunakan larutan asam sulfat 300 gram per liter (gpl), sedangkan pada larutan bronzing mcnggunakan CUSO4 dan SnSO4 serta H3804 masing-masing 18 gpl, 0,7 gp! dan 35 gpl. Nilai pull our yang optimum sebagai parameter sifat adhesi diperoleh dengan nilai 79,725 kg/1,5 cm dengan penambahan Sn 25 gram dan kecepatan proses yang dipergunakan 210 m/mcnit pada bath electroiess bronze yang bervolume l500 liter.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tunyaporn Sirilert
Abstrak :
ABSTRACT
Although encapsulation efficiency of various biopolymers has been documented, no attempts have been made to investigate stability of α-mangostin entrapped and an encapsulation efficiency of biopolymer beads in different conditions. In this study, the efficiency of whey protein (W) and Alginate (A) to encapsulate α-mangostin was assessed through the investigation of the α-mangostin content stored at different conditions. Particle size and stiffness of biopolymer beads were measured. An increase in whey protein content enhanced gel viscosity, which resulted in particles with significantly higher dimension size and weight (p<0.05). A decrease in encapsulation efficiency was found at higher temperatures and lower pH values. However, higher encapsulation efficiency was observed in gel beads which contained whey protein (50A : 50W and 60A : 40W) at all conditions. An increased protein content resulted in a higher gel network density and retention of the α-mangostin in the beads. The released α-mangostin content decreased with increasing protein content at all conditions during storage. The results confirmed that the α-mangostin stability was significantly governed by both conditions and the use of whey protein to protect the target compound.
Pathum Thani: Thammasat University, 2018
670 STA 23:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Milyardi
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan pengelasan Tungsten Inert Gas TIG tanpa logam pengisi autogenous pada aplikasi sambungan tumpul aluminium paduan AA 1100. Dimensi dari material uji adalah 12 mm panjang, 5 mm lebar dan 3 mm tebal. Pengelasan dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus dan kecepatan pengelasan terhadap lebar manik las, porositas, sifat mekanik serta mikrostruktur pada sambungannya. Parameter arus pengelasan yang dilakukan adalah 160; 165; dan 170 A, sedangkan parameter kecepatan pengelasan adalah 1; 1,1; 1,2 mm/detik. Dari hasil penelitian didapatkan lebar manik las berbanding lurus dengan peningkatan arus dan berbanding terbalik dengan peningkatan kecepatan. Kemudian untuk pengujian porositas menggunakan X-Ray radiografi, tidak didapati adanya porositas berukuran besar pada semua variable pengelasan. Untuk kekuatan mekanik didapatkan penurunan kekuatan tarik sebesar 40 - 45 dibandingkan dengan logam dasar. Untuk uji kekerasan mikro dengan metode vickers, penurunan kekerasan pada daerah Heat Affected Zone HAZ adalah 26 dan penurunan kekerasan pada daerah pengelasan adalah 18. Tahap terakhir pada pengujian dipenelitian ini adalah pengamatan struktur mikro. Pada arus 160 -170A didapati adanya porositas berukuran mikro pada daerah pengelasan yang dapat mengurangi kekuatan dari material.
In this research, Tungsten Inert Gas TIG welding without metal filler autogenous in the butt joint application of aluminum alloy AA 1100 was performed. The dimensions of the test material were 12 mm long, 5 mm wide and 3 mm in thickness. The welding was conducted to determine the effect of current and welding speed to the weld bead width, porosity, mechanical properties and microstructure on the joint. The welding current parameters were 160 165 and 170 A, while the welding speed parameters were 1 1,1 1.2 mm sec. From the research results obtained the weld bead width was directly proportional to the increase in current and inversely proportional to the increase in speed. Subsequently for porosity testing using X Ray radiography, there was no large porosity in all welding variables. For mechanical properties, the tensile strength reduced by 40 45 and the hardness decrease in the Heat Affected Zone HAZ area was 26 and the hardness decrease in the welding area was 18. The final stage of this research was observed of microstructure. In the current 160 165 and 170A, micro porosity was found in the welding area which reduced the strength of the material.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiana Agung Riyanto
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari bead penghantar listrik tembaga NYM 3x1,5 yang telah mengalami gangguan hubung singkat listrik dan beban arus berlebih pada beban 800% dari kemampuan hantar arusnya (144 Ampere), serta oleh karena menerima panas dari nyala api langsung pada temperatur 960o C. Spesimen bead yang terbentuk dari akibat gangguan hubung singkat listrik, beban arus berlebih serta akibat pemanasan dengan nyala api langsung tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengujian laboratorium yaitu: pemeriksaan komposisi kimia, pemeriksaan visual, pemeriksaan struktur makro dan strukturmikro, pengujian kekerasan dan pemeriksaan SEM-EDS. Perbedaan karakteristik manik-manik busur (bead) yang terbentuk pada kondisi hubung singkat listrik dan beban arus berlebih adalah pada kondisi hubung singkat listrik, titik kerusakan terlokalisasi pada titik tertentu yaitu pada titik kontak hubung singkat, sedangkan pada kondisi beban arus berlebih titik kerusakan terlokalisasi pada satu atau beberapa lokasi tertentu dari sepanjang kawat penghantar. Karakteristik makro dari manik-manik busur (bead) yang terbentuk pada kondisi hubung singkat listrik dan beban arus berlebih adalah mengandung banyak rongga (voids) serta terlihat jelas batas transisi antara bahan yang mencair/ resolidifikasi dengan bahan yang tidak mencairnya. Sedangkan karakteristik manik-manik berupa gumpalan yang terbentuk pada perlakuan pemanasan dengan nyala api langsung, tidak menunjukkan transisi yang tajam antara bahan yang mencair/ resolidifikasi. Struktur mikro manik-manik dari material kawat tembaga penghantar listrik NYM 3x1,5 pada kondisi perlakuan: hubung singkat, beban arus berlebih, dan pemanasan dengan nyala api langsung, adalah struktur dendritik dari fasa alfa (α). ......The purpose of this study was to evaluate the characteristics of the bead formed due to short circuit, overload and direct flame treatment on NYM 3x1.5 copper power cable. Handling of short circuit and overload is carried out at a current load of 800% of the current carrying capacity (144 Amperes) and direct flame treatment is carried out at a temperature of 960 degrees Celsius. The bead specimens formed from each treatment were examined and tested in the laboratory: chemical composition examination, visual inspection, macro and micro structural examination, hardness testing, and SEM-EDS examination. The difference in the characteristics of the arc bead that is formed under short circuit conditions and overload is that in short circuit conditions the damage point is localized at a certain point, namely at the short circuit contact point, while under overload conditions the point damage is localized at one or several specific locations along the wire. The macro characteristic of arc beads formed under short-circuit and overload conditions is that they contain many cavities and a clear transition boundary between the melted/ re-solidified material and the non-melted material. While the characteristics of the granules in the form of globular formed in the direct flame treatment, do not show sharp transitions between melting/ re-solidified materials. The micro structure of NYM 3x1.5 beads of electrically conducting copper wire material under the treatment conditions: short circuit, overload and direct ignition, is an alpha (α) phase dendritic structure. 
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Sugianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Runia Aisyah Isnaini
Abstrak :
Sistem penghantaran obat ke kolon harus mampu menunda pelepasan obat hingga sistem mencapai tempat targetnya, yaitu kolon. Pada penelitian ini dipilih bentuk sediaan beads menggunakan gabungan dua polimer alginat dan Polivinil Alkohol PVA sebagai sistem pembawa Tetrandrine menuju kolon. Beads diformulasikan ke dalam tiga formula dengan perbandingan konsentrasi alginat:PVA yang berbeda-beda yaitu 2:0,5, 2:0,75 dan 2:1. Kemudian dilakukan karakterisasi meliputi morfologi, distribusi ukuran partikel, efisiensi proses, efisiensi penjerapan, penentuan kadar air, uji termal DSC, Difraksi Sinar X XRD , Spektroskopi FTIR, index mengembang, dan uji pelepasan obat secara in vitro. Formula 3 dengan perbandingan alginat dan PVA 2:1 merupakan formula terbaik dengan diameter rata-rata beads 790,87 75,64 ?m dan efisiensi penjerapan 32,12 0,84 . Uji pelepasan obat dilakukan dalam medium HCl pH 1,2 2jam , dapar fosfat pH 7,4 Tween80 2 3 jam dan dapar fosfat pH 6,8 Tween80 2 3 jam. Profil pelepasan obat in vitro dalam medium HCl pH 1,2 Formula 1, Formula 2, dan Formula 3 secara berurutan adalah 84,13 0,60, 73,12 1,64 , dan 66,57 1,56. Hasil ini menunjukan semua formula belum mampu menghasilkan sediaan kolon tertarget yang ideal. ...... Colon drug delivery system should be able to maintain drug release until the system reaches its target. In this research, beads was selected as drug carrier system to deliver tetrandrine to colon using combination of two polymers, alginate and Polyvinyl Alcohol PVA . Beads were formulated into three formulas with different alginate PVA concentration 2 0.5, 2 0.75, and 2 1. Each formula were characterized based on morphology beads, particle size distribution, process efficiency, entrapment efficiency, drug loading percentage, moisture content, thermal test DSC , X ray Diffraction XRD , FTIR, swelling analysis and in vitro drug release test. Formula 3 with concentration alginate PVA 2 1 was the best formula with size of beads 790,87 75.64 m and an entrapment efficiency 32.12 0.84 . Drug release test was perform in HCl pH 1,2 2 hours , phosphate buffer pH 7,4 Tween80 2 3 hours , and phosphate buffer pH 6,8 Tween80 2 3 hours . Cumulative drug release of three formulas beads in hydrochloric acid medium was 84.13 0,60 , 73.12 1,64 , and 66.57 1,56 , respectively. Based on those result, all formulas beads are not ideal to be colon targeted dosage form, yet.
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Mahdy
Abstrak :
Tungsten Inert Gas (TIG) adalah sebuah metode pengelasan yang menggabungkan material dengan cara memanaskannya dengan busur las. Elektroda yang digunakan berbahan tungsten dan bersifat non-consumable. Penambahan medan magnet eksternal secara permanen selama proses pengelasan adalah salah satu perkembangan pengelasan TIG. Penambahan medan magnet eskternal pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap geometri lasan berupa bentuk busur las, lebar manik las, dan kedalaman penetrasi. Magnet yang digunakan memiliki dua ukuran dan empat belas konfigurasi yang berbeda berdasarkan peletakannya. Masing-masing konfigurasi dilakukan sebanyak tiga kali repetisi pengelasan. Dari hasil uji ANOVA, semua konfigurasi memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan secara statistik. Hal ini disebabkan pada tiap konfigurasi memiliki keberagaman garis-garis gaya magnet dan besarnya medan magnet, sehingga akan memengaruhi geometri busur las yang berdampak pada lebar manik dan kedalaman las. Busur las yang telah dimampatkan oleh garis gaya magnet cenderung memiliki area kontak panas yang kecil sehingga panas terpusat, menghasilkan lebar manik las yang sempit dan penetrasi las yang dalam. Konfigurasi yang memiliki peningkatan rasio D/W (depth/width) paling tinggi dari pengelasan non magnet (netral) adalah konfigurasi F Forward untuk tebal magnet 3 mm dan 5 mm. ......Tungsten Inert Gas (TIG) is a welding method that combines materials by heating them with a welding arc. The electrodes used are made of tungsten and non-consumable. The addition of a permanent external magnetic field (EMF) during the welding process is one of the developments in TIG welding. The addition of the external magnetic field in this study was carried out to determine its effect on the weld geometry in the form of weld arc shape, weld bead width, and penetration depth variously. The magnets used have two sizes and fourteen different configurations based on their placement. Each configuration is performed three times of welding reps. From the results of the ANOVA test, all configurations have mean differences that are statistically significant. This is because each configuration has a variety of magnetic lines of force and magnetic field magnitude, so it will affect the geometry of the blow arc which has an impact on the weld bead width and the depth penetration of the weld. A weld arc that has been compressed by magnetic lines of force tends to have a small hot contact area so that the heat is concentrated, resulting in a narrow weld bead width and deep weld penetration. The configuration that has the highest increase in D/W (depth / width) ratio from non-magnetic (neutral) welding is the F Forward configuration for 3 mm and 5 mm thick magnets
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library