Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudi Sudrajat
Abstrak :
ABSTRAK
Terapan teknologi beton pada bidang konstruksi semakin berkembang disamping karena aspek kemudahan pengerjaan dan nilai ekonomis beton merupakan nilai tambah. Penggunaan beton sebagai penahan radiasi untuk unit radiologi, instalasi radio metalurgi ( RMI ) reaktor untuk penelitian dan reaktor nuklir pembangkit listrik yang berhubungan dengan paparan radiasi.

Beton untuk berbagai tipe telah dipergunakan secara luas sebagai struktur penahan radiasi untuk peketja dan peralatan terhadap paparan radiasi yang merusak dan partikel nuklir. Sifat-sifat yang dibutuhkan dari beton penahan radiasi adalah beton harus memiliki kandungan Hidrogen tinggi untuk menangkap neutron cepat ( fast neutron ), beton harus mempunyai daya tahan terhadap tegangan panas ( thermal stresses ) yang diakibatkan panas dari penangkapan neutron dan selanjutnya beton harus mempunyai massa yang cukup padat untuk mengatenuasi sinar gamma. Beton penahan radiasi harus tahan terhadap panas radiasi dari sistem selama rnasa operasi. Diketahui bahwa kemampuan beton menyerap sinar gamma proporsional terhadap densitasnya, ketebalan perisai bisa dikurangi bila dipergunakan beton dengan densitas tinggi. Densitas beton bisa dinaikan dengan mempergunakan agregat dengan specific gravity tinggi. Material dengan densitas tinggi tersebut diantaranya adalah : Barit, Hematit, Limonit,Magnetit dan agregat berat artifisial seperti steelslag, dan srap iron atau iron ore.

Untuk terapan khusus perlu memodifikasi beton densitas tinggi dengan menambah kandungan Hidro gen dan elemen pendukung yang memiliki penampang lintang lintasan dengan efektifitas besar ( large effective removal cross section ) dengan tujuan mengatenuasi radiasi neutron dan sinar gamma. Untuk memperlambat neutron cepat beton harus mengandung material ringan seperti Hidrogen. Dari komposisi unsur penyusun agregat berat diketahui bahwa densitas tinggi tidak sebanding dengan kandungan Hidrogen tinggi. Karena hal tersebut di atas disyaratkan untuk disain fasilitas bangunan nuldir dipenuhi sifa -sifat nuklir ( nuclear properties) dan sifat-sifat fisik dan mekanik ( physical and mechanical properties ) yang memberikan suatu kinerja tinggi dari penahan radiasi dalam pengoperasian.

Atenuasi dapat diartikan sebagai kemampuan suatu material untuk mengurangi intensitas paparan radiasi yang melaluinya. Sebagian radiasi berasal dari proses fisi, hanya neutron dan foton yang memiliki kemampuan cukup untuk penetrasi dan mengakibatkan kerusakan biologi terhadap beton yang menjadi masalah. Untuk kasus neutron, spektrum energi tinggi dihasilkan Iangsung dari proses fisi dan untuk foton, sumber energi gamma tinggi yang didistribusikan rnelalui inti dan penahan radiasi sebagai akibat dari energi terikat yang terlepas ketika neutron diserap oleh inti.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari karakteristik atenuasi dari material dan sifat-sifat mekanik yang memenuhi kriteria sebagai material penahan radiasi seperti ketahanan ( durability ), efektivitas terhadap paparan radiasi dan ekonomis. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu altenatif material penahan radiasi dengan proyeksi pada fasilitas bangunan nuklir.
1996
S34634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Imanuddin
Abstrak :

ABSTRAK
Beton sebagai bahan konstruksi semakin luas penggunaannya, sejalan dengan berkembangnya teknologi beton dewasa ini, mulai dari konstruksi ringan sampai konstruksi berat dan konstruksi yang khusus. Penggunaan beton pada konstruksi yang khusus misalnya terdapat pada pembangunan struktur-struktur yang berhubungan dengan radiasi, seperd di bidang kedokteran nuklir, pusat penelitian nuklir, dan fasilitas-fasilitas nuklir lainnya.

Struktur penahan radiasi dapat menggunakan berbagai tipe beton. Sifat-sifat yang dibutuhkan dari beton penahan radiasi adalah beton hams memiliki kandungan hidrogen tinggi, yang digunakan untuk menangkap neutron cepat, beton juga harus mempunyai daya tahan terhadap tegangan panas yang diakibatkan panas dari penangkapan neutron, dan beton hams mempunyai massa yang padat, yang berguna untuk mengatenuasi sinar gamma. Diketahui bahwa kemampuan beton menyerap sinar gamma, proporsional terhadap densitasnya, ketebalan perisai/penahan bisa dikurangi bila mempergunakan beton dengan densitas tinggi. Beton dengan densitas tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan material-material yang mempunyai berat jenis tinggi sebagai pengganti agregat biasa, seperti Barit (BaS04), Hematit (Fe2O3), Magnetit (FeFe2O4), Gutit (HFeO2), Ilmenit (FeTiO3), dan bahan lain yang sejenis.

a Dengan memperhatikan hal diatas, penelitian ini dimaksud untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dan untuk mengetahui pengaruh dari peradiasian pada beton barit (sebagai beton berat) yang menggunakan admixture fly ash. Penggunaan fly ash di sini diharapkan dapat meningkatkan kerapatan beton, oleh karena partikel-partikel fly ash yang sangat kecil (lebih kecil dari partikel-partikel semen) dapat mengisi rongga-rongga yang ada, sehingga penyerapan beton barit terhadap radiasi juga meningkat.
1997
S34660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yorga Rohimuddin E.
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian yang memanfaatkan limbah industri yang mengandung barit sebagai bahan baku magnet permanent barium heksaferit. Limbah yang mengandung barit ini direaksikan dengan asam klorida untuk menghilangkan unsur-unsur yang larut asam klorida, yang dilanjutkan dengan pereaksian dengan asam sulfat untuk melarutkan pengotor yang larut asam sulfat. Tahap pemurnian ini dapat mencapai kemurnian Barium sulfat diatas 98%. Selanjutnya barium sulfat dan KOH dalam takaran stoikiometri di milling dalam planetary ball mill dengan perbandingan berat sampel terhadap bola 1:20. Setelah digerus selama 5 jam, hasil ini dipaparkan pada gas CO2 sehingga terbentuk BaCO3. lalu dileaching menggunakan K2CO3 dan dikeringkan. Hasilnya adalah BaCO3 dan sisa BaSO4 yang belum bereaksi. Pemisahan BaCO3 dilakukan dengan cara memanaskan campuran ini pada suhu 800oC lalu dilarutkan ke dalam air. Larutan lalu diberi gas CO2 sehingga terbentuk presipitasi BaCO3 murni. BaCO3 murni ini kemudian di reaksikan dengan Fe2O3 dengan perbandingan molar 1:6 pada suhu 1200°C selama 1 jam sehingga diperoleh bahan magnet Barium heksaferit. ......It is already studied the use of industrial waste rich with barite as raw material of permanent magnet barium hexaferrite. First the waste reacted with hydrochloride acid to eliminate substance that can be dissolved in acid, then reacted with sulfate acid to remove substance that dissolved in sulfate acid. This purification step can concentrated barite from 30wt% to 98wt%. the purified barite then milled with KOH in stoichiometry proportion in planetary ball mill to form Ba(OH)2. after 5hrs milling, the sample is subjected to CO2 gas to transform Ba(OH)2 into BaCO3. then leach out K2SO4 with K2CO3 solution 0.1M and then dried. This step leaves BaCO3 and BaSO4 residue in mix. BaCO3 separation is done by heating the mix in 800oC then dissolved in water. Filtration this solution then aerated with CO2 gas on the filtrate will form pure BaCO3 precipitation. This pure BaCO3 precipitation then reacted with Fe2O3 in 1:6 molar proportions, in temperature 1200°C for 1hour to form magnetic substance barium hexa ferrite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Logana Miranti
Abstrak :
Lumpur bor berbasis air dengan aditif Barit (B) dan KCl (K) berpotensi toksik, sehingga Lemigas berupaya melakukan pencegahan berdasarkan pengujian TCLP dan LC50 - 96 jam terhadap Penaeus monodon. Kondisi uji disesuaikan pada Sumur Bangau #1 di Sesulu PSC, Selat Makassar. Dengan kombinasi Bmin, Bmax, Kmin, dan Kmax, konsentrasi Cu pada setiap formula (Bmin-Kmin: 26,17 ppm; Bmin-Kmax: 39,74 ppm; Bmax-Kmin: 21,47 ppm; Bmax-Kmax: 31,7 ppm) dan Pb pada Bmin-Kmin (9,369 ppm) melewati baku mutu lingkungan. LC50 Formula Bmin-Kmin memenuhi baku mutu lingkungan (44.058 ppm), sedangkan Formula Bmax-Kmax tidak memenuhi baku mutu lingkungan (13.269 ppm). Hal ini dipengaruhi oleh komposisi logam berat, toksisitas KCl, dan kondisi lingkungan. WBM jenis ini lebih baik digunakan pada pengeboran off-shore.
Water based mud with Barite (B) and KCl (K) as additives have toxicity potential, therefore Lemigas performed testing prevention effort based on TCLP and LC50 – 96 hours on Penaeus monodon. Testing condition environment was adapted to Sumur Bangau #1 at Sesulu PSC, Makassar Strait. Cu concentration in Bmin, Bmax, Kmin, and Kmax combinations (Bmin-Kmin: 26,17 ppm; Bmin-Kmax: 39,74 ppm; Bmax-Kmin: 21,47 ppm; Bmax-Kmax: 31,7 ppm) and Pb in Bmin-Kmin (9,369 ppm) are above the threshold. LC50 Bmin-Kmin Formula fulfill the threshold (44.058 ppm) while Bmax-Kmax Formula did not (13.269 ppm). It is influenced by heavy metals composition, KCl toxicity, and environmental condition. This type of WBM is better used in off-shore drilling operation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library