Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhika Januar Suhendar
"Maskulinitas salaryman yang diterima sebagai hegemoni dalam masyarakat Jepang memarginalkan bentuk maskulinitas lainnya termasuk bapak rumah tangga atau sengyoushufu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat representasi maskulinitas sengyoushufu melalui tokoh Tatsu dalam drama televisi Gokushufudou (The Way of Househusband) dan refleksi film tersebut terhadap fenomena bapak rumah tangga di Jepang. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori deskriptif analisis melalui tangkapan layar adegan dan dialog dalam drama, lalu dianalisis dengan teori Hegemonic Masculinity dari R.W Connel (1987,1995) sebagai teori utama, dan didukung oleh teori maskulinitas New Man oleh John Beynon (2002). Dari hasil analisis ditemukan bahwa 1) Tokoh Tatsu merepresentasikan maskulinitas sengyoushufu yang tidak tunduk terhadap nilai-nilai maskulinitas salaryman sebagai Hegemonic Masculinity dalam masyarakat Jepang; 2) Identitas sengyoushufu direpresentasikan dengan positif dalam drama televisi inimelalui tokoh Tatsu yang secara sukarela menjadi bapak rumah tangga dengan lingkungan yang menerimanya dengan baik. Gokushufudou menjadi salah satu wacana baru yang mendekonstruksi hegemoni maskulinitas salaryman dalam masyarakat Jepang melalui representasi bapak rumah tangga.

Salaryman masculinity which is accepted as hegemony in Japanese society marginalizes other forms of masculinity including househusbands or sengyoushufu. This study aims to see the representation of sengyoushufu masculinity through the character Tatsu in the television drama Gokushufudou (The Way of Househusband) and the film's reflection on the phenomenon of househusbands in Japan. The method that will be used in this research is descriptive analysis method through screenshots of scenes and dialogues in the drama, then analyzed with the theory of Hegemonic Masculinity from R.W Connel (1987, 1995) as the basic theory, and supported by the theory of new man masculinity by John Beynon (2002). The results from this study show that 1) Tatsu's character represent sengyoushufu masculinity that is not subject to the values of salaryman masculinity as Hegemonic Masculinity in Japanese society; 2) The identity of sengyoushufu is represented positively in this television drama through the characterization of Tatsu who voluntarily becomes a househusband, and surrounding environment that accept his identity. Gokushufudou is one of the new discourses that deconstructs the hegemony of salaryman masculinity in Japanese society through the representation of househusband."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Javano Sultan Mastoni
"Dalam tulisan ini, saya mendeskripsikan bagaimana laki-laki dewasa di dalam keluarga intinya mengambil keputusan untuk menjadi seorang bapak rumah tangga yang dalam realitanya berlawanan dari peran gender ideal masyarakat Jakarta serta pengaruhnya terhadap maskulinitas hegemoni yang berlaku di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara jarak jauh menggunakan gawai terhadap lima bapak rumah tangga, dua pasangannya, dan enam masyarakat umum di Jakarta. Menggunakan konsep doing dan undoing gender saya berusaha menjelaskan bagaimana mereka menjadi seorang bapak rumah tangga dan menggunakan konsep hegemonic masculinity untuk menjelaskan posisi unik mereka yang secara bersamaan menegaskan maskulinitas tradisional dan memunculkan cara baru untuk menjadi laki-laki. Hasil temuan penelitian ini adalah pengaruh signifikan peristiwa pendorong yang sangat berkaitan dengan keadaan ekonomi dalam merasionalisasikan peran bapak rumah tangga yang dijalankan oleh laki-laki. Dari peristiwa pendorong ini muncul praktik-praktik baru untuk menjadi laki-laki yang dimungkinkan oleh pembatalan gender pada praktik tugas domestik. Hal ini tidak sepenuhnya bertentangan dari maskulinitas hegemoni tapi saling berkelindan sehingga menciptakan maskulinitas lokal unik yang tetap mengacu pada maskulinitas hegemoni bapak di tingkatan regional sebagai kerangka budaya. Para bapak rumah tangga menempati posisi yang unik, melakukan gender dengan menegaskan maskulinitasnya dan membatalkan gender dengan membingkai ulang maskulinitasnya

In this paper, I describe how the adult male in his nuclear family decides to become a stay-athome dad, which in reality is contrary to the ideal gender role of the people of Jakarta and its influence on the hegemonic masculinity that prevails in Jakarta. This research was conducted through long-distance interviews using mobile devices with five stay-at-home dads, two spouses, and six extra informants in Jakarta. Using the concepts of doing and undoing gender I try to explain how they become stay-at-home dads and use the concept of hegemonic masculinity to explain their unique position which simultaneously affirms traditional masculinity and gives rise to new ways of being male. The findings of this study are the significant influence of driving events that are closely related to economic conditions in rationalizing the role of housewives carried out by men. From this driving event emerged new practices for being men made possible by the undoing gender in the practice of domestic labor. This is not completely contrary to hegemonic masculinity but is intertwined to create unique local masculinity that still refers to the father hegemonic masculinity at the regional level as a cultural framework. Stay-at-home dads occupy a unique position, doing gender by affirming their masculinity and canceling gender by reframing their masculinity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rizka Lestari
"ABSTRAK
Dalam istilah sosial, umumnya hanya dikenal sebagai ibu rumah tangga karena diasumsikan bahwa keterampilan merawat anak, memasak dan mengelola pekerjaan rumah dimiliki oleh wanita yang berafiliasi dengan feminitas yang diterima secara dogmatis oleh sosial. Sebaliknya, pria dengan atribut maskulinitas dianggap tidak cocok dalam merawat anak-anak dan mengerjakan pekerjaan rumah sehingga mereka terbebani dengan pekerjaan di tempat-tempat umum. Perkembangan pemikiran tentang cairan gender memiliki banyak dampak pada penerimaan konsep ayah rumah tangga atau perumah tangga. Beberapa media populer digunakan sebagai upaya untuk membiasakan pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan teori-teori Simone De Beauvoir, Nancy Chodorow dan Judith Butler, penelitian ini berupaya mendekonstruksi makna penting gender. Pada akhirnya, melalui pendekatan ontologi, penulis akan menunjukkan bukti bahwa karakterisasi ontologis bukanlah sesuatu yang stabil dan absolut tetapi dapat diubah.

ABSTRACT
In social terms, it is generally only known as a housewife because it is assumed that the skills of caring for children, cooking and managing homework are owned by women affiliated with femininity that are accepted dogmatically by the social. Conversely, men with masculinity attributes are considered unsuitable in caring for children and doing homework so they are burdened with work in public places. The development of thinking about gender fluids has many impacts on the acceptance of the concept of the father of the household or household. Some popular media are used as an effort to familiarize this understanding in everyday life. Through the approaches of the theories of Simone De Beauvoir, Nancy Chodorow and Judith Butler, this study seeks to deconstruct the significance of gender. Finally, through the ontology approach, the writer will show evidence that ontological characterization is not something that is stable and absolute but can be changed"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library