Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tan, Sooi Beng
Singapore: Oxford University Press, 1993
782.109 TAN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ranov Deddy
Abstrak :
ABSTRAK
Pembahasan ini dilakukan dengan pendekatan sejarah melalui data-data primer, studi kepustakaan dengan metode deskriptif analistis.

Gerakan Desemberis adalah gerakan kaum bangsawan yang menentang institusi perbudakan dan autokrasi. Gerakan ini berkembang pada abad ke 19 di Rusia.

Dua organisasi besar Desemberis, yaitu organisasi masyarakat utara dan organisasi masyarakat selatan yang dipimpin Muravev dan Pestel, mempunyai satu orientasi yaitu orientasi kerakyatan.

Bangsawan Desembris sangat banyak dipengaruhi oleh enlightenment Prancis dan filsafat aufklarung Jerman. Hal ini tentu saja berlandaskan pada sejarah Rusia masa lampau; kehidupan kota Novgorod dan Pskov.
1995
S15093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boangmanalu, Singkop Boas
Abstrak :
Sebutan Rusia sebagai "semi Asiatik", tetap merupakan teka-teki dan bersifat muskil. Barangkali inilah yang merupakan pertanyaan awal bagi pengenalan terhadap bangsa Rusia tentang paruh mana yang merupakan bagian integral dari Asia, dan paruh mana pula yang menjadi sisanya menjadi bagian dari Eropa adalah lanjutan dari teka-teki yang dimaksud. Teka-teki yang bersifat eksistensial ini secara lebih lugas dapat dirampat sebagai berikut : Aspek apa dari Rusia yang dibentuk oleh Asiatik dan aspek mana pula yang dibentuk oleh peradaban Eropa Barat?. Kemuskilan pertanyaan tentang eksistensi bangsa Rusia dicoba jawab oleh sejarawan Rusia, Alexander Yanov dalam The Origin of Autocracy. Menurut Yanov, terhadap permasalahan ini, tidak ada jawaban yang pasti dan definitif. Yanov memulai dengan mengajukan suatu pertanyaan ontologik yang bersifat mendasar dan eksistensial : "Apakah Rusia? -- Asia atau Eropa? Pemimpin dunia belahan "Timur" atau orang luar bagi "Eropa"? Kita ini milik siapa? Dan, pada akhirnya, siapa sebenarnya kita bangsa "Scythian", atau bangsa "Eropa"? (Yanov, 1981: 27) Kedudukan marginal Rusia.- sebagai yang berada antara Asia dan Eropa adalah kenyataan historis dan budaya. Konstatasi Rusia sebagai bangsa Scythian tertuang dalam naskah tua Rusia Povest" Yremennykh Let (Kisah Masa Lampau) yang ditulis pada awal abad XII. Setiap suku bangsa Rusia (Slavia Timur) memelihara adat istiadat, hukum dan tradisi nenek moyang mereka dan tiap-tiap suku mempunyai watak sendiri. Mereka bersama-sama membentuk sejenis federasi. Mereka hidup damai satu dengan yang lainnya yang disebut oleh bangsa Yunani sebagai "Scythian Agung". Rusia asli terkait erat dengan Slavia Timur sebagai bangsa Scythian yang hidup dalam dunia steps" (Vernadsky, 1959 : 3). Dunia stepe dalam kutipan ini, mengacu pada kultur bangsa Scythian seperti halnya suku Alan, nenek moyang bangsa Rusia yang hidup sebagai bangsa nomaden atau penunggang kuda. Menurut sejarawan Junani, Herodotus, tradisi menunggang kuda pada bangsa Scythian dapat dibuktikan dari basil ekskavasi arkeologi. Tatkala seorang raja Scythian mangkat makes satu tahun kemudian dilakukan suatu upacara magis dan mengorbankan lima puluh orang penunggang kuda yang tampan dan cekatan, tentu semuanya dari bangsa Scythian, dan lima puluh ekor kuda jantan gagah. Korban mitik ini ini dimaksudkan untuk mendampingi sang raja di alam kubur. Tradisi ini juga dijumpai pada bangsa Shaman Turki Altai pada abad XIX (Ibid, 1959: i8). Dengan demikian, sebutan Scythian terhadap bangsa Rusia berasal dari rekaman sejarah nenek moyang Rusia yang membuktikan heuristik keterkaitan antara Rusia dengan dunia belahan Asiatik. Selain pengaruh Asiatik, insipien budaya Rusia juga dibentuk oleh ortodoks Junani dari Bizantium. Sedangkan heuristik perkembangan insipien budaya yang dipengaruhi oleh Mongol adalah dalam bentuk despotisme ketimuran yang terdapat pada sosok penguasa Rusia dan dalam dalam bentuk "pomes tie". Sejarawan Rusia terkenal, Kljucevskij menegaskan, bahwa sistem "pomostie" mirip dengan watak kekuasaan sentralistik Mongol atau Golden Horde. Sementara George Vernadsky juga menandaskan bahwa periode Golden Horde selama dua setengah abad merupakan masa inkubasx sistem pomestie (Wittfogel, 1957: 223-224). Sejarawan V. Soloviev dan N.V. Rasianovsky misalnya, secara tegas mengatakan, bahwa Golden Horde tidak banyak mempengaruhi Rusia. Rusia tetap dalam kondisi letargis budaya asli. Hanya beberapa sejarawan Rusia, termasuk seperti Pyazkov mengakui, bahwa pengaruh Mongol atau Golden Horde jelas terlihat terutama dalam bentuk sentralisme kekuasaan, dan watak kekuasaan despotik ketimuran yang torus berlanjut pada masa pemerintahan Rusia selanjutnya (Lentin, 1973: 90-92). Kedudukan Rusia sebagai Asia atau Eropa melahirkan permasalahan dilematis dan eksistensial. Apabila dihadapkan dengan pilihan antara kekuasaan dan pemerintahan, maka jawaban menjadi sangat kompleks dan membingungkan. Kenyataan ini sulit dipungkiri terutama oleh orang Rusia sendiri. Pilihan dilematis ini terwariskan pada Generasi Desembris dalam tradisi pemecahan permasalahan dilematis mengenai jati diri Rusia mencapai puncaknya pada pembrontakan Desembris yang gagal pada tahun 1825. Kenisbian pilihan kategoris ini memperlihatkan nisbah antara teori dan praxis yang dapat dirampat sebagai berikut. "Pada struktur politik apa negeri. Rusia berkiblat? Masuk "Despotik Asiatik" atau "absolutisms Eropa?" (Yanov, 1991: 27).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Firmansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Naskah-naskah klasik yang terdapat di Indonesia kaya akan hikmah yang terdapat di dalamnya. Mulai dari aturan agama, perekonomian negara, kehidupan sosial politik, hingga hiburan bagi masyarakat. Salah satu yang dapat dijadikan bahan pelajaran adalah naskah Hikayat Indra Bangsawan. Naskah ini memiliki nilai-nilai yang dapat ditelaah untuk diambil sebagai pelajaran bagi masyarakat Indonesia. Nilai-nilai tersebut adalah nilai sosial dan nilai politik. Kedua nilai tersebut sangat kental dalam Hikayat Indra Bangsawan karena naskah ini bercerita tentang hubungan antarkerajaan dan juga interaksi antarelemen yang terdapat di dalam kerajaan. Hasil dari hubungan dan interaksi tersebut dianalisis dan disajikan dalam tulisan ini. Kedua nilai yang terdapat dalam naskah Hikayat Indra Bangsawan tersebut sampai saat ini masih relevan dengan situasi masyarakat Indonesia. Kondisi masyarakat Indonesia yang dikenal ramah, suka menolong, dan hormat pada orangtua perlahan memudar seiring berita kejahatan yang tidak pernah berhenti beredar lewat surat kabar. Perpolitikan Indonesia pun mulai memanas sejak Pemilihan Presiden tahun 2014 dan berlanjut hingga ke Pemilihan Kepala Daerah di tahun 2017 dan 2018. Oleh karena itu, dengan mengungkapkan nilai sosial dan politik dalam naskah Hikayat Indra Bangsawan, diharapkan pembaca mampu menerapkan nilai-nilai moral yang positif dalam interaksi sosial dan politik seperti yang pernah tercatat dalam naskah klasik nusantara, khususnya pada naskah Hikayat Indra Bangsawan.
ABSTRACT
Classical Manuscripts in Indonesia are contained rich of wisdom . Starting from the rules of religion, economy of the state, socio political life, until entertainment for the people. One of Classical Manuscripts in Indonesia is Hikayat Indra Bangsawan. This text has the values that can be studied to take as a lesson for the people of Indonesia. These values are social and political values. Both values are very strong in Hikayat Indra Bangsawan because this manuscript tells about the relationship between the kingdom and also the interaction between elements in the kingdom. The results of these relationships and interactions are analyzed and presented in this paper. That two values in the Indra Bangsawan Hikayat script are still relevant to the situation of the Indonesian people. The condition of Indonesian people who are known that be friendly, helpful, and respectful to parents are slowly fading as crime news never stops circulating through newspapers. Indonesian politics also began to heat up since the Presidential Election in 2014 and continues until the Governor Elections in 2017 and 2018. Therefore, by expressing the social and political values in Hikayat Indra Bangsawan, it is expected that readers are able to apply positive moral values in social and political interactions as recorded in the classical manuscripts of Indonesia, especially on Hikayat Indra Bangsawan.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Niswati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengungkap: faktor yang mendorong dan mempertahankan mappasitaro (perjodohan) di kalangan bangsawan Bugis, peran orang tua, kerabat, dan bagaimana anak perempuan dilibatkan; dampak dan gambaran strategi yang digunakan anak perempuan dalam menghadapi masalah yang ditimbulkan budaya mappasitaro.

Teori yang digunakan adalah: budaya patriarki dan bias jender yang tersistematisasi pada sosialisasi anak dalam keluarga, pengaruh budaya patriarki dan bias jender juga dilihat pada sistem kekerabatan dan stratifikasi sosial masyarakat Bugis; dan konsep pemilihan jodoh dikaitkan dengan Undang-Undang Perkawinan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berperspektif perempuan. Studi kasus digunakan untuk mengungkap beberapa kasus rumah tangga bermasalah, perceraian, kawin lari, dan bunuh diri. Sejarah mappasitaro ditelusuri melalui lontara, sure?, dan wawancara dengan tokoh budaya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya patriarki dalam masyarakat Bugis melahirkan sosialisasi yang bias jender dalam mewujudkan harapan tentang peran dalam hal pekerjaan dan perkawinan. Mappasitaro identik dengan pemaksaan sehingga anak perempuan yang menjalaninya mengalami kekerasan fisik, psikis, dan subordinasi ganda. Hal itu kurang terungkap dan tetap membelenggu kehidupan anak perempuan terutama di kalangan bangsawan karena adanya budaya siri? ?malu? dan harga diri? dalam masyarakat Bugis. Selain itu, ditemukan ketiadaan perlindungan hukum terhadap kekerasan yang terjadi. Bahkan, norma agama pun sering disalahtafsirkan untuk melegitimasi budaya patriarki.
ABSTRACT
This study reveals factors contributing to and defending mappasitaro (matrimony) among Bugis Aristocrats; roles of parents, friends, and how an daughter is involved; impacts and strategic description the daughter uses to face problems arising from mappasitaro culture.

The theory applied is Patriarchal culture and gender-bias systematized on children socialization in the family; effects of patriarchal culture and gender-bias also appear in the kinship system and social stratification of Bugis Community; and concept of selecting mate related to the Marriage Laws.

This study employs woman-centered Qualitative Research Method. Case Study is applied to consider such cases as problematic household, divorce, kcrwin larE (elopement), and self-suicide. History of mappasitaro is reviewed through ¡onlara sure? and interview with culture figures.

Results of this research indicate that patriarchal culture in Bugis community derives a gender-bias based socialization to realize role expectation in work and marriage. Mappasitaro is identical to coercion, that the daughter involved experiences physical, psychic violence, and doubl&subordination. It appears subordinately and constantly shackles a daughter?s life eminently among aristocrats subject to sin? malu and harga din? culture (self-shame and self-esteem) in the Bugis community. Additionally, legal protection lacks over coercion or violence. Even, religious norms are generally misinterpreted to legitimate patriarchal culture.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Christine
Abstrak :
Ci Xi adalah seorang wanita yang ambisius. Ia adalah seorang wanita yang berasal dari kalangan bang_sawan rendah yang bisa mencapai suatu kedudukan ter_tinggi di dalam masa dinasti Qing, dinasti terakhir di Cina. Dalam seluruh kehidupannya, ia berupaya untuk dapat meraih kedudukan yang diinginkannya. Setelah berhasil memperolehnya, ia berusaha mempertahankannya dengan segala cara. Di Cina, bagi suku bangsa Han ju_ga suku bangsa Man, yaitu suku bangsa darimana Ci Xi berasal, seorang wanita tidak mempunyai arti di dalam kehidupan masyarakatnya. Tetapi sebaliknya, Ci Xi ber_hasil menguasai negara yang besar itu. Faktor--faktor inilah yang kemudian menarik minat penulis untuk meng_ambilnya sebagai topik skripsi.Lingkup penelitian Walaupun sebelumnya sudah ada skripsi mengenai Ci Xi5, tetapi skripsi to rse but hanyalah membahas ten-tang peranan Ci Xi di dalam pemerintahan dan politik...
1986
S12966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sauliah
Abstrak :
Setelah melewati periode Nara ( abad ke-7 s/d _abad ke-8), maka periode sejarah Jepang selanjutnya disebut dengan periode zaman Heian (abad ke-8 s/d abad ke-12). Di Taman Heian kaum kizoku atau bang_sawan lebih banyak berperan, baik di kalangan pemerin_tahan maupun di dalam lingkungan masyarakat ketika itu. Istilah kizoku di dalam bahasa Indonesia seca_ra harafiah berarti bangsawan. Oleh karena itu untuk,selanjutnya penulis akan menggunakan istilah bangsawan untuk istilah kizoku. Dan selanjutnya penulis akan me_nuangkan serta menguraikan permasalahan kaum, bangsawan di zaman Heian di dalam skripsi ini. Di zaman Heian, kaum bangsawan memberikan suatu bentuk kebudayaan yang memiliki ciri khas tertentu. Inilah yang menjadi motivasi bagi penulis untuk menco_ba membahas tentang kaum bangsawan serta kebudayaannya di zaman ini, karena menurut hemat penulis kaum bangsa wan di zaman Heinan tampaknya lebih dominan dari rakyat pada umumnya. Motivasi ini diperkuat lagi setelah pe_nulis membaca beberapa artikel dari buku Sejarah Jepang yang berjudul Heian Kizoku, jilid ke-3 dari buku Nihon no Rekishi, terbitan Tokubai Shinbunsha yang lebih banyak menceritakan kehidupan kaum bangsawan serta hasil-hasil budayanya yang muncul ketika itu yang berbeda dari masa sebelumnya. Kaum bangsawan di zaman Heian melambangkan kejayaan kalangan kuge pada umumnya di masa itu. Istilah kuge identik dengan apa yang disebut kizoku atau seca_ra harafiahnya adalah kaum bangsawan. Namun istilah ini kurang beruntung karena istilah kizoku lebih dorr.inan digunakan di dalam tulisan-tulisan tentang sejarah Je_pang, khususnya sejarah periode Heian. Sehingga di dalam penulisan skripsi ini, istilah kaum bangsawan yang akan digunakan bukan hanya mengacu kepada pengertian kizoku melainkan juga berarti kuge. Kehidupan kaum bangsawan di zaman Heian penuh dengan kemewahan dan dapat dinilai menyaingi atau meng-imbangi taraf hidup keluarga kaisar. Selain secara po_litis mereka erat kaitannya dengan pihak kaisar, mere_ka juga merasa memiliki hubungan yang erat atau khusus dengan pihak kaisar. Hal ini diperkuat lagi dengan a danya jalinan perkawinan puteri-puteri kaum bangsawan dengan putera-putera keturunan kaisar. Di dalam pemerintahan, kaum bangsawan banyak rnemegang jabatan-jabatan panting. Pada masa awal Heian ini, sistim pemerintahan masih mengikuti sistim Cina yaitu berpegang pada sistim ritsuryo dimana penyeleng_gara pemerintahan dengan pimpinan tertinggi terletak di tangan kaisar. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa zaman Heian dan kebudayaannya memiliki ciri khas tersendiri dan ciri ini ditandai dengan budaya yang serba mewah. Sebagai suatu bukti dari ciri kemewahan tersebut dapat kita lihat dalam suatu upacara memajang seperangkat boneka yang dihias dengan mewah yang melambangkan kemewahan kehidupan dari kaum bangsawan ketika itu. Upacara atau festival seperti ini di jepang dikenal dengan nama hina matsuri.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutamat Arybowo
Abstrak :
Panggung Bangsawan is a popular folk theatre in Riau Lingga. The ups and downs in its performance are atributed to changes in social, political, and cultural conditions. This article is a reconstruction of a near extinct Panggung Bangsawan group in the Teluk village in the islands of Riau Lingga. First, I have attempted to describe the staging process; second, to endeavour to understand the phenomenon of change which occurs when a folk tale is transformed from written work into a performance; and third, to expose the transformation of a script (text) divided into scenes into a performance. This is an attempt to explain the relation between the audience?s response to a text when it is staged. This article is expected to give a more profound understanding on how the society supporting Panggung Bangsawan remember their past and their ideal views while comprehending how the shift in life values emerges in a staged folk tale.
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Betantini M., J.F.R.
Abstrak :
Sebagai seorang pujangga sastra zaman Jepang Modern, hasil karya Dazai Osamu tidak terlepas dari pengaruh situasi zaman, yaitu era peralihan. Karena bermaksud memba_has karyanya yang dapat merefleksikan situasi tersebut, penulis memilih Shayoo sebagai bahan utama penulisan skripsi. Shayoo mengetengahkan topik kehidupan sebuah keluarga bangsawan. Karena timbul Perang Dunia II dan ketiaaan kepala keluarga, mereka mengalami kejatuhan, baik fisik maupun mental. Secara fisik dapat segera diketahui dengan adanya kemunduran ekonomi. Sedangkan secara mental digambarkan bahwa tokoh atasan mengalami erosi moral. Dengan menggunakan studi kepustakaan dan metode pemaparan secara deskriptif, penulis membahas dalam sistematika yang tersusun dalam bab 1 sampai dengan bab 5. Bab 1, pendahuluan; bab 2, latar belakang penulisan Sha_yoo; bab 3, penokohan; bab 4, permasalahan yang terdapat dalam novel Shayoo; bab 5, kesimpulan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ciciek Kemalasari
Abstrak :
CICIEK KEMALASARI. Perkembangan Teater Melayu Popular di Malaysia: Teater Bangsawan 1970 - 1990 (Di bawah bimbingan Kasijanto, M.Hum dan Linda Sunarti, M.Hum). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005. Banyak sekali seni pertunjukan di Malaysia yang mencerminkan keragaman budaya dan perpaduan etnis yang menjadikan ciri khas yang unik di negara ini. Salah satunya adalah Teater Bangsawan yang berkembang di kota-kota besar Semenanjung Melayu dan mencapai masa kejayaannya di awal abad ke 20. Bangsawan dalam pertunjukannya menampilkan cerita-cerita klasik Melayu, dengan memadukan unsure komedi, tari dan musik, disajikan dalam bahasa Melayu. Seni pertunjukan ini menjadi sebuah hiburan bagi semua kelas sosial dari berbagai etnis di Malaysia. Teater ini disponsori oleh pengusaha Cina yang menyewakan gedung pertunjukannya. Perang Dunia II dan masa pasca perang menyebabkan penurunan pada Kapasitas Bangsawan hingga tahun 1960. Akhimya pada awal 1970 Teater Bangsawan bangkit kembali, antara Iain disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Malaysia tentang Budaya Nasional dan hal ini sangat mempengaruhi bentuk Teater Bangsawan kemudian.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library