Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meutia Swarna Maharani
Abstrak :
Balian adalah istilah yang umum digunakan dalam budaya masyarakat Dayak untuk merujuk pada dua pengertian, yakni sebagai ritual adat yang biasanya ditujukan untuk mengusir penyakit atau sebagai bentuk syukur, dan balian sebagai pemangku ritual adat tersebut. Adalah novel Lampau karya Sandi Firly yang diterbitkan oleh GagasMedia pada 2013 yang menceritakan kisah tentang seorang anak Dayak Meratus dalam perjalanannya dalam mengejar mimpi. Novel tersebut mengangkat tradisi dan figur balian sebagai pemantik konflik para tokohnya yang kurang lebih menyoroti tentang terbatasnya pilihan hidup keturunan balian dan peran perempuan menjadi figur balian. Ditemukan rumusan masalah berupa gambaran representasi tokoh dan ritual balian yang terdapat di dalam novel ini. Penelitian ini menggunakan teori representasi dengan pendekatan sosiologi sastra dan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini ialah penggambaran tentang tokoh utama novel Lampau yang pada akhirnya memilih untuk mengikuti jalannya tradisi walau tidak sesuai dengan apa yang ia yakini selama ini. ......Balian is a term that is frequently used in the culture of the Dayak people and has two meanings: it can refer to either the leader of a traditional rite or the ritual itself that is typically performed to banish disease and as a sign of gratitude. A novel titled Lampau by Sandi Firly, which was published by GagasMedia in 2013, tells the story about a Dayak Meratus youngster who attempts to pursue his dream. The depiction of balian as a ritual and a figure in this novel is used to raise the conflict, which circulated between the limitation of life a balian descendant should face and the role played by woman in the balian ritual. The representation of balian in the novel as a ritual and as a figure is the issue that is explored in this paper. This paper used qualitative research with a descriptive methodology combined with theory of representation in literary sociology approach. The paper’s concluded in the depiction of the main character who ultimately decides to follow the route of tradition even though it is not accordance to what he believes all this time.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Putu Sudiarna
Abstrak :
Balian Manak istilah lain dari dukun bayi atau dukun bersalin dalam kehidupan masyarakat Bali merupakan tenaga terpercaya dalam reproduksi dan pelayanan kebidanan. Mereka diminta bantuannya pada masa kehamilan, pertolongan persalinan serta mengurus dan melindungi ibu dan bayinya dalam masa nifas. Di Bali Balian manak pada umumnya pria yang berusia 45 tahun ke atas, dengan latar belakang cara mendapatkan keahlian secara turun-temurun, dengan berguru (aguru waktra) dan membaca lontar-lontar (usadha), serta merasa terpanggil melalui wahyu (wangsit) yang mereka dapatkan dari dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan supranatural. Pada umumnya tingkat pendidikan Balian rendah, demikian pula pengetahuan mereka tentang obstetri dan ginekologi sangat rendah, jika timbul komplikasi atau kelainan-kelainan dalam kasus kehamilan mereka kesulitan untuk mengatasinya. Pengetahuan pedukunan yang dipraktekkannya terkait dengan konsepsi dan kepercayaan masyarakat tentang kehamilan serta konsepsi sehat sakit dan atribusi suatu penyakit dengan latar budaya masyarakat bersangkutan. Pada sisi lainnya keterbatasan sistem pelayanan kesehatan modern (Puskesmas) untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat memberikan alternatif bagi masyarakat untuk menetapkan pilihan dan kepercayaannya pada praktisi medis tradisional (prametra) dalam mendapatkan perawatan kesehatan. Intervensi Puskesmas dalam program pelatihan dan pembinaan terhadap Balian manak, merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Unicef; Pelaksanaan programnya melalui pendekatan Puskesmas (provider) terhadap prametra (resipien) untuk turut serta secara kooperatif dan kolabobatif meningkatkan sistem pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standard kesehatan. Evaluasi sosial merupakan suatu evaluasi atau penilaian terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dari sudut pandang masyarakat yang menjadi sasaran program; berlandaskan pada paradigma aksioma naturalistik, sehingga dikenal dengan "naturalistic evaluation ". Evaluasi naturalistik, berkenaan dengan suatu proses evaluasi yang diawali dengan masukan-masukan program (programme inputs), yang berpengaruh terhadap keluaran-keluaran program (programme outputs), memberikan konskuensi langsung terhadap akibat-akibat program (programme ffects) dan dampakdampak program (programme impacts). Evaluasi jenis ini disamping dapat mengungkapkan hasil-hasil program (out-come) berorientasi pada target (target oriented) seperti evaluasi yang dilakukan pada umumnya, juga dapat mengungkapkan tentang akibat dan dampak program. Penelitian ini menekankan pada pendekatan kualitatif (naturalistic) dengan menggunakan metode triangulasi. Dalam pada itu penggunaan pendekatan kualitatif menjadi lebih dominan, dengan ditunjang oleh metode kuantitatif, dalam upaya untuk dapat meningkatkan validitas dan trustworthiness. Temuan-temuan yang dapat diungkapkan berkenaan dengan hal tersebut, mencakup sistem pelayanan yang diberikan oleh 42 orang balian terlatih (Balian Kit), dengan mengintegrasikan pengetahuan tentang perawatan kesehatan modern dengan pengetahuan budaya pedukunannya. Integrasi sistem pelayanan kesehatan tersebut disamping berfungsi sebagai "label" bagi balian itu sandhi, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan dua jenis perawatan pada seorang balian. Walaupun perwujudan pengetahuan dan sikap dalam perilaku berkenaan dengan sistem pelayanan kesehatan modern tidak secara sempurna, namun dapat diintegrasikan dalam pengetahuan budaya pedukunan, terwujud sebagai perawatan sekala-niskala (fisik dan mental). Pengintegrasian pengetahuan baru dengan pengetahuan budaya pedukunan, yang dikonsepsikan sebagai perawatan sekala-niskala, merupakan suatu wujud keterpaduan model penjelasan suatu penyakit (explanatory model) dari dua sistem pelayanan kesehatan modern dan balian. Balian dengan Kit Dukun sebagai wujud keterpaduan tersebut memang diyakini oleh masyarakat, balian dan praktisi media modern dapat peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak. Berbagai macam kendala dan potensi (barrier-stimulant) yang ditemukan baik pada budaya provider maupun resipien, merupakan hambatan dalam "komunikasi inovasi kesehatan", yang dikenal dengan "komunikasi budaya". Hambatan-hambatan yang berasal dari budaya provider (dokter dan bidari Puskesmas) berkaitan dengan budaya profesionalisme dan birokratisme, merupakan hambatan mendasar yang menghambat terjadinya koordinasi dan kolaborasi program. Demikian pula ketidak mampuan provider dalam menterjemahkan program dengan bahasa, konsep-konsep dan simbol-simbol dalam budaya setempat, juga merupakan hambatan dalam komunikasi budaya. Dilain pihak kendala yang berasal dari budaya resipien (balian dan masyarakat) yang sering diungkapkan oleh praktisi medis, modern sebagai sifat yang kaku dan tertutup, kebodohan dan keterbelakangan, hambatan geografis dan ekonomi masyarakat, yang kalau dapat dipahami secara lebih baik dapat merupakan potensi dalam mengatasi kendala yang ada pada resipien itu sendiri. Pemantauan prosesual untuk menemukan hambatan dan kekurangan yang berasal dari organisasi birokrasi penyelenggara program (delivery system), demikian pula hambatan dan kekurangan dalam proses pencapaian program, berkenaan dengan pemahaman budaya resipien, menterjemahkan program dengan bahasa dan konsep yang dapat dipahami oleh balian, mengikut sertakan balian dalam organisasi instruktur pelaksanaan program serta melibatkan institusi formal dan informal di desa sebagai media dalam mensosialisasikan program. Pembenahan atau perbaikan-perbaikan kearah kelengkapan program tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh provider, berkenaan dengan beban tugas yang dikatan melebihi kemampuan (over-load), serta kontinuitas pendanaan yang tidak stabil, merupakan. hambatan dan kekurangan yang dialami oleh provider. Dampak program berkaitan dengan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dikatakan terjadi peningkatan. Peningkatan ini terlihat dari komponen "status kesehatan" yang menggambarkan tingkat sehat, sakit dan mati dari penduduk. Komponen "status lingkungan" menggambarkan penataan lingkungan fisik, biologik dan sosiobudaya yang berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk. Peningkatan status kesehatan dan status lingkungan terjadi relatif cepat, baik sebagai dampak langsung dari intervensi program maupun sebagai dampak dan program-program lainnya yang saling berhimpitan. Dalam pada itu partisipsi aktif masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan, baik dalam kehidupan diri, kelompok keluarga, serta dalam kehidupan masyarakat secara lebih luas, berpedoman pada falsafah hidup Tri Nita Karma (tiga cara untuk mencapai kesejahteraan hidup), serta penyebarluasan program-program kesehatan dengan menggunakan institusi-institusi formal dan informal di desa sebagai media komunikasi dan interaksi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ngurah Anom Kumbara
Abstrak :
ABSTRAK Bangsa Indonesia multietnis dan multikultural, selain memiliki potensi kekayaan pengetahuan lokal (lokal genious) yang berkaitan dengan sistem pengobatan tradisional (etnomedicine), juga memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. Sehingga Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh (7) keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati seperti potensi tanaman bergizi sangat potensian yang bisa dieksplorasi dan dieksploitasi lebih jauh. Oleh karena itu, upaya penelitian itu obat herbal,obat tradisional, dan kearifan lokal dalam mengelola pengguna obat-obatan herbal untuk kepentingan basis data terstruktur, kesehatan nasional dan ketahanan bangsa perlu dilakukan secara berkelanjutan. Studi ini bertujuan untuk mengungkap dan uraikan profil pasien yang pergi ke balian usada, filosi dan konsep penyakit, etnomedisin, dan sumber pengetahuan yang digunakan oleh penyembuh (balian usada) dalam pengelolaan penyakit kronis dalam pengobatan etnis balo. Penelitian ini dirancang menggunakan pendidekatan kualitatif (etnografi medis). Subjek penelitian (informan) adalah 11 balian usada dan 39 pasien yang pergi ke balian usada. Lokasi penelitian dilakukan di dia kabupaten yang mencirikan lingkungan dan budaya dominan yang berbeda, yaitu di daerah pengunungan Kintamani, Kabupaten Banglo dengan budaya dominan balo mula, dan buleleng yang ditandai dengan budaya dataran (bali majapahit). Hasil penelitian menunjukan bahwa filsafat dan konsep sakit dan sehat pada etnis bali mengacu pada konsep keseimbangan eleman sistem dalam tubuh. JIka unsir tubuh dalam keadaan seimbangan maka kesehatan akan tercapai. Sebaliknya, jika keseimbangan terganggu maka akan terjadi penyakit. Kepercayaan etnis Bali terbagi dalam tiga kelompok, yaitu karena faktor alam (sakala), supernatural (niskala), dan campuran keduaya. Ada sembilan penyebab penyakit (etiologi) yang ditemukan pada etnis Bali, baik karna sakala, niskala, atau campuran keduanya. Manajemen Balian usada dalam pengobatan penyakit kronis meliputi diagnosis, terapi, pemberian ramuan obat-obatan, memadukan cara magis religius, cara alami, serta menyalurkan energi positif untuk mengembalikan eseimbangan unsur dan fungsi organ tubuh.
Bali: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB dan NTT , 2017
902 JNANA 22:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indi Mutiara Saniyah
Abstrak :
Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keunikan budaya. Salah satu keunikan budaya di Kalimantan Selatan adalah adat istiadatnya yang berkaitan dengan upacara adat dan ritual. Dalam karya sastra, kedua unsur kedaerahan tersebut disebut sebagai warna lokal yang diharapkan dapat menggambarkan latar belakang dan refleksi pengarang terhadap dunia di sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini membahas warna lokal upacara Aruh dan ritual Balian; sistem kepercayaan masyarakat; dan penempatan leluhur dalam cerita pendek Perempuan Balian karya Sandi Firly yang dimuat dalam Cerita Pendek Pilihan Kompas 2012 Laki-laki Pemanggul Goni. Buku tersebut dijadikan sebagai sumber data penelitian yang diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warna lokal upacara Aruh diselenggarakan setelah panen padi dan ritual Balian sebagai ritual untuk menyembuhkan orang sakit. Upacara Adat dan ritual tersebut juga menggambarkan atau dipengaruhi pengarangnya yang berasal dari Kalimantan. ......South Kalimantan is one of the provinces in Indonesia which has its own unique culture. One of the uniqueness of culture in South Kalimantan is its customs related to traditional ceremonies and rituals. In literary works, these two regional elements are referred to as local colors which are expected to describe the author's background and reflection on the world around him. Therefore, this study will discuss the local colors of the Aruh Ceremony and Balian ritual in the short story Women Balian by Sandi Firly. This study uses the short story Women Balian by Sandi Firly, which was published in the 2012 short story Kompas Choice Burlap Boy and published by PT Kompas Media Nusantara in 2013 as a data source. This research uses literature study method and sociology of literature approach. The results of this study indicate that the local color of the Aruh ceremony is carried out after the rice harvest and the Balian ritual as a ritual to heal the sick. The traditional ceremonies and rituals also describe or are influenced by the author who comes from Kalimantan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
IBM Jata Martha
Abstrak :
Daun lontar (selanjutnya disebut lontar saja) merupakan media untuk menulis karya sastra Ball kuno. Dengan bidang tulis yang memanjang biasanya berukuran 3 x 40 Cm dan ditulis dari kiri kekanan. Alat tulis yung dipergunakan adalah pisau berujung runcing yang diberi nama 'pengutik' sehingga huruf terbentuk dari torehan pada lontar tersebut. Satu topik bisa terdiri dari puluhan lembar daun lontar disimpan sebagai satu kesatuan yang disebut 'keropak'. Pemeliharaan lontar ini secara tradisional menggunakan minyak hasil perasan kemiri yang dibakar dan dioles dipermukaan lontar. Minyak ini akan memperjelas torehan di daun lontar dan melindungi lontar dari kerusakan akibat dimakan serangga.. Karya-karya sastra yang tertuang pada lontar ini merupakan hasil pemikiran pujangga pada masa kejayaan kerajaan Hindu atau ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh 'pedanda' (pendeta agama Hindu), 'balian' (dukun), raja atau cendikiawan Hindu. Kesulitan pemeliharaan lontar dan kurangnya minat generasi muda untuk mempelajah tata nulis huruf Bali menyebabkan perkembangan kebudayaan yang tinggi ini berjalan sangat lambat bahkan nyaris terhenti. Ilmu wariga (perhitungan baik-buruknya hari), asta kosala-kosali, pengobatan tradisional dan lain-lain menjadi tidak berkembang dan dikuasai beberapa orang saja tanpa adanya proses alih pengetahuan ke generasi berikutnya secara memadai karena usaha untuk menterjemahkan ke dalam huruf Latin dirasakan sangat kurang. Penterjemahan ke hurut Latin juga akan mengurangi kesempatan berkembangnya pengetahuan, pemahaman dan pemakaian huruf Bali.
1995
LESA-25-Jan1995-60
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library