Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Aziah
Abstrak :
Baja tahan karat 17-7 fh umumnya diproduki dalam bentuk lembaran oleh karena itu proses pengelasan yang tepat adalah [engelasan TIG (Tungstein inert gas). Baja tahan karat 17-7 PH memiliki sifat yang tidak rentan terhadap retakan pembekuan, tetapi hasil pengelasan menyebabkan penurunan nilai kekerasan. Untuk meningkatkan sifat mekanis baja tahan karat 17-7 PH hasil pengelasan dilakukan proses perlakuan panas pasca las. pengelasan yang dilakuka dalam penelitian ini menggunakan variabel arus 80 A dan 100 A. Variabel lain yang digunakan adalah kecepatan pengelasan sebesar 2,5 dan 6 mm / det. Kemudian dilakukan proses perlakuan panas asca las dalam dua tahap. Tahap pertama disebut dengan kondisi austeniasi dan transformasi martensit dengan memanaskan sampel hingga mencapai temperatur 760 C kemudian ditahan selama 90 menit, setelah itu dilakukan pendinginan di udara. Tahapan kedua disebut dengan kondisi precipitation hardening dengan pemanasan kembali sampai temperatur 565C dan ditahan selama 90 menit, kemudian dilakukan pendinginan di udara. Strukturmikro hasil pengelasan terdiri dari matrik ferit dan austenit vividnansten yang emiliki kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan yang cukup tinggi. Nilai kekerasan yang dihasilkan antara 350 sampai 450 VHN dan struktur micro terdiri dari martensit temper dan precipitation hardening. Dapat dsimpulkan bahwa proses perlakuan panas pasca las dapat meningkatkan nilai kekerasan karena terbentuknya struktur martensit dan precipitation hardening daam bentuk intermetallic compound. Pada Pengelasan dengan arus 100 A dan kecepatan pengelasan 6 mm/ det didapatkan distribusi kekerasan yang paling merata di daerah deposit las, HAS dan logam.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Suheni
Abstrak :
Kerusakan dari komponen pesawat akibat kondisi operasional mesin sering ditemui. Salah satu metoda vang sering dipakai untuk memperbaikinya adalah proses pelapisan dengan semprot logam. Selain untuk tujuan hard facing. Proses ini juga berfungsi untuk mangembalikan ukuran dimensi dari komponen pesawat tersebut.

Faktor-faktor vang berpengaruh terhadap proses diantaranya adalah = Jarak penyemprotan dan kecepatan pergerakan alat semprot. Faktor-faktor ini mempengaruhi nilai kekerasan dan laju keausan dari logam pelapisnya.

Pada kondisi jarak penyemprntan 15,2 cm, kecepatan umpan 4,017 kg/jam dan pada kecepatan pergerakan alat semprot 2 cm/det didapatkan nilai kekerasan yang tinggi dan laju keausan vang rendah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S47926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Trihudoyo Widi
Abstrak :
Peneluian yang ~.11/ukukun men1pakan basil kf!rjr.~sama an tara Dapartemen J,Jewlwxi dan Jf,u.ria/ fTCJ dengan PT AS!I:JB Steel indonesia untuk dapat meningkatkan penggunaan baja Corrax: dan meningkatkan si/at mekanis baja rersahw unmk dapt:~l memenuhi sfandar sabaglan bahan r:etakan, Baja Corrcc.: dapat digolong.kan ke dalam jenis baja tahan karat pengerasan presipflasi. D1perlukan pencap~1ian sifat mekanis dengan kriteria tertentu .vang dikombmasikan dengan ketahanan korosi yang Iingg/ untuk aplikasinya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Abdul Karim H.
Abstrak :
SS 410 (CA-15) adalah salah satu jenis baja tahan karat martensitik yang banyak digunakan untuk aplikasi dalam dunia industri. Bahan baku yang digunakan pada baja tahan karat martensitik jenis ini adalah C = 0,15% .' Mn =
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harfi Sandresen
Abstrak :
Baja As-Cast CA-40 adalah baja tahan karat (stainless steel) martensilik yang setara dengan stainless steel martensitik 420. Baja jenis ini selain memiliki sifat kctahanan korosi yang baik juga peka terhadap proses pengerasan dengan pencelupan. PenelWan ini menganalisa sifat mampu laku panas material haja As-Cast CA- 40 setelah proses pengerasan dengan lemperatur auslenisasi sebesar 980oC dan JOS0°C serta pendinginan dengan media ali (minyak) dan diltmjutkan dengan proses temper dengan varias; temperatur 200, 300 dan 400°C dengan waktu tahan masingmasing 1, 2 dan 3 jam. Hasil pengujian kekcrasan memperlihatkan bahwa temperatur austenisasi yang semakin tinggi dan laju pendinginan yang cepat akan mengakibatkan nailmya nilai kekerasan baja tcrsebut, Dengan sifal mampu keras yang baik maka transformasi austenit menjadi matlensil Japat let:fadi. Proses temper akan mengakibatkan tunmnya nilai kekerasan, dimana struklur martensit berubah menjadi manensit temper. Sifat mekanis yang baik diperoleh pada kandisi aw;tenisasi pada temperotur 1050°C, pence/upon oli dan dilemperpada temperatur 200-300°C. Proses temper pada lempcratur 400°C akan meningkatkan kekerasan material tetapi menurunkan ketangguhan karena mulai terjadi tempering embrittlemenl.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari
Abstrak :
Baja tahan karat austenitik merupakan jenis yang terluas pemakaiannya di antara keempat kelas baja tahan karat yang ada, yaitu sekitar 65 - 70% dari total kebutuhan baja tahan karat. Begitu luasnya pemakaian baja jenis ini dikarenakan sifat ketahanan terhadap korosi yang baik, mampu fabrikasi serta mampu las yang relative baik. Kekuatan, ketangguhan, dan keuletannya pada temperature rendah maupun tinggi juga baik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh penggunaan logam pengisi dan persen deformasi terhadap struktur mikro dan distribusi kekerasan hasil pengelasan TIG pelat baja AISI 316L. Variabel penelitian yang digunakan adalah peningkatan persen deformasi rolling pelat baja AISI 316L, mulai dari 0, 5%, 8% sampai 10% dengan menggunakan logam pengisi ER 316LSi. Dari masing-masing persen deformasi tersebut dilakukan pengelasan dengan,penggunaan logam pengisi yang berbeda kemudian dilakukan uji komposisi, uji radiografi neutron, analisa struktur mikro dan uji kekerasan mikro. Hasil penelitian bahwa pada semua sample komposisi kimia sesuai dengan standar (AISI 316L), dan tidak ada cacat retak pada hasil las. Struktur mikro pada daerah HAZ menunjukkan ukuran butir yang terkecil pada persen deformasi 0% dan terbesar pada persen deformasi 10%. Jumlah delta ferit pada deposit las dengan logam pengisi ER 316L sebesar 8,2% dan dengan logam pengisi ER 316LSi sebesar 8,6%. Urutan kekerasan mikro untuk semua sampel adalah HV deposit las > HV base metal > HV HAZ
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sulungta
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T40039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jati Kusumawardani
Abstrak :
Keunggulan-keunggulan material baja tahan karat dua fasa austenitik-ferritik (duplex) UNS32205 pada penggunaannya di industri MIGAS tidak terhindar dari pekerjaan pengelasan perbaikan yang kadang diperlukan untuk menghilangkan cacat pengelasan. Proses pengelasan perbaikan berulang sebanyak empat kali dilakukan dengan menggunakan proses manual SMAW dan masukan panas yang relatif rendah (0,66 KJ/mm) kemudian diuji nilai kekerasan dan ketahanan pasifasi terhadap air laut dengan metode yang sekarang banyak digunakan yaitu Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dimana sebelumnya dicelup kedalam larutan NaCl 3.5% sebagai simulasi air laut. Uji komposisi, struktur mikro, dan perbandingan dengan literature lain tentang pengelasan perbaikan berulang pada material baja tahan karat lainnya dipelajari dan digunakan sebagai pembanding untuk melihat pengaruh dan kecenderungannya. Kenaikan nilai kekerasan sebesar 7,5% untuk perbaikan pertama dan 5,8% untuk perbaikan keempat dari logam induk dan nilai uji tarik perbaikan keempat yang hanya berbeda 0,7% dari logam induk mengindikasikan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari pengelasan berulang dengan masukan panas 0,66 KJ/mm terhadap sifat mekanis. Hal ini didukung dari perubahan yang tidak signifikan dari bentuk struktur mikro yang tidak jauh berbeda pada daerah HAZ. Adanya perbedaan fraksi ferrit dari untuk tiap urutan pengelasan perbaikan yang hanya meningkat 0,29% akibat perbaikan empat kali dari pengelasan awal dan adanya sedikit fasa intermetalik didalam logam lasan seperti sigma σ, dan austenit kedua γ2 tidak terlalu mempengaruhi nilai tahanan polarisasi dari hasil EIS. ......Nowadays, Application of duplex stainless UNS32205 in the Oil and Gas industry still cannot avoid welding repair work that sometimes is necessary to eliminate welding defects. Four times multiple welding repairs using SMAW process with low heat input (0,66 KJ/mm) are performed as measured variable. Hardness value and corrosion resistance of passivation in sea water are tested using method that is now widely used, Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), after immersed into a solution of NaCl 3.5% as simulated sea water. Chemical composition, microstructure, and literature review are used as a comparison to study the effects and tendency of multiple welding repairs. Hardness value that increases for 7,5% for first repair and 5,8% for second repair and tensile strength that only differ 0,7% from base metal have indicated less effects of 4 times multiple repairs using heat input of 0,66 KJ/mm to mechanical properties. Similar microstructures, intermetallic phases (sigma, σ and second austenite, γ2), and 0,29% increment of ferrite fraction has been observed in weld metal and HAZ of each sample of 4 times multiple repairs. However, these factors still have not shown a significant behaviour related to polarization resistance value from EIS result.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T42980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hernawan
Abstrak :
ABSTRAK
Baja tahan karat tuangan hasil peleburan RUT 1 merupakan bahan rekayasa yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan material sebagai komponen turbin. Baja tahan karat tuangan ini diupayakan untuk memiliki komposisi kimia dan spesifikasi sesuai material Gx-5CrNi13.4 yang mengacu pada standar 17445 dengan nomor material 1.4313.

Siklus termal hardening yang dilakukan pada baja tahan karat tuangan hasil peleburan RUT I meliputi tahap quencbingyang menggunakan media celup oli dan leburan garam (Salt-bath ) dan tempering yang melibatkan variabel temperatur- 550, 600, dan 650 °C dengan tujuan untuk meningkatkan kekerasan dan memperbaiki ketangguhan atau keuletannya Pendinginan cepat ( Quenching ) pada baja tahan karat RUT 1 tidak menghasilkan struktur martensit sehingga kekerasannya tetap rendah.

Proses temper (Tempering) pada temperatur 600 °C, selain menghasilkan kekerasan yang Iebih tinggi, juga diperoleh elongasi dan reduksi penampang gang optimum. Nilai kekerasan 143,57 I-IV diperoleh melalui mekanisme secondary- hardening sedangkan nilai optimum elongasi dan reduksi penampang masing- masing 23,77% dan 22,31% .

Baja tahan karat tuangan hasil peleburan RUT I tidak dapat dikeraskan melalui siklus temial hardening atau proses laku-panas termal.
1996
S41173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Riastuti
Abstrak :
Baja tahan karat austenitik Sandvik 2RE69 atau tipe UNS 531050 merupakan baja tahan karat dengan kadar kandungan krom sebesar 25%, nikel 22%, dan molibdenum 2%. Karena baja tahan karat ini memiliki kandungan kromium dan nikel yang tinggi untuk memberi ketahanan terhadap oksidasi pada tekanan dan temperatur tinggi, maka baja ini dikembangkan dengan tujuan agar memiliki ketahanan terhadap berbagai jenis korosi yang terjadi di daerah Industri Urea. Pengalaman di lapangan mengkonfirmasikan bahwa baja tersebut dapat tahan dalam larutan urea/karbamat (Ammonium Carbamate) pada temperatur dan tekanan tinggi selain itu baja ini juga memiliki ketahanan korosi yang sangat baik dalam asam nitrat (HNO3) yang merupakan oksidator kuat. Berdasarkan karakteristik ketahanan terhadap korosi di daerah tekanan dan temperatur tinggi dan ketahanan korosi yang sangat baik di lingkungan yang oksidatif maka dilikukan penelitian terhadap daya tahan korosi batas butir dengan cara: baja tahan karat tersebut ditemper pada temperatur 675°C dengan waktu tahan yang bervariasi yakni 120 menit, 180 menit, 300 menit, 420 menit, 540 menit, dan 600 menit dengan kecepatan pendinginan yang sangat lambat yaitu 2,5°C/menit dan diuji ketahanan korosinya dengan mencelupkan dalam asam nitrat (HNO3) 65% mendidih selama 240 jam yang dibagi menjadi 5 periode. Selain itu juga akan diteliti kemungkinan terbentuknya fasa sigma dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Penelitian ini akan dibandingkan dengan baja tahan karat AISI 316L yang banyak digunakan sebagai pipa pada heat exchanger pada industri kimia pada umumnya. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kehilangan berat yang didapat oleh baja tahan karat Sandvik 2RE69 (UNS 531050) per satuan luas lebih kecil dibandingkan dengan AISI 316L (mencapai 1/4 sampai 1/5 kali nya) pada kondisi yang sama. Namun clan kedua baja tersebut memperlihalkan kecenderungan yang sama yakni dengan bertambahnya waktu tahan dalam dapur kehilangan berat per satuan luas makin meningkat. Untuk fasa sigma, pada Sandvik 2RE69 terbentuk dimulai pada waktu tahan 540 menit dan AISI 316L pada waktu tahan 600 menit.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>