Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Kajian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan cara mengungkapkan pendirian dan pernyataan dalam editorial, sebagai salah satu contoh wacana argumentatif: Dalam wacana argumentatif terkandung unsur-unsur argumentasi. Unsur argumentasi yang ada pada editorial adalah evidensi, klaim, pembenaran, evidensi penunjang, kualifikasi, dan bantahan. Kajian ini bertujuan untuk mengemukakan adanya unsur argumentasi, menemukan pemarkah evidensi dan klaim sebagai bagian dari unsur argumentasi, serta mengemukakan pembenaran secara eksplisit, pada editorial Kompas dan Media Indonesia bidang kajian analisis wacana. Hal ini didasarkan pada konsep (1) dalam editorial terkandung unsur argumentasi, (2) tidak selalu pendirian diungkap secara eksplisit, dan (3) adanya perbedaan cara pengungkapan pendirian pada kedua harian tersebut. Pengumpulan data dilakukan pada September-November 2006 sebanyak 120 editorial. Enam puluh tiga dari Kompas dan lima puluh tujuh dari Media Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif yang bertumpu pada teori argumentasi Toulmin. Dui analisis ini ditemukan, (1) enam unsur argumentasi tidak selalu ada pada setiap editorial kedua harian, (2) masing¬masing editor menggunakan caa yang berbeda dalam menyampaikan argumentasi, dan (3) pembenaran dapat dikemukakan secara eksplisit dan implisit. Hasil analisis memperlihatkan enam unsur argumentasi digunakan Kompas dan lima unsur digunakan Media Indonesia. Kompas menggunakan evidensi 31,55%, klaim 34,33%, pembenaran 12,45%, evidensi penunjang 11,8%, kualifikasi 9,66%, dan bantahan 0,21%. Media Indonesia menggunakan evidensi 33,54%, klaim 32,92%, pembenaran 17,92%, evidensi penunjang 10,62%, dan kualifikasi 5%. Secara implisit ditemukan 75 (56%) pembenaran dari Kompas dan dari Media Indonesia 61 (41,5%). Pembenaran implisit ini dapat dibuat menjadi eksplisit dengan menghubungkan evidensi dan klaim yang ada secara eksplisit. Dengan demikian dapat disimpulkan, (1) Kompas lebih banyak menggunakan klaim sedangkan Media Indonesia lebih banyak menggunakan evidensi; (2) Kompas lebih banyak menggunakan pembenaran secara eksplisit dibandingkan Media Indonesia; dan (3) Balk Kompas maupun Media Indonesia menggunakan pemarkah leksikal dalam mengungkapkan evidensi dan klaim.
ABSTRACT
This study is based on differences in expressing the opinion and statement in editorial as one of the examples of argumentative discourse. Argumentative elements are implied in the argumentative discourse such as editorial. The argumentative elements of editorial are evidence, claim, warrant, backing, qualification, and rebuttal. This study aims at finding argumentative elements, evidence and claim markers as part of argumentative elements, and warrant in Kompas and Media Indonesia newspaper editorial. This is based on following the concept: (1) editorial bears argumentative elements; (2) the opinion is not always expressed explicitly; and (3) there are differences in the way of expressing ideas between the two newspapers. The data are from the editorial in Kompas and Media Indonesia, published in September, October, and November 2006 of 156 editorials 120 editorials are selected randomly as data research. Sixty three editorials are from Kompas and fifty seven editorials are from Media Indonesia. The data are analyzed with descriptive qualitative method using Toulmin's argumentative theory. The finding of this study are (1) not all six argumentative elements are used by the two newspapers; (2) editor uses different ways in producing argumentation; and (3) the warrant explicitly and implicitly. The can be expressed results show that there are six argumentative elements used by Kompas and five argumentative elements used by Media Indonesia. Kompas uses 31.55% evidence, 34.33% claim, 12.45% warrant, 11.8% backing evidence, 9.66% qualification, and 0.21% rebuttal. Media Indonesia uses 33.54% evidence, 32.92% claim, 17.92% warrant, 10.62% backing evidence, and 5 % qualification. The results find 75 (56%) warrant from Kompas implicitly, while 61 (41.5%) warrant are from Media Indonesia. This implicit warrant can be made explicitly by connecting evidence and claim. The conlusions are (1) Kompas uses more claim while Media Indonesia uses more evidence; (2) Media Indonesia uses more warrant explicitly than Kompas; and (3) both Kompas and Media Indonesia use lexical markers to express the evidence and claim
2007
T38846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chong, Swee Huat
Abstrak :
Perkembangan mass media modern, baik televise, radio maupun persuratkabaran dan majalah telah memainkan peranan yang penting dalam segala bidang. Tanpa mass media berarti komunikasi antara satu pihak dengan pihak yang lain akan terhambat, dan akibatnja bias sangat parah. Karena tanpa mass media pemerintahan demokratik, industri, aktivitas kebudayaan dan pendidikan akan menjadi lumpuh (Alexander Scharbach 1965:78). Fungsi mass media secara konservatif dapat dikatagorikan atas empat koponen yang penting yaitu: komunikasi, informasi, didaktik dan hiburan. Keacuali suratkabar majalahlah yang paling banyak pembacanya, ia juga termasuk salah satu publikasi yang _long life age_ (lestari) sifatnya. Maka pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga penggunaan bahasanya, tidak dapat diabaikan. Majalah-majalah di Indonesia sungguh banyak sekali variasinya. Secara garis besar dapat kami klasifikasikan sebagai berikut: 1. Majalah hiburan (untuk orang dewasa): Varia, Varianada, Cinta, Vista, Selecta, Senang, Stop, Non-stop, Flamboyan, Contessa dan sebagainya. 2. Majalah berita mingguan (bergambar): Tempo, Ekspres, Topi, Mimbar dan sebagainya. 3. Majalah kanak-kanak: Bobo, Kawanku, Si Kuncung, Kembang Teratai dan sebagainya. 4. Majalah kebudayaan: Budaja Djaja, Basis, Pewayangan Indonesia, Horizon dan sebagainya. 5. Majalah wanita: Wanita, Mutiara, Femina, Keluarga, Lady Only dan sebagainya. 6. Majalah bulanan umum (human interst) : Intisari, Mahkota, Prima dan sebagainya
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1973
S10768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Ade Mariana Sari
Abstrak :
Modalitas merupakan konsep semantik, memperlihatkan keterlibatan pandangan penutur (P1) dalam proposisi kalimat suatu ujaran khususnya mengenai peristiwa yang diungkapkannya. Tidak jarang modalitas ditampilkan pada teks-teks berita berbahasa Prancis yang bersifat informatif. Berarti di dalam teks-teks berita surat kabar Prancis yang dilihat dari jenis tulisannya yang bertujuan memberikan informasi, terlihat adanya penyisipan unsur-unsur bahasa yang memberikan makna modal pada teks-teks tersebut yang mengandung pandangan P1. Masalah yang timbul pada gejala di atas adalah jenis-jenis modalitas apa sajakah yang ada dan jenis manakah yang paling dominan serta bagaimana modalitas dinyatakan secara gramatikal dan leksikal dalam teks-teks berita surat kabar berbahasa Prancis yang diteliti. Data yang dianalisis terdiri dari 80 buah teks berita yang diambil dari surat kabar berbahasa Prancis Le Monde bertema masalah peperangan antara Serbia dan Bosnia-Herzegovina. Teks-teks berita tersebut terbit sejak September 1992 hingga Mei 1993. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 80 buah teks beri_ta, ternyata hanya 25 buah (31,25%) teks berita yang mengandung modalitas, sedangkan sisanya 55 buah (68,75%) teks berita yang nonmodal. Dari ke-25 buah teks berita modal ditemukan 43 buah kalimat-kalimat modal. Ada tiga jenis modalitas yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu modalitas intensional sebanyak 1 buah (2,32%), epistemik sebanyak 40 buah (93,03%), dan deontik se_banyak 2 buah (4,65%). Dilihat dari persentase ketiga jenis modalitas di atas maka jenis modalitas yang paling dominan adalah modalitas epistemik (93,03%). Kalimat_kalimat modal tersebut dimarkah baik oleh pemarkah gramatikal, leksikal, maupun gabungan gramatikal dan leksi_kal. Dengan perbandingan 3:7 antara teks-teks berita yang modal dengan nonmodal yang begitu besar menunjukkan bahwa teks-teks berita memang masih didominasi oleh informasi-informasi. Walaupun ada penyisipan opini pada berita yang informatif itu hanya sedikit sekali dan biasanya terdapat pada paragraf penutup yang merupakan kesimpulan penulis berita yang sifatnya subjektif.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nina Fariani
Abstrak :
Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 mengikrarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sehingga ia mampu menjadi tali pengikat jiwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang teguh. Dalam proses perjuangan mewujudk:an bahasa persatuan tersebut, bahkan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia selanjutnya, pemerintah Republik Indonesia tidak tinggal diam. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972 beserta lampirannya, Departemen Pendidikan dan Kebuda_yaan menerbitkan buku kecil ejaan baru dengan nama Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Buku pedoman itu disebarluaskan untuk dijadikan patokan pemakaian ejaan baru bahasa Indonesia, dengan harapan agar tercapai tujuan pembi_naan dan pengembangan bahasa nasional secara lebih cepat dan lebih baik. Buku kecil tersebut disempurnakan kembali dengan memaparkan kaidah ejaan yang lebih luas. Selanjutjya buku ejaan yang baru itu diberi judul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan beserta buku Pedoman Umum Pembentukan istilah yang diresmikan penggunaannya denganSurat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 No. 0196/U/1975. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disem_purnakan itu berisi kai dah pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca, sedangkan buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah berisi sekumpulan patokan dan saran yang dapat dipakai sebagaim penuntun dalam usaha pembentukan istilah. Berbicara mengenai penyebarluasan dan pengembangan serta pemasyarakatan bahasa, peranan media massa, baik media cetak (antara lain surat kabar dan majalah) maupun media elektronik (antara lain radio dan televisi) tidak dapat di_abaikan. Melalui media massa tersebut kita dapat mengenali kata atau istilah baru. Orang yang tidak aktif membaca surat kabar atau majalah berbahasa Indonesia akan merasa terganggu oleh pola kata baru yang belum dikenalnya di dalam surat kabar atau majalah tersebut. Begitu pula orang yang lama tidak aktif mengikuti siaran radio atau televisi akan merasa sering terganggu oleh munculnya kata-kata baru dalam siaran radio atau televisi tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa kita dapat mengikuti per_kembangan bahasa Indonesia melalui media massa surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Bahkan para peminat bahasa Indonesia yang bukan penutur bahasa Indonesia, dapat meng_ikuti perkembangan bahasa Indonesia melalui media tersebut, terutama media cetak. Dengan demikian jelaslah bahwa media massa mempunyai peranan penting dalam pemasyarakatan bahasa, apalagi meng_ingat sekarang ini media massa telah menjangkau masyarakat penutur bahasa Indonesia di seluruh tanah air, terutama radio dan televisi. Bahkan media cetak pun., terutama surat kabar, telah dicanangkan menjamah masyarakat pedesaan, dengan sebutan ' koran masuk desa'. Dalam mewujudkan pembinaan serta pengembangan bahasa Indonesia selanjutnya, dapat dilihat bahwa surat kabar atau koran-koran Indonesia banyak memberikan andilnya, meskipun dalam hal itu bahasa koran tidak luput dari kekurangan-keku_rangan. Poerwadarminta (1979) mengemukakan bahwa penulis berita atau wartawan banyak memakai ragam jurnalistik dalam manuliskan beritanya. Hal ini karena sifat utama ragam jurnalistik adalah ringkas dalam penuturan, padat isinya, dan sederhaana dalam bentuknya. Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat kedudukan, kecerdasan, keyakinan, dan pengetahuan. Sekali dibaca, langsung dapat dimengerti isinya. Demikianlah tuntutan yang harus dipanuhi oleh bahasa jurnalistik itu. Oleh karena mengejar kepadatan dan keringkasan, para wartawan seringkali mengabaikan kaidah tatabahasa Indonesia yang tercantum di dalam buku pedoman. Dalam kurun waktu hampir 15 tahun sejak diresmikannya pemakaian ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, ternya_ta para wartawan atau penulis berita masih kurang mengetahui kaidah-kaidah yang terdapat di dalam buku pedoman ejaan tersebut. Kelalaian yang tampak kecil dan sering terjadi di dalam berita surat kabar sebagian besar menyangkut masalah penulisan preposisi di dan ke, penulisan unsur serapan atau kata pungut, penulisan kata turunan, serta interferensi. Ini semua tampak sebagai suatu hal yang kurang berarti jika dibandingkan dengan hal lain yang lebih sulit yang menyang_k:ut tatabahasa Indonesia. Pelanggaran-pelanggaran ringan itu tentu saja amat mengganggu perkembangan bahasa Indonesia dalam mencapai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan be_nar. Berdasark:an pernyataan di atas jelaslah bahwa penu_lisan preposisi di dan ke, penulisan kata pungut, penulisan kata turunan, dan interferensi merupakan masalah yang cukup penting dalam bahasa Indonesia karena dapat mempengaruhi perkembangan dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S10866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Jamaliawati
Abstrak :
Nita Jamaliawati. Analisis keutuhan Wacana Ragam Jurnalistik: Tinjauan Aspek Semantis,'Leksikal, dan Gramatikal, di bawah bimbingan Ibu Lucy R. Montolalu, S.S. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Kalimat-kalimat dalam sebuah wacana bukanlah merupakan sekumpulan kalimat yang terlepas-lepas, melainkan merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan karena ada unsur _unsur kebahasaan yang mengikatnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana dapat dibe_dakan atas aspek semantis, aspek leksikal, dan aspek gramati_kal. Aspek semantis adalah aspek_ yang memperlihatkan keutuhan wacana secara implisit; sedangkan aspek leksikal dan aspek gramatikal adalah aspek-aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana secara eksplisit. Dalam skripsi ini diteliti keutuhan wacana ditinjau dari ketiga aspek tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) melihat keutuhan wacana ragam jurnalistik secara implisit melalui hubungan_hubungan semantis yang ada dalam wacana dan melihat ke_utuhan wacana ragam jurnalistik secara eksplisit melalui alat-alat kepaduan yang dipakai dalam mempertautkan satuan_ - satuan wacana, (2) melihat hubungan semantis dan alat kepaduan yang paling dominan dipakai dalam mempersatukan satuan - _satuan wacana ragam jurnalistik, (3) melihat seberapa jauh konsep-konsep yang dipakai sebagai landasan penelitian ini dapat diterapkan pada data wacana ragam jurnalistik. Dalam membahas aspek semantis penulis berpedoman pada konsep yang dikemukakan Larson dan dalam membahas aspek leksikal dan gramatikal penulis berpedoman pads uraian yang dikemuka_kan Kridalaksana. Berdasarkan analisis data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) ditinjau dari aspek semantis, keutuhan wacana ragam jurnalistik sebagian besar dibangun berdasarkan hubungan pendukung yang bersifat nonkronologis. Janis hubungan semantis yang paling dominan ditunjukkan oleh jenis hubungan logic, (2) ditinjau dari aspek leksikal dan aspek gramatikal, keutuhan wacana ragam jurnalistik sebagian besar dipersatukan oleh tipe kepaduan leksikal. Alat kepaduan yang paling dominan dalam mempersatukan satuan-satuan wacana ditunjukkan oleh tipe kepaduan repetisi, (3) dari basil analisis aspek leksikal dan aspek gramatikal ditemukan dua tipe kepaduan lain yang tidak disebutkan di dalam uraian Kridalaksana. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikata_kan konsep Kridalaksana kurang memadai dengan tipe kepaduan yang ada pada data. Hasil analisis berdasarkan aspek seman_tis menunjukkan bahwa konsep Larson lebih memadai dengan hubungan semantis yang ada pada data yang diteliti.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elan Maolana Setiajid
Abstrak :
Penulisan ini dapat dikatakan sebagai suatu upaya dalam memberikan deskripsi mengenai pemakaian judul-judul berita ragam jurnalistik, khususnya media majalah (dalam hal ini mengambil sampel media Tempo dan Matra). Langkah tersebut didasarkan pada suatu kenyataan bahwa judul berita merupakan fokus utama yang dituju oleh pembaca untuk mengetahui dan memahami isi berita yang disampaikan atau diberitakan. Sebagai suatu bentuk bahasa yang cenderung menjadi titik pusat perhatian pembaca. Judul berita ditampilkan tidak hanya berdiri sebagai bahasa yang komunikatif maksudnya, tetapi juga berfungsi persuasif atau provokatif sifatnya. Kenyataan seperti ini memungkinkan suatu judul berita dalam bentuk pemakaiannya menunjukkan pengungkapan bahasanya, sebagaimana keberadaan 'judul-judul' yang lain. Dalam penulisan ini yang perlu dicatat adalah mengenai perbedaannya yang khas, yaitu 'judul' dalam konteksnya sebagai salah satu unsur ragam jurnalistik yang menekankan kriteria 'berita' di dalam pengungkapannya. Selanjutnya yang menjadi pembahasan penting dalam penulisan ini adalah pendeskripsian analitis terhadap pemakaian konstruksi judul-judul berita, yang bertitik tolak pada kenyataan fungsi persuasifnya, dengan mengkaji permasalahan gramatikal dan nilai afektifitas kebahasaan judul-judul berita yang dijadikan sampel penulisan ini. Dengan memanfaatkan teori yang ada dan bersifat eklektik serta menerapkan metode analisis klasifikasi (yaitu hasil dari analisis yang dilakukan merupakan pengelompokkan tertentu), maka tujuan yang diharapkan dalam penulisan ini setidak-tidaknya memberikan suatu jawaban dari apa yang semula dipertanyakan. Pembahasan mengenai terra penulisan ini, dalam kaitannya dengan tujuan yang diharapkan tersebut menghasilkan suatu kesimpulan: (1. ) Konstruksi judul-judul berita secara gramatikal merupakan bentuk yang universal pemakaiannya jika berpijak pada teori sintaksis. Hal lain yang ditemukan dalam pembahasan sintaksis suatu judul berita dalam penulisan ini adalah terbukti dengan jelas kebenaran teori 'judul' yang diungkapkan Kridalaksana, berlaku pula pada judul berita. (2) Berdasarkan sifatnya judul berita berbeda dengan bentuk judul-judul yang lain, karena dilandasi konsep jurnalistik yaitu menekankan fakta suatu peristiwa yang termasa yang terkandung pada isi pengungkapannya (baca= teks berita). (3) Indikasi fungsi persuasif judul berita dimunculkan secara tegas pada nilai afektifnya yang terkandung pada pemakaian gaya Bahasa dan segi penyajiannya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S10831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaedah
Abstrak :
Surat kabar sebagai salah satu media massa tercetak merupakan sarana untuk menjual.informasi kepada konsumen. Surat kabar memuat lebih dari satu jenis ragam bahasa misalnya, teks berita, cerita pendek, tajuk rencana. Janis ragam yang menarik untuk penulis ini teliti adalah ragam yang terdapat dalam berita. Berita memiliki urutan dan struktur seperti : kepala berita, baris tanggal, teras berita, dan tubuh berita. Dalam skripsi ini penulis menganalisis kepala berita berdasarkan analisis sintaktis. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) melihat struk_tur apa saja yang dipergunakan dalam kepala berita (2} bagaimana cara mengemukakan bagian yang dipentingkan dalam kepala berita. Untuk melihat tujuan di atas penulis ini berpedoman pada uraian yang dikemukakan oleh Kridalaksana. Berdasarkan analisis data, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) berdasarkan penetapan fungsi gramati_kal terdapat pola--pola seperti S+P, S+P+O, S+P+Pe1, S+P+Ket, S+P+O+Ket, P+S, Ket+S+P+O+Ket, Ket+S+P+Pel,S+P+S+P+Ket+S+P+P+O, S+P+O+Ket+S, S+P+O:(S+P+Ket.). (2) terdapat kepala berita yang berstruktur frase, klausa, dan kalimat. Frase yang muncul adalah frase nominal dan frase verbal. Klausa yang muncul adalah klausa verbal pasif, klausa verbal aktif, klausa verbal intransitif, klausa verbal transitif,klausa verbal anti aktif, klausa reflek_sif, klausa non verbal, Kalimat yang muncul adalah kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. (3) terdapat kepala berita yang menonjolkan pelaku atau peristiwa yang terjadi yang ditunjukkan oleh subjek. Ada pula yang menonjolkan tindakan yang terjadi yang ditunjukkan oleh predikat. Ada pula yang menonjolkan tempat terjadinya peristiwa yang ditunjukkan oleh fungsi keterangan. Kepala berita yang berstruktur frase dapat pula digunakan untuk menonjolkan peristiwa yang terjadi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loyalia Agape Ndraha
Abstrak :
Penelitian mengenai keterkaitan semantis antar proposisi dalam teks tubuh berita surat kabar berbahasa Perancis, khususnya keterkaitan semantis yang dibentuk oleh alat-alat leksikal. Tujuannya ialah untuk menunjukkan jenis dan alat kohesi leksikal, kategori gramatikal unsur leksikal yang menandai hubungan kohesif tersebut, dan proporsi jumlah jenis dan alat kohesi leksikal yang digunakan dalam data. Teori yang digunakan adalah teori mengenai satuan gramatikal; teori semantik berupa hubungan pertentangan makna, sinonimi, hiponimi dan kolokasi; teori mengenai teks; teori mengenai kohesi yang mencakup teori mengenai diafora; dan teori berita. Data didapat dari rubrik En bref yang terdapat dalam surat kabar Le Monde, khususnya yang terbit antara tahun 1992-1993, berjumlah 35 artikel. Hasilnya menunjukkan bahwa kohesi leksikal dalam data dibentuk oleh alat-alat leksikal berjenis reiterasi dan kolokasi. Yang berjenis reiterasi adalah pengulangan dengan leksem yang sama, pengulangan dengan leksem sinonim dan pengulangan dengan leksem superordinat. Selain itu ditemukan juga pengulangan dengan menggunakan leksem hiponim. Yang berjenis kolokasi adalah hubungan pertentangan makna kompleinenter dan antonim (resiprokal tidak ditemukan), hubungan antarleksem yang terdapat dalam rangkaian leksikal yang teratur dan hubungan antarleksem yang terdapat dalam rangkaian leksikal yang tidak teratur. Kategori gramatikal yang ditemukan bervariasi, dan alat leksikal yang dominan adalah pengulangan leksem yang sama. Selain itu, ditemukan juga beberapa hal lain yang menarik mengenai sifat hubungan kohesif yang terbentuk dan mengenai leksem-leksem reiteratif yang tidak koreferensial.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lestari Handayani
Abstrak :
Dian Lestari Handayani. Elemen-elemen Kohesi Gramatikal dalam Beberapa Artikel Surat Kabar Express (di bawah bimbingan Koosmarlinah Kramadibrata, S.S., M.A.) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Penelitian mengenai kohesi dalam surat kabar berbahasa Jerman ini ditulis dengan tujuan memperlihatkan penerapan konsepsi Halliday dan Hasan khususnya kohesi gramatikal dalam bahasa Jerman. Bab I mengulas tentang alasan, metode penelitian, tujuan dan korpus data. Surat kabar Express dipilih sebagai korpus, karena Koran ini mempunyai ciri tersendiri; yaitu ditujukan bagi masyarakat awam berpendidikan rendah. Hal tersebut terlihat dari penulisan judul, isi berita yang singkat, kalimat yang sederhana, dan lain-lain. Bab II mengulas tentang konsepsi kohesi gramatikal Halliday dan Hasan yang terdiri dari referensi, konjungsi, substitusi dan pelesapan. Dan dengan berpedoman pada alat-alat kohesi tersebut, analisis dilakukan pada korpus terbatas, yaitu artikel surat kabar Express. Bab IV mengulas tentang hasil analisis yang didapat dari bab sebelumnya. Secara garis besar konsepsi tersebut dapat diterapkan, namun terdapat juga alat-alat kohesi yang tidak terdapat dalam tata bahasa Jerman.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Harini
Abstrak :
Atribut dalam bahasa Jerman pads artikel surat kabar Siiddeutsche Zeitung (di bawah bimbingan Jossy Darman, S.P., M.Hum.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Penelitian mengenai atribut dalam bahasa Jerman yang digunakan dalam tujuh buah artikel dari rubrik Themen aus Deutschland surat kabar Siiddeutsche Zeitung. Artikel-artikel ini terdiri atas dua buah jenis teks, yaitu jenis teks wawancara dan berita. Sebagai landasan teori utama adalah teori mengenai klasifikasi atribut dari Harald Weinrich (1993). Selain itu, digunakan pula teori mengenai bahasa surat kabar dari Heinz-Helmut Luger. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis jenis atribut yang digunakan dalam dua jenis artikel surat kabar Siiddeutsche Zeitung dan mengetahui jenis atribut yang paling dominan dalam masing-masing jenis artikel. Selain mengetahui jenis atributnya, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui variasi pola penggunaan atribut dalam kalimat. Setelah dilakukan penelitian didapatkan basil bahwa atribut banyak digunakan untuk memperjelas elemen-elemen nominal dalam kalimat pada artikel surat kabar. Jenis jenis atribut yang dapat ditemukan dalam teks yang diteliti antara lain atribut ajektiva, termasuk Parlizipialattribut, atribut genitif, atribut preposisional, atribut konjungsional, atribut infinitif, atribut relatif dan aposisi. Jenis atribut yang tidak ditemukan dalam penelitian ini adalah adverbia atributif. Setelah dianalisis dapat diketahui bahwa jenis atribut yang dominan digunakan adalah atribut ajektiva yang meliputi 42,15 % dari seluruh penggunaan atribut. Variasi pola penggunaan atribut yang dapat ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 55 pola.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S14698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>