Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhira Azizah
"Perburuan badak putih yang terjadi beberapa tahun terakhir di Afrika Selatan, diakibatkan oleh kebutuhan manusia terhadap cula badak. Perburuan ini menjadi masalah serius yang dapat mengancam kelestarian badak putih. Para konservasionis dan pemerintah
telah melakukan upaya untuk mengurangi perburuan liar. Salah satunya dengan melakukan penangkapan terhadap pemburu. Pada skripsi ini, dibahas mengenai model matematika perburuan badak putih dengan intervensi penangkapan pemburu. Model dibentuk berdasarkan model predator-prey dengan badak putih sebagai prey dan manusia (pemburu) sebagai predator. Populasi badak putih dibagi menjadi tiga subpopulasi berdasarkan keadaan culanya, yaitu badak putih muda (ukuran cula kecil), badak putih
dewasa bercula yang siap diburu, dan badak putih dewasa yang telah diambil culanya, tetapi dibiarkan hidup. Kajian analitis terkait proses nondimensionalisasi, eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan dilakukan terhadap model. Berdasarkan kajian analitis yang dilakukan, semakin banyak pemburu yang ditangkap, maka semakin baik untuk pelestarian badak putih. Namun, intervensi ini membutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena itu, model ini dikembangkan dengan pendekatan kontrol optimal menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin dan diselesaikan secara numerik. Simulasi numerik yang mendukung kajian analitis dan simulasi kontrol optimal dilakukan untuk memberikan interpretasi yang lebih baik terhadap dinamika model.

The human desire for rhino horn is the reason why southern white rhinos poached since the last few years in South Africa. Poaching is one of the severe problems affecting the population of white rhinos. To overcome poaching, conservationist and government have tried to prevent illegal hunting by arresting hunters. Here, we will discuss a mathematical modelling for white rhino poaching with intervention to control the number of hunters. The model constructed based on a predator-prey model with a white rhino as prey and human (hunter) as predator. We divide white rhino into three subpopulations based on their horn condition i.e. juvenile rhino with small size of horn, adult rhino with horn ready to be hunt, and adult rhino that has been hunted for its horn but left alive. We also discuss some analytical results related to model analysis i.e. non-dimensionalization process, equilibrium points, and its stability. From analytical result, it is trivial that by arresting as many hunters as possible can conserve white rhino better, but the costs are very high. Therefore, an optimal strategy is needed. The optimal control then constructed using
Pontryagin’s Minimum Principle and solved numerically. Both numerical simulation that supports analytic studies and optimal control simulation are given to provide additional insight into the dynamics of the model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Demas Ajie Anugerah
"Badak putih selatan adalah salah satu jenis badak yang populasinya hampir terancam punah di dunia. Badak putih selatan banyak ditemukan di daerah Afrika Selatan, Namibia, Zimbabwe, dan Kenya. Perburuan badak putih selatan untuk dijual culanya masih menjadi masalah utama dalam penurunan populasi badak putih selatan yang terjadi selama ini. Tindakan preventif terus dilakukan untuk menjaga populasi badak putih selatan. Contohnya adalah kepemilikan konservasi swasta badak putih dan pemanenan cula badak putih selatan atau dehorning yang dilakukan oleh pihak swasta dan pemerintah. Namun, konservasi swasta dan proses pemanenan ini memakan biaya operasional yang cukup besar sehingga banyak pemilik konservasi swasta badak putih kewalahan dalam pelaksanaannya. Untuk itu, pemerintah Afrika Selatan melegalkan penjualan cula badak secara regional, sehingga stok cula badak hasil pemanenan yang telah didapatkan dapat dijual langsung secara pribadi atau melalui skema lelang. Hal ini dapat membantu menutupi biaya operasional yang dilakukan dalam pelestarian populasi badak putih selatan. Namun, ada kemungkinan legalisasi penjualan cula badak ini dapat membahayakan populasi badak saat ini karena dapat memicu kenaikan pemburu. Penelitian ini dilakukan untuk melihat dinamika populasi badak putih selatan dan pemburu dengan mempertimbangkan pemanenan legal dan perburuan ilegal, serta harga cula yang beredar di pasar yang dimodelkan sebagai fungsi penawaran dan permintaan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem persamaan diferensial. Dari model yang telah dibentuk, dilakukan analisis mengenai eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan. Kemudian, dilakukan simulasi numerik untuk memberikan visualisasi dan interpretasi yang lebih baik dari hasil analitik yang telah dilakukan. Dari hasil kajian analitik dan simulasi numerik, diketahui bahwa dinamika populasi pemburu dapat dipengaruhi oleh frekuensi pemanenan cula badak dalam satu tahun, proporsi badak putih yang mati akibat perburuan liar, intervensi pemerintah dalam menangkap pemburu ilegal, dan harga cula di pasar.

The southern white rhino, which can be found in South Africa, Namibia, Zimbabwe, and Kenya, is in near threatened status due to illegal poaching. The local government and private sector have made efforts to maintain the remaining white rhino population by doing rhino ranches and dehorning practices. To further support the effort, the South African government legalized rhino horn trade in South Africa so that the revenue can be used to cover the expensive operational cost. However, this move can backfire and decreased the white rhino population instead. This study introduced a mathematical model using differential equation to model legal and illegal poaching while taking the rhino horn price into account. The existence and stability of the equilibrium points is also discussed. Moreover, autonomous simulation is performed to provide visualization and better interpretation of the analytical study. The results from the analytical study and autonomous simulation show that the population dynamics of hunter can be affected by the number of times of dehorning in a year, the proportion of rhino that died because of illegal poaching, government's intervention to arrest illegal poachers, and horn price in the market."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Zahira
"Badak putih (Ceratotherium simum) merupakan spesies badak yang dikategorikan ham- pir terancam punah di dunia. Sebagian besar populasi badak putih dapat ditemukan di Afrika Selatan. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), diper- lukan strategi untuk melestarikan dan meningkatkan populasi badak putih. Oleh karena itu, model matematika dari strategi translokasi badak putih akan diperkenalkan. Model dibangun dengan membagi populasi badak putih menjadi empat subpopulasi berdasarkan habitat dan kedewasaannya. Dari analisis matematis, kita memperoleh tiga jenis titik keseimbangan. Selanjutnya, diselidiki eksistensi dan kriteria stabilitas lokal dari titik- titik keseimbangan ini secara analitis dan numerik. Hal ini menunjukkan bahwa, ketika strategi translokasi diterapkan dengan cara yang tepat, translokasi dapat meningkatkan laju pertumbuhan badak putih populasi baik di habitat sumber maupun translokasi.

White rhinoceros (Ceratotherium simum) is a species of rhino that is categorized as near threatened in the world. Most population of white rhino can be found in South Africa. According to International Union for Conservation of Nature (IUCN), a strategy is needed to conserve and increase the white rhino population. Hence, a mathematical model of the white rhino translocation strategy will be introduced. The model is constructed by dividing the white rhino population into four subpopulations based on their habitat and maturity. From the mathematical analysis, we obtain three types of equilibrium points. Furthermore, we investigate the existence and local stability criteria of these equilibrium points analytically and numerically. It is shown that, when translocation rate implemented in a proper way, translocation can accelerate the growth rate of the white rhino population both in the source or translocation habitat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library