Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kemalasari Nas Darisan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Penyebab kematian pada TB paru seringkali tidak tergambarkan dengan jelas disebabkan sebagian besar studi mengandalkan pada registrasi TB berdasarkan sertifikat kematian. Hanya sedikit studi penyebab kematian berdasarkan otopsi ataupun audit kematian untuk mengetahui penyebab kematian sebenarnya. Audit kematian diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit. Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian pada TB paru bakteriologis terkonfirmasi apakah berkaitan dengan TB secara langsung atau tidak langsung (berkaitan dengan komorbid) berdasarkan audit kematian, guna identifikasi intervensi yang efektif untuk mencegah kematian TB. Metoda : Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSUP Persahabatan dengan subjek penelitian adalah semua pasien TB paru bakteriologis terkonfirmasi yang meninggal di RS Persahabatan tahun 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diambil dari rekam medis, dilakukan audit kematian dan dinilai kesesuaian penyebab kematian langsung maupun tidak langsung antara sertifikat kematian dengan audit kematian. Hasil : Terdapat 51 subyek dengan laki-laki sebanyak 35 orang (68,6%) dan perempuan 16 orang (31,4%). Penyebab kematian langsung terkait TB berdasarkan audit kematian sebanyak 15 subyek (29,4 %) yaitu disebabkan oleh gagal napas (17,6 %) dan meningitis TB (11,8%). Penyebab kematian langsung tidak terkait TB berdasarkan audit kematian adalah 36 subyek (70,6%) yaitu sepsis infeksi bakteri (41,2%) menjadi penyebab terbanyak, diikuti AIDS (3,9%), penyakit kardiovaskular (3,9 %), penyebab lain (5,9 %) dan tidak diketahui (15,7%). Diagnosis TB paru bakteriologis terkonfirmasi yang sesuai pada sertifikat kematian berdasarkan audit adalah 25 subyek (49%) dan penyebab kematian langsung TB paru bakteriologis terkonfirmasi pada sertifikat kematian yang sesuai berdasarkan audit kematian adalah 27 subyek (52,9%). Kesimpulan : Penyebab kematian langsung pada TB paru bakteriologis terkonfirmasi terkait TB yang terbanyak disebabkan oleh gagal napas sedangkan yang tidak terkait TB yang terbanyak disebabkan oleh sepsis infeksi bakteri. Diperlukan intervensi lebih lanjut untuk mencegah kematian TB.
ABSTRACT
Background : The causes of death in pulmonary TB are often not represented clearly caused most studies rely on the registration of TB based on death certificates. Only a few studies based on autopsy or death audits. Medical audit is necessary to improve the quality of service in the hospital. Objective : The aim of the study is to know the cause of death in pulmonary TB bacterically proven whether related directly or undirecly with TB (regarding comorbid) based on audit of death to identify effective intervention to prevent mortality in TB. Method : This is cross sectional study in RSUP Persahabatan with subject of study all of pulmonary TB patients bacterically proven died in RSUP Persahabatan in 2014 according to inclution and exclusion criteria. The data were taken from medical record, with audit of death asses the cause of death direct or not direct between certificate of death and audit of death. Result : There are 51 subjects. Male are 35 subjects (68,6%) and female are 16 subject (31,4%).The causes of death directly related with TB based on audit of death are 15 (29,4%) caused by respiratory failure (17,6 %) and meningitis TB (11,8 %). The causes of death are not directly related with TB based on audit of death are 36 subjects (70,6 %) caused by sepsis with bacterial infection (41,2 %), AIDS are (3,9 %), cardiovascular diseases (3,9 %), other causes are (5,9 %) and unknown are (15,7 %). The diagnosis of pulmonary TB in a death certificate in accordance with the results of the audit are 25 subjects (49%) and pulmonary tuberculosis cause of death on death certificates in accordance with the results of the audit are 27 subjects (52.9%). Conclusion : The causes of death are pulmonary tuberculosis bacteriology most directly caused by respiratory failure while the causes of death are not immediately TB that most caused by sepsis with bacterial infection as the cause. Required further interventions to reduce mortality of TB.
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zakianis
Abstrak :
Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survei yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada saat ini adalah 280/1000 penduduk. Pada golongan balita episode diare adalah 1,5 kali per tahun. (Depkes RI, 2000). Lebih dari 2.5 juta orang meninggal akibat penyakit diare ini dan tercatat sebagai salah satu gangguan dari lima penyebab utama kematian di dunia (Depkes RI, 1998). Penelitian ini dilakukan di Kota Depok Kecamatan Pancoran Mas. Pada tahun 2000 di Kota Depok insiden diare pada golongan umur kurang dari 1 (satu tahun lebih tinggi (28%) dibandingkan dengan golongan umur 1-4 tahun (13%) (Zakianis, 2002). Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini adalah apakah kualitas bakteriologis air bersih sebagai faktor risiko terjadinya diare pada bayi di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2003? Selain kualitas bakteriologis air bersih, faktor lain yang harus mendapat perhatian adalah sarana sanitasi lingkungan, kondisi rumah, hygiene dan sanitasi makanan/minuman, perilaku cuci tangan ibu, karakteristik bayi dan karakteristik keluarga bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas bakteriologis air bersih (total coliform, fecal coliform, dan E. coli), sarana sanitasi lingkungan (sarana air bersih, sarana pembuangan tinja dan sarana pembuangan sampah), kondisi rumah (jenis lantai rumah dan kebersihan lantai rumah), higiene dan sanitasi makanan/ minuman, perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, karakteristik bayi (status gizi, status imunisasi, penyakit lain, pemberian ASl) dan karakteristik keluaaga bayi (pendidikan ibu dan pendapatan keluarga) dengan kejadian diare pada bayi di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2003. Disain penelitian adalah kasus kontrol, dengan jumlah sampel pada kasus sebesar 150 responden dan kontrol 150 responden. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara jumlah total coliform yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi, ada hubungan antara jumlah fecal coliform yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi, ada hubungan antara jumlah E. Coli yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi. Data yang dihasilkan dianalisa secara univariat, bivariat, uji interaksi dan multivariate. Kualitas bakteriologis air bersih terdiri dari 3 variabel yaitu tingkat kualitas total coliform, tingkat kualitas fecal coliform dan tingkat kualitas E. coll. Secara statistik dari ketiga variabel tersebut hanya satu variabel yang berhubungan dengan terjadinya diare yaitu tingkat kualitas E. coli. Tingkat kualitas E. coli X01100 ml sampel air mempunyai risiko terjadi diare pada bayi sebesar 2,752 kali jika dibandingkan dengan tingkat kualitas E. coli N1100 ml sampel air. Selain kualitas E. coli, faktor berisiko yang menyebabkan terjadinya diare di Kota Depok adalah I). tingkat risiko sarana air bersih, 2). hygiene dan sanitasi makanan dan minuman, 3). perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, 4). status gizi, 5). penyakit lain dan 6). pendapatan keluarga. Pada analisis multivariate faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian diare di Kota Depok tahun 2003 adalah sarana air bersih yang beresiko tinggi berinteraksi dengan perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi yang buruk. Sedangkan model akhir teijadinya diare pada bayi di Kota Depok adalah 1). adanya penyakit lain, 2). status gizi bayi yang buruk, 3). hygiene dan sanitasi makanan dan minuman yang buruk, serta 4). risiko sarana air bersih yang tinggi yang berinteraksi dengan perilaku cuci tangan ibu yang buruk, dengan OR masing-masing sebesar 1). 3,181, 2). 2,996, 3). 2,543, dan 4). 3,368. ...... Bacteriological Water Quality as Baby Diarrhea Risk Factor at Pancoran Mas Depok 2003Referring to analysis and study from some conducted survey, morbidity of diarrhea is 280/1000 population. For baby, diarrhea episode is 1,5 times per year. (Depkes RI, 2000). More than 2.5 million people die caused by this diarrhea and note as one of the major dead causes in world (Depkes RI, 1998). This research is conducted in Pancoran Mas-Depok. Based on 2000 data, diarrhea incident in Depok at the age of less than 1 year is 28% which is higher than the one at 1-4 year (13%) (Zakianis, 2002). Therefore, this research internal issue is addressed to find how is the quality of bacteriological water as baby diarrhea risk factor at Pancoran Mas-Depok in 2003'? In addition to quality of bacteriological water, other factor that should be considered is the environmental sanitation, housing condition, and food hygiene and sanitation, hand cleansing habit, and baby/his family eleteris Lies. The objective of this research to study the link among the bacteriological water quality (total coliform, fecal coliform, and E. colr), environmental sanitation (sanitary, toiletries, and disposal), house condition (type of house dance and its hygiene), food hygiene and sanitation, hand cleansing habit, baby characteristics (nutrition and immunization status, other disease, breast feeding) and baby family characteristic (mother's education and family income) with occurrence of baby diarrhea at Pancoran Mas-Depok in 2003. Research design is case control with 150 sample respondents and 150 control respondents. Hypothesis in this research is:
- There is relation between high number of total coliform and occurrence of baby diarrhea.
- There is relation between high number of fecal coliform and occurrence of baby diarrhea.
- There is relation between high number of E. coli with occurrence of baby diarrhea. Data taken from observation is analyzed using univariate, bivariate, interaction test and of multivariate. Bacteriological water quality consist of 3 variables, namely quality of total coliform, level of fecal coliform and level of E. Coll. Statistically from those three variable, there is only one variable related to the happening of diarrhea. i.e. level of E. coli. Level of E. call > 01100 ml water sample is subject to baby diarrhea 2,752 times in comparison with level of E. coil < 01100 ml water sample. In addition to quality of E.coli, bellows are factors of diarrhea incident in Depok: 1) Sanitary risk level, 2) Food hygiene and sanitation,3) Hand cleansing habit of mother or babysitter,4) Nutrition status, 5) Other disease, and 6) Family Income. Using multivariate analysis, it is found the most dominant factor related to occurrence of diarrhea in Depok in 2003 is that high risk sanitary has interaction with poor hand cleansing habit of mother and babysitter. While final model of baby diarrhea incident in Depok is:
1) Existence of other disease,
2) Under Nutrition
3) Poor food hygiene and sanitation
4) High risk sanitary interacted with poor hand cleansing habit of mother and babysitter, OR of each models is 1) 3,181, 2) 2,996, 3) 2,543, and 4) 3,368.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Mulyana
Abstrak :
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan adalah air tanah dangkal berupa sumur gali (47,40%). Hal ini karena pembuatan sumur gali mudah, murah, dan sederhana. Sumur gali yang baik harus memenuhi syarat kesehatan baik dari segi konstruksi maupun kualitas airnya. Hanya 35,50% sumur gali yang digunakan masyarakat terlindung dalam arti dilengkapi konstruksi, dan hanya 47,75% berjarak lebih dari 10 meter dari jamban. Untuk mengetahui tingkat risiko pencemaran pada sumur gali, dilakukan surveilans kualitas air melalui kegiatan Inspeksi Sanitasi (IS). Sedangkan untuk mengetahui kualitas bakteriologik air dilakukan pemeriksaan sampel air di laboratorium. Permasalahannya adalah apakah tingkat risiko pencemaran hasil IS sesuai dengan kualitas bakteriologik air sumur gali. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil pengukuran tingkat risiko pencemaran dengan IS dan hasil pemeriksaan bakteriologik pada sumur gali. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi diagnostik, yaitu untuk mengetahui kesesuaian antara hasil pengukuran tingkat risiko pencemaran dengan IS dan hasil pemeriksaan kualitas bakteriologik pada bersih sumur gali. Diharapkan adanya kesesuaian yang baik dengan nilai Kappa antara 0,40 sampai dengan 0,75. Populasi penelitian adalah sumur gali yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rancabungur, Kabupaten Bogor pada tahun 2003 dengan sampel sebanyak 88 yang diambil secara bertingkat di 3 desa (21 RW) di Rancabungur. Data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan menggunakan formulir IS dan pemeriksaan bakteriologik sampel air sumur gali. Hasil analisis, menunjukkan bahwa dari 10 variabel IS ada 1 variabel yang tidak reliable, dan tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan tingkat risiko pencemaran, yaitu dinding sumur sedalam 3 meter tidak diplester. Seluruh variabel tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan kelas kualitas bakteriologik. Kesesuaian antara tingkat risiko pencemaran dan kualitas bakteriologik, sangat rendah (Kappa 0,009 untuk 2 katagorik dan Kappa 0.006 untuk 4 katagorik). Dapat disimpulkan bahwa formulir IS tidak seluruhnya reliable untuk mengukur tingkat risiko pencemaran. Tingkat risiko pencemaran dengan mempergunakan IS tidak dapat dipergunakan untuk dapat menduga kualitas bakteriologik air. Disarankan perlu evaluasi kembali formulir IS dengan memperhatikan variabel apa saja. yang berhubungan dengan kelas kualitas bakteriologhik air, pembobotan yang berbeda untuk masing-masing dan penetapan titik potong untuk menetapkan tingkat risiko dan/atau kualitas bakteriologik air sumur gali. Instrumen IS harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam diteksi dini kualitas air oleh masyarakat. Daftar Pustaka, 30 (1983 - 2002)
Compatibility Between Measurement Results of Pollution Risk Level from Sanitary Inspection and Bacteriological Assessment Results of Dug-Wells at Puskesmas Rancabungur, Bogor District, 2003The results of National Socio-Economy Survey 2001 indicated that most rural community (47,40%) utilized dug-wells as clean water source, due to low cost, simplicity and not complicated in the construction. A good dug-wells should meet health standard, both in its construction and water quality as well. From 47,40% of dug-wells, it was found that only 35,50% of those possessed complete construction or met health standard. In addition, only 47,75% of those had a 10-meter distance from latrine. In order to find out pollution risk level of dug-wells, water quality surveillance was conducted through sanitary inspection (SI). Whereas, to find out bacteriological water quality, this study also carried out water sample analysis in the laboratory. The problem of this research tried to find an answer whether pollution risk level from the SI results was compatible with bacteriological quality of dug-wells based on colrfarm number. This research was implemented to find out the compatibility between the measurement results of pollution risk level from the SI and the results of bacteriological analysis of dug-wells. In the effort to assess compatibility between measurement results of pollution risk level from the SI and the results of bacteriological analysis of dug-wells, research design used diagnostic study with expected Kappa compatibility from 0,40 up to 0,75 and classified as a good grade. The research population was dug-wells which existed in the working area of Puskesmas (health center) Rancabungur, Bogor District in the year 2003. This research used stratified sampling method with a total of 88 samples, taken from 3 villages (21 RW) in Rancabungur. Data were compiled through observation and using the SI forms. In addition to data collection, it also took water samples of dug-wells for bacteriological quality analysis. Statistical results showed that from 10 variables of the SI only 1 variable was statistically unreliable and not significant with pollution level risk. This variable was the line/wall of dug-wells without 3-meter ring of Ferro-cement. All of the SI variables statistically revealed no significant association with bacteriological quality level. The research also revealed that the compatibility between pollution risk level and water quality class was very low, where Kappa 0,009 for 2 categories and Kappa 0,006 for 4 categories. Based on the results, it may be concluded that not all of SI forms were reliable to measure pollution risk level. The SI forms could not be used to predict and assess class of bacteriological water quality. Eventually, it is recommended that the utilization of SI forms should be reevaluate with taking into account on certain variables which may potentially influence on bacteriological water quality class. Moreover, every variable should be treated with different weight (score) and a cutting point should be determined to measure pollution risk Level and/or bacteriological water quality of dug-wells. Finally it is expected that the SI can be used as early warning method, particularly for water quality control in the community. Bibliography, 30 (1983 - 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Zuhriyah
Abstrak :
Jenis nosokomial di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK) yang angkanya paling tinggi pada Januari - Juni 2003 adalah pneumonia, terutama di ruang perawatan intensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor karakteristik pasien (umur, penyakit penyerta, jenis ruang perawatan intensif, lama inap, lama pemakaian ventilator mekanik), serta mengetahui gambaran bakteriologis tangan perawat, dan udara ruang perawatan intensif pada terjadinya infeksi pneumonia nosokomial pada pasien. Penelitian dilakukan di ruang Intensive Cure Unit (ICU) dan Cardio Vascular Care (CVC) PJNHK dengan desain Potong Lintang (Cross Sectional). Populasi dan sampel adalah pasien yang menggunakan ventilator mekanika 48 jam. Data mengenai karakteristik pasien dan kejadian infeksi nosokomial Maret 2003 - Februari 2004 dianalisis dengan Uji x2 atau Uji Fisher Exact pada a= 0,05. Odds Ratio dihitung untuk melihat kekuatan hubungan. Data gambaran bakteriologis tangan perawat dan udara ruang perawatan intensif dikumpulkan pada Januari - Februari 2004. Garnbaran bakteriologis tangan perawat diukur dengan swab tangan kanan terhadap 20 perawat setelah mencuci tangan, Sedangkan bakteriologis udara ruang perawatan intensif diukur dengan liquid impinger. Jumlah pasien yang memenuhi syarat sebagai sampel adalah 76 orang. Prevalensi pneumonia nosokomial di antara pasien yang menggunakan ventilator mekanik ? 48 jam adalah 78,9%. Karakteristik pasien yang berhubungan dengan pneumonia nosokomial adalah jenis ruang perawatan intensif (p-),000), umur (p=x,024), dan interaksi umur jenis ruang perawatan intensif (p=0,006). Pemeriksaan swab tangan dengan hasil positif ditemukan pada 20% perawat. Jutnlah koloni kuman di kedua ruangan pada semua titik melebihi standard. Jenis bakteri yang ditemukan pada tangan perawat yaitu Stapliilococcus epider nidis dan Enterobacter aerogenes. Jenis bakteri udara yang ditemukan adalah Enterobacter aerogenes dan Enterobacter agglomerans. Karakteristik pasien yang paling berhubungan dengan pneumonia nosokomial adalah jenis ruang perawatan intensif. Kemungkinan tangan perawat dan udara ruang perawatan intensif merupakan jalur transmisi pneumonia nosokomial sangat kecil. Disarankan kepada PJNHK untuk meningkatkan perhatian pada pasien pengguna ventilator mekanik > 2 hari. Perlu dilakukan studi prospektif untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Daftar Bacaan : 59 (1971 - 2003)
Characteristics of Patients and Bacteriological Descriptions of Nurses's Hand and Air of Intensif Care Rooms in the Incidence of Nosocomial Pneumonia at National Cardiovascular Center Harapan Kita Jakarta 2003 - 2004Type of nosocomial whose rates was highest at National Cardio Vascular Centre (NCC) in January - June 2003 was pneumonia, especially in Intensive Care Room. This study was to analyze factors of patients' characteristics (age, other diseases, types of intensive care room, duration of hospitalization, duration of Mechanical Ventilator), and to obtain bacteriological descriptions of nurse?s hand, and air of intensive care room in the incidence of Nosocomial Pneumonia in the patients. The study was conducted in Surgical and Medical Intensive Care Services of P.TNHK using A Cross Sectional Study. Population and sample are the patients who using mechanical ventilator a 48 hours Data of patients' characteristics and incidence of nosocomial pneumonia on March 2003 - February 2004 was analyzed using xz Test or Fisher Exact Test (a = 0,05). Odds Ratio was counted to see the power of the relationship, Data of bacteriological descriptions of nurse?s hands and air of intensive care room were collected on January- February 2004. Bacteriological descriptions of nurse?s hand was measured by swabbing of right side of 20 nurses' hands after hand washing. Bacteriological descriptions of air of intensive care room were measured using liquid impinger. Number of patients who were eligible as samples were 76 patients. Prevalence of nosocomial pneumonia among patients using mechanical ventilator a 48 hours were 78,9%. Characteristics of patients which had significant association with nosocomial pneumonia were type of intensive care room (p-O,000), age (0,024), and interaction of age* type of intensive care room (p=0,006). Examination by hand swab with positive result were found in 20% of nurses. Number of colony of bacteria at two rooms on all of points were over standard. Species of bacteria which were found from nurses's hand were Staphilococcus epidermidis and Enterobacter aerogenes. Species of air bacteria were Enterobacter aerogenes and Enterobacter agglomerans. Characteristics of patients which have significant strong association with nosocomial pneumonia are type of intensive care room. There is a little possibility that nurses' hand and air of intensive care room are path of transmission of nosocomial pneumonia. It is suggested that NCC improve their noticement for patients who used mechanical ventilator > 2 days. Prospective study is suggested to obtain a better result. References : 59 (1971 - 2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Naura Vathania
Abstrak :
ABSTRAK
Infeksi nosokomial dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, terutama di ruang operasi dan ICU, di mana terdapat aktivitas yang tinggi. Perlu adanya pemantauan dan penjagaan kualitas udara secara bakteriologi sebagai cerminan dari kondisi kebersihan di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas udara secara bakteriologi di ruang operasi di beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya sebagai salah satu langkah pencegahan infeksi nosokomial. Desain penelitian ini adalah retroprospektif dengan menggunakan data yang bersumber dari UKK PPM LMK FKUI. Data diperoleh dari 217 pemeriksaan di ruang operasi dan 5 pemeriksaan di ICU yang dilakukan di 17 rumah sakit selama Januari 2018-Juni 2019. Pada tahun 2018, dari 137 pemeriksaan di ruang operasi, 120 (87,59%) di antaranya memenuhi standar baku mutu dan dari 4 pemeriksaan di ICU, 1 (25%) di antaranya memenuhi standar baku. Pada tahun 2019, dari 80 pemeriksaan di ruang operasi, 70 (87,50%) di antaranya memenuhi standar baku dan dari 1 pemeriksaan di ICU, 1 (100%) memenuhi standar baku. Mayoritas ruang operasi di rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya memiliki kualitas udara secara bakteriologi yang sudah baik, tetapi ICU memiliki kualitas udara yang tidak memenuhi standar baku mutu.
ABSTRACT
Nosocomial infection is known to increase morbidity and mortality of patients, especially in operating room (OR) and intensive care unit (ICU) as they have high rate of activities that may risk in infection. Monitoring and maintenance of bacteriological quality of air are needed as they can reflect the actual condition of hygiene in hospital. The aim of this study is to know the bacteriological quality of air in several hospitals in Jakarta and the greater area of Jakarta. It is expected that the results of this study can become a basis in taking preventive measures against nosocomial infection. The design of this study was retroprospective. Data were collected from 217 examinations in OR and 5 examinations in ICU done in 17 hospitals between January 2018 and June 2019 by UKK PPM LMK FKUI. In 2018, among 137 results collected in OR, 120 (87,59%) fulfilled the requirement of bacteriological quality of air and among 4 examinations done in ICU, 1 (25%) also fulfilled the requirement. In 2019, among 80 examinations done in OR, 70 (87,50%) fulfilled the requirement and among 1 check done in ICU, 1 (100%) also fulfilled the requirement. It is concluded that the bacteriological quality of air in majority of OR in hospitals in Jakarta and its greater area is good, but that in ICU is not.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library