Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkya Nur Annisa Putri
Abstrak :
Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan ?Window of opportunity?. Pada masa ini, seorang anak memerlukan asupan zat gizi yang seimbang baik dari segi jumlah maupun proporsinya untuk mencapai berat dan tinggi badan yang optimal. Gizi kurang ataupun gizi buruk yang terjadi pada masa baduta akan sangat mempengaruhi masa pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini akan membawa dampak negatif terhadap kondisi kesehatan baduta tersebut di masa yang akan datang (masa dewasa). Masalah gizi kurang maupun gizi buruk yang terjadi pada baduta di Depok tergolong sangat serius. Tren gizi buruk yang terjadi sejak tahun 2003 hingga 2007 selalu mengalami peningkatan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran status gizi baduta di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas, Depok, tahun 2008 dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi tersebut. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Data Dasar Gizi dan Kesehatan Baduta dan Bumil di Kecamatan Pancoran Mas, Depok, tahun 2008, dengan desain studi cross sectional. Jumlah sampel adalah 570 baduta. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan mendeskripsikan variabel dependen dan independen. Sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan dependen, yaitu dengan menggunakan uji chi square (X2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3,8% tergolong obese, 6,6% tergolong overweight, 9,7% berisiko overweight, 65,6% memiliki IMT yang sesuai dengan umurnya (normal), 11% baduta tergolong kurus, dan 3,4% tergolong sangat kurus. Berdasarkan hasil uji chi square, ternyata penyakit infeksi memiliki hubungan yang bermakna sengan status gizi baduta. Sedangkan anggota keluarga yang merokok dan perilaku menyusui tidak berhubungan dengan status gizi. Begitu juga dengan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, pekerjaan, dan pendidikan ibu yang tidak berhubungan dengan perilaku menyusui. Untuk meningkatkan status gizi baduta, disarankan pemerintah setempat untuk meningkatkan kampanye mengenai perilaku hidup bersih dan sehat agar pengetahuan masyarakat terutama ibu baduta dapat meningkat. Selain itu, kampanye mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif juga perlu ditingkatkan mengingat masih rendahnya persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif. Kader sebagai sahabat sumber informasi terdekat bagi masyarakat dapat meningkatkan fungsinya dengan cara membuka pelayanan konseling bagi ibu-ibu hamil atau menyusui mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI (makanan pendamping ASI). Perlu diadakan penelitian lebih dalam mengenai hubungan antara anggota keluarga yang merokok dengan status gizi baduta atau faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baduta.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarita, Bernike
Abstrak :
Di Indonesia berdasarkan data WHO 2002, sebanyak 100.454 bayi 0-28 hari (neonatal) meninggal setiap tahun. Ini berarti 275 neonatal meninggal setiap hari, atau lebih kurang 184 neonatal dini meninggal setiap hari , atau setiap I jam meninggal 8 bayi neonatal dini, atau setiap 7,5 menit meninggal I bayi neonatal dini (Komalasari, 2002). Berdasarkan laporan program Subseksi Kesehatan Anak Sudinkesmas Jakut tahun 2002 pola penyakit penyebab utama kematian pada bayi adalah asfiksia (15,12%), trauma lahir (14,19%), pneumonia (12,25%) dan diare (9%). Hasii observasi pada sistem yang ada di Jakarta Utara, data yang dilaporkan oleh Puskesmas tidak dianalisis secara sempuma, disamping itu belum menggunakan basis data. Tujuan pengembangan sistem ini adalah terbentuknya program aplikasi basis data sistem informasi kesehatan bayi di Subseksi Kesehatan Anak yang dapat menghasilkan informasi untuk mendukung pelaksanaan program kesehatan bayi. Pengembangan sistem menggunakan metodologi SDLC dengan kegiatan perencanaan sistem dan analisa kelayakan, analisis sistem dan desain sistem. Hasil penelitian menunjukkan masalah-masalah dalam sistem yang ada sekarang dibagi menjadi masalah dalam pengumpulan data, masalah dalam pengolahan data dan penyajian data, masalah pemanfaatan data, masalah sumber daya, sarana dan prasarana dan masalah mekanisme umpan balik. Hasil dan prototype Sistem Informasi Kesehatan Bayi ini dapat mempermudah pengeiola program dan pengambil kebijakan dalam melihat prior-Ras masatah berdasarkan indikator yang.dihasilkan oleh Puskesmas, sehingga dapat menentukan langkah perencanaan dan evaluasi Program Kesehatan Bayi,disamping itu dapat menghasilkan dokumentasi program secara cepat. Dokumentasi ini berbentuk label dan grafik dengan tampilan yang lebih menarik. Prototype menghasilkan indikator kesehatan bayi secara cepat karena proses analisis sudah dilakukan secara otomatis. Indikator yang dihasilkan adalah AKB, Proporsi Penyebab Kematian Bayi, Proporsi Kematian Bayi, Persentase BBLR, Persentase ASI Eksklusif, Cakupan KN, Persentase Penyakit yang Diderita Bayi dan Persentase Puskesmas yang Melapor. Indikator yang dihasilkan ini juga masih memiliki kelemahan karena sumber datanya hanya dari Puskesmas. Saran dari pengembangan sistem ini adalah partisipasi pengguna dan manajemen sangat panting karena penyebab utama kegagalan proses pengembangan sistem informasi bukan hanya terkait dengan masalah teknis dari sistem informasi tetapi juga masalah non teknis, melakukan sosialisasi keberadaan Sistem Informasi Kesehatan Bayi di Sudinkesmas Jakarta Utara, sebelum dilakukan implementasi sistem dilakukan teriebih dahulu pelatihan bagi pengguna sistem sesual dengan ketentuan yang diharapkan agar pemanfaatan Sistem Informasi Kesehatan Bayi dapat optimal, melakukan pengembangan sistem yang iebih luas bila timbul kebutuhan baru dan organisasi ketika sistem sudah berjalan, pengembangan sistem selanjutnya diharapkan dapat memuat indikator yang berkaitan dengan faktor sosial ekonomi karena secara tidak langsung faktor tersebut mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi dan untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan program kesehatan bayi per1u pengembangan sistem lebih lanjut dalam komunikasi datanya dengan pemasangan jaringan atau LAN (Local Area Network).
Baby Health Information System Development in North Jakarta Community Health SubdivisionIn Indonesia, based on WHO data of 2002, there were 100,454 neonatal (0-28 days) babies died yearly. This means 275 neonatal babies die every day, or less than 184 early-neonatal babies die every day, or 8 early-neonatal babies die every hour, or 1 early-neonatal baby dies every 7.5 minutes (Komalasari, 2002)_ Based on the program report of North Jakarta Community Health Subdivision (Sudinkemas) Children Health Subsection in 2002, the disease pattern of the main cause death on baby was asphyxia (16.12%), birth traumatic (14.19%), pneumonia (12.25%) and diarrhea (9%). The observation result on the existing system in North Jakarta, the data that is reported by Puskesmas (Public Health Center) is not analyzed perfectly, besides it has not used data basis yet. The goat of this system development is to form application program of the data basis of baby health information system in Children Health Subsection which can produce information to support baby health program implementation. The system development uses a System Development Life Cycle's methodology with system planning activity and proper analysis, system analysis and design. The observation result indicates that the problem in the existing system is divided into several problems of data accumulation, data management and presentation, data utilization, resource problem, facility and infrastructure as well as feed-back mechanism problem. The result from this Baby Health Information System can ease the program manager and policy maker in looking into the priority of the problem based on anindicator that is resulted by Puskesmas in order to determine a planning step and evaluation of Baby Health Program, besides it can produce the program documentation rapidly. This documentation is in the form of table and graph with an interesting appearance. A prototype produces baby health indicator rapidly as the analysis process has been carried out-automatically. The indicator that is resulted such as AKB (Infant Mortality Rate), Baby Death Cause Proportion, Baby Death Proportion, BBLR (Low Birth Weight Baby) Percentage, Exclusive Mother Milk (AS1) Percentage, KN (Neonatal Visit) Scope, Disease Percentage of the Suffered Baby and Report's Puskesmas Percentage. Yet, this indicator has a weakness due to its data source is only from Puskesmas. The suggestion of this system development is by participating a user and management is very important because of the main cause of process failure of information system development is not only related to a technical problem from the Information System but also from non technical problem, by carrying out socialization of the existing Baby Health Information System in North Jakarta Sudinkesmas in which before performing the system implementation should conduct prior a training for the system user in accordance with the determination that is expected so that the Baby Health Information System use can be optimized, by doing a broader system development in case of a new necessity emerges from the organization when the system has been ongoing. The next system development is expected to accommodate the related indicator with economy-social factor because it affects to a baby morbidity and mortality indirectly and to optimize more the program management of the baby health that requires a further system development in its data communication with a network installation or Local Area Network.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliza Kaswendi
Abstrak :
Pelayanan antenatal merupakan salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian u di Indonesia. Pelayanan antenatal adalah memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Memanfaatkan pelayanan antenatal yang teratur yaitu minimal 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III (pola 1-1-2) bertujuan menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan sehat serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, meliputi faktor-faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, status ekonomi keluarga, biaya pelayanan antenatal, jarak rumah dan persepsi Desain penelitian menggunakan rancangan cross-sectional. Responden adalah ibu-ibu yang baru melahirkan dengan partus aterm sebanyak 100 orang di wilayah kerja Puskesmas Pulau Temiang. Hasil penelitian menunjukkan 40% teratur memanfaatkan pelayanan antenatal. Faktor pengetahuan, persepsi ibu, status ekonomi keluarga dan umur ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. ibu dengan pengetahuan tinggi 31,18 kali lebih teratur memanfaatkan pelayanan antenatal dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah setelah dikontrol oleh faktor persepsi ibu, status ekonomi keluarga dan umur ibu. Untuk peningkatan pemanfaatan pelayanan antenatal yang teratur di Puskesmas Pulau Temiang, Dinas Kesehatan Kabupaten Tebo dan Puskesmas Pulau Temiang perlu menetapkan kegiatan Promosi Kesehatan sebagai program prioritas.
Antenatal care is one of the efforts to decrease Maternal Mortality Rate in Indonesia. Antenatal care is to examine condition of the mother and the fetus regularly completed with correction against identified deviation. The purpose of regular antenatal care utilization, which are minimum once in first trimester, once is second trimester, and twice in third trimester, is to keep the mother healthy during the pregnancy, giving birth, and parturition, so that she can give birth a healthy baby. The purpose of this research is to find out factors that are related with antenatal care utilization, namely age, education, occupation, knowledge, behavior, family economy status, antenatal care cost, house-distance, and mother's perception. Research design used cross-sectional arrangement The respondents are mothers who have just given birth with aterm partus 100 people in the work field Puskesmas (Public Health Center) Pulau Temiang. The result of the research indicates that 40% of the respondents use antenatal care regularly. Factor of knowledge, mother's perception, family economy status, and mother's age, has a meaningful relation with antenatal care utilization. Mother's knowledge is the most dominant factor related with antenatal care utilization. Mothers with high knowledge use antenatal care 31.18 times more regularly than those with low knowledge, controlled by factors of mother's perception, family economy status, and mother's age. In order to increase regular antenatal care utilization at Puskesmas Pulau Temiang, Dinas Kesehatan (Health Division) of Kabupaten Tebo and Puskesmas Pulau Temiang needs to hold health promotion activities as a priority program.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library