Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lampe, Nicodemus P.
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam industri penerbangan komersial, sukses atau gagalnya sangat tergantung kepada kualitas pelayanan yang diberikan kepada penumpang karena satu-satunya yang langsung menilai mutu pelayanan. Pelayanan yang diberikan oleh perusahaan penerbangan PT. Garuda Indonesia dibagi menjadi dua yaitu:

pelayanan darat : menangani masalah pre and post flight services seperti reservation, ticketing, check-in penumpang, transit/connecting penumpang dan baggage handling.

pelayanan udara : menangani masalah in-flight service yaitu memberikan pelayanan di dalam pesawat kepada penumpang sejak boarding sampai dengan penumpang turun di tempat tujuan dengan nyaman.

Pelayanan udara oleh awak kabin sangat memegang peran penting dalam membentuk pandangan konsumen atau penumpang terhadap kualitas pelayanan penerbangan secara keseluruhan, karena awak kabin melayani secara langsung dan berkomunikasi dengan penumpang sebagai pengguna jasa. Dengan demikian untuk bersaing dalam bisnis penerbangan maka PT. Garuda Indonesia harus dapat menggunakan awak kabinnya memenuhi keinginan atau tuntutan pelayanan udara yang diìnginkan oleh penumpang.

Berdasarkan hasil survey IRS (In-flight Research Survey) of Oxford posisi PT. Garuda Indonesia diantara 10 perusahaan penerbangan yang berkantor pusat di Asia Pasific secara rata-rata berada pada urutan ketujuh dari faktor-faktor

Penilaian : efficiency of meal service, friendliness of cabin crew, grace and style of service, sincerity and attitude of service dan quality consistency amongst staff ini brarti bahwa PT. Garuda Indonesia masih belum dapat menggunakan awak kabinnya memenuhì keinginan penumpang, yang berarti belum dapat menggunakan kualitas pelayanan udara oleh awak kabin sebagai alat bersaing agar menjadi penerbangan yang berkualitas menurut pandangan konsumen.

Agar kualitas pelayanan udara yang diberikan oleh awak kabin dapat sesuai antara apa yang diharapkan penumpang dengan kenyataan yang diterima, maka Dinas Awak Kabin PT. Garuda Indonesia harus mengetahui dengan benar apa yang diinginkan oleh penumpang dan pelayanan udara oleh awak kabin. Jika sudah diketahui maka dapat ditetapkan kebìjaksanaan mengenai pengelolaan awak kabin sehingga akhirnya diimplementasikan untuk memberikan pelayanan sesuai tuntutan penumpang.

Dari hasil analisa eksternal, internal, SWOT dan identifikasi key success factor pada PT. Garuda Indonesia, untuk mendapatkan awak kabin yang bisa memberikan peiayanan yang prima maka Dinas Awak Kabin harus memutuskan dengan tepat mengenai:

Perencanaan awak kabin yaitu mengenai jumlah maupun kriteria yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan perencanaan yang baik harus mempertimbangkan turnover awak kabin yang cukup besar sekitar 15 orang setiap bulan, dan selalu mengadakan koordinasi dengan Dinas Pengembangan Armada dan Dinas Pengembangan Pasar agar dapat diketahui jumlah kebutuhan awak kabin.

Rekrutmen yaitu proses seleksi untuk mendapatkan calon awak kabut yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Kenyataan yang dihadapi oleh PT. Garuda Indonesia adalah sangat sulit mendapatkan calon awak kabin yang memenuhi nilai persyaratan Bahasa Inggris sehingga akhimya nilai yang disyaratkan harus diturunkan.

Pendidikan dan Pelatihan vaitu program untuk mendidik calon awak kabin hasil rekrutmen sehingga menghasilkan awak kabin yang mampu melayani keinginan penumpang. Pendidikan dan Pelatihan untuk awak kabin PT. Garuda Indonesia harus ditekankan pada penguasaan Bahasa Inggiis, kedisiplinan dan kemampuan berkomunikasi interpersonal.

Penilaian prestasi kerja yaitu suatu evaluasi mengenai unjuk kerja dari awak Kabin, sebagai dasar peningkatan jenjang awak kabin dan juga untuk pengembangan program pendidikan dan pelatihan bagi awak kabin.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Hanan Zhafirah
Abstrak :
Pekerjaan awak kabin memiliki tuntutan emosional kerja yang tinggi. Dalam pekerjaannya, awak kabin dituntut untuk melayani penumpang dengan sikap ramah dan bersahabat. Namun, tuntutan ini dikhawatirkan dapat menimbulkan kelelahan mental pada diri awak kabin. Penelitian ini berusaha mencari tahu hubungan antara tuntutan emosional kerja dan kelelahan mental di pekerjaan awak kabin. Tuntutan emosional kerja diukur menggunakan Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) dan kelelahan mental diukur menggunakan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Penelitian ini menggunakan 45 sampel partisipan yang merupakan awak kabin dari berbagai maskapai penerbangan Indonesia. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan tuntutan emosional kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kelelahan mental r43 = 0,52, p < 0,05. Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tuntutan emosional kerja pada pekerjaan awak kabin, maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan mental yang dialami awak kabin. Dengan demikian, maskapai penerbangan dapat memberikan intervensi atau pelatihan lebih lanjut kepada awak kabin mengenai regulasi emosi dalam pekerjaan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S8443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Nadhira Prabandari
Abstrak :
Komunikasi keselamatan dengan atasan merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh awak kabin. Hal tersebut dapat mencegah terjadinya kecelakaan, mempengaruhi kesetiaan penumpang, dan keuntungan maskapai. Akan tetapi, komunikasi keselamatan dengan atasan rentan untuk dikompromikan karena tingginya tuntutan kerja kuantitatif dapat membuat mereka mengalami kelelahan mental, sehingga performa kerjanya pun menurun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kelelahan mental sebagai mediator dalam hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan komunikasi keselamatan dengan atasan. Tipe dan desain penelitian adalah korelasional dan cross-sectional. Partisipan dari penelitian ini adalah awak kabin yang bekerja minimal setahun di maskapai penerbangan Indonesia (N = 45) yang direkrut dengan teknik convenience dan snowball sampling. Alat ukur Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) dimensi quantitative demand digunakan untuk mengukur tuntutan kerja kuantitatif, Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) untuk mengukur kelelahan mental, dan Safety Behavior dimensi upward safety communication untuk mengukur komunikasi keselamatan dengan atasan. Melalui analisis regresi ditemukan bahwa kelelahan mental memediasi secara penuh hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan komunikasi keselamatan dengan atasan (ab = -0,37, p <0.05). Untuk mengembangkan penelitian ini disarankan untuk memperbanyak partisipan dan mempertimbangkan karakteristik serta dinamika pekerjaan awak kabin, seperti jabatan, jenis penerbangan, dan durasi penerbangan. ......Upward safety communication is important for cabin crew to do, as it could prevent accidents, affect passengers loyalty, and airlines profits. However, upward safety communication could be compromised because of the high quantitative demands on their field, which can make them experience burnout. This correlational and cross-sectional study aims to look at the role of burnout as a mediator in the relationship between quantitative demands and upward safety communication. The participants of this study are cabin crew who worked minimum of a year in Indonesian airlines (N = 45). They were recruited by convenience and snowball sampling techniques. Researcher used the quantitative demands dimension from Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) to measure quantitative demands, Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) to measure burnout, and the upward safety dimension from Safety Behavior to measure upward safety communication. This study shows that burnout fully mediated the relationship between quantitative demands and upward safety communication (ab = -0,37, p <0.05). To develop this research, it is recommended to recruit more participants and consider the characteristics and dynamics of cabin crews job, such as their rank, flight type, and duration.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library