Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sujud Swastoko
Abstrak :
Deregulasi di bidang penerbangan tahun |999 menambah persaingan yang semakin berat dalam bisnis penerbangan di Indonesia. Jumlah penumpang pesawat terbang pada saat deregulasi digulirkan sebanyak 6,6 juta orang, pada tahun 2003 telah mencapai 16 juta orang, bahkan tahun 2004 diperkirakan bisa menembus angka 20 juta penumpang. Sementara itu setelah kebijakan deregulasi penerbangan dilakukan, sudah 37 izin penerbangan dikeluarkan dan yang beroperasi 24 maskapai penerbangan. Dengan semakin banyaknya perusahaan penerbangan yang mengoperasikan pesawat, khususnya untuk angkutan udara niaga berjadwal di dalam negeri, menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Agar perusahaan penerbangan nasional dapat bertahan, bahkan bisa melakukan ekspansi usaha dengan baik, mereka harus membuat strategi pemasaran dengan menetapkan segmen pasar yang menjadi target. Oleh karena itu, untuk menjawab kebutuhan tersebut dilakukan penelitian dengan mengambil 131 responden terpilih umuk dianalisis. Dari hasil segmentasi dengan menggunakan analisis klaster terhadap variabel- variabel psikografi, terbentuk dua segmen pasar penerbangan yaitu "Peduli Harga" dan "Peduli Merck". Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa variabel demografi pendidikan yang membedakan konsumen dalam memilih segmen tersebut. Sedangkan segmentasi terhadap variabel-variabel perilaku dengan menggunakan analisis klaster terbentuk dua segmen pasar, yaitu "Pelayanan Bagus" dan "Harga Tiket Murah". Dari hasil analisis diskriminan, faktor demografi tidak mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih jenis pesawat terbang. Penciptaan nilai pelanggan untuk setiap segmen dilakukan dengan mengacu pada variabel-variabel psikografil perilaku yang membentuk segmen tersebut dan variabel-variabel demografinya.
Deregulation over aviation section in 1999 has tightened the competition in commercial aviation business in Indonesia. The amount of flight passengers has also increased from only 6.6 millions in 1999 - when the deregulation package was launched - to 16 millions in 2003, and it is predicted to reach 20 millions of passengers in 2004. Meanwhile, after the implementation of the deregulation package, there have been 37 airline licenses given and 24 airlines start their operation. With the increasing number of commercial aviation company, especially the domestic scheduled-commercial air transportation, the competition is becoming more and more tight. For that reason, in order to be able to survive and even able to expand the business well, national aviation companies have to set certain marketing strategies by defining the targeted market. To answer the needs, a research has been conducted by taking 131 selected respondents to be analyzed. The result of segmentation using cluster analysis toward psychographics variables has resulted two market segments of flight passenger; those are "Price-Concemed" and "Brand-Concemed". The discriminant analysis showed that the demographic variable "Educational Background" influences consumers in choosing the segments. On the other hand, segmentation toward behavioral variables by using cluster analysis has created two market segments; those are "Good Service? and "Low-Priced Tickets". The discriminant analysis over these segments showed that the demographic factors did not influence the consumer behavior in choosing the plane types. Creating customer value for every segment is conducted regarding to the psychographics, behavioral, and demographic variables that created the segments.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raka Perbawa
Abstrak :
Di dalam dunia penerbangan, penggunaan Automatic Dependant Surveillance Broadcast ADS-B sudah mulai menjadi standar. ADS-B memungkinkan penyebaran informasi lalu-lintas penerbangan dengan lebih efektif, biaya lebih rendah serta fleksibel dalam implementasinya. Di sisi lain kemajuan teknologi di bidang komunikasi yang menunjang penyebaran informasi ADS-B juga berkembang pesat. Named Data Networking NDN muncul sebagai alternatif baru untuk menggantikan komunikasi TCP/IP yang sudah jamak dipakai di seluruh dunia. NDN menawarkan fleksibilitas dan komunikasi secara content centric, artinya NDN tidak lagi menyandarkan urusan forwarding data ke lapisan TCP/IP namun ditangani oleh mekanisme pencarian rute menuju konten yang dituju menggunakan penamaan hierarkis yang serupa dengan konsep Uniform Resource Locator URL . Mekanisme ini mengeliminir proses pembacaan sampai lapisan-lapisan bawah saat proses forwarding, dan diharapkan meningkatkan performa transaksi data. Pada penelitian ini dilakukan transmisi data yang dihasilkan oleh sebuah source ADS-B melalui sebuah mock-up jaringan yang sudah diimplementasikan NDN di dalamnya. Kinerja sistem lalu dievaluasi melalui parameter round-trip-time dan packet loss untuk melihat apakah sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh otoritas penerbangan agar layak diimplementasi dalam kegiatan operasional dibandingkan dengan sistem yang menggunakan IP. Hasil evaluasi menunjukan bahwa ada penurunan performansi round-trip-time sebesar 34 dan packet-loss mencapai 7 dalam kondisi lalu-lintas jaringan idle. ......In the aviation world, the use of Automatic Dependent Surveillance Broadcast ADS B has started to become a standard. ADS B allows the dissemination of flight traffic information more effectively, in lower costs and flexible implementation. On the other hand advances in technology in the field of communication that support the dissemination of information ADS B is also growing rapidly. Named Data Networking NDN emerged as a new alternative to replace the commonly used TCP IP communications around the world. NDN offers flexibility and content centric communication, meaning that NDN no longer relies on forwarding data to TCP IP layers but is handled by a route search mechanism toward the intended content using hierarchical naming similar to the Uniform Resource Locator URL concept. This mechanism eliminates the reading process to the lower layers during the forwarding process, and is expected to improve the performance of data transactions. In this research, data transmission is generated by an ADS B source through a mock up network that already implemented NDN in it. System performance is then evaluated through round trip time and packet loss parameters to see if it meets the standards set by the aviation authority to be feasible to implement in operational activities compared to systems using IP. Evaluation results show that there is a 34 decrease of round trip time performance and packet loss reaches 7 in idle network traffic conditions.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridzeki Akbar
Abstrak :
Di antara banyak industri yang terkena dampak pandemi COVID-19, pariwisata dan perjalanan adalah salah satu yang paling terpengaruh oleh situasi pandemi. Industri penerbangan, khususnya angkutan penumpang sebagai salah satu industri utama di bidang pariwisata dan perjalanan menghadapi tantangan dalam pemulihan dari situasi pandemi dengan berkurangnya orang yang terbang karena risiko yang ditimbulkan oleh virus COVID-19. Teori utama dari kerangka penelitian ini adalah menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk memprediksi kesediaan konsumen penerbangan untuk terbang. Dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS), penelitian ini akan menganalisis hubungan antara pemahaman dan persepsi konsumen tentang pandemi COVID-19 dengan kesediaan mereka untuk terbang selama situasi pandemi COVID-19. ......Amongst many industries impacted by the COVID-19 pandemic, tourism and travel has been one of the most affected by the pandemic situation. Aviation industry, specifically passenger carriers as one of the key industries in the tourism and travel is facing a challenge in recovering from the pandemic situation with less people flying due to risks imposed by the virus. The main theory of the research framework is using Theory of Planned Behavior (TPB) to predict aviation consumer’s willingness to fly. Using Structural Equation Modeling (SEM) based on Partial Least Square (PLS), this research will analyze the correlation between consumer’s understanding and perception of the COVID-19 pandemic and their willingness to fly during the COVID-19 pandemic situation.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balitbang Perhubungan Kemenhub RI, 2018
387.7 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Larsen, Paul B.
Abstrak :
The flying public, airlines, and governments will all agree on one date that changed commercial flying: that was September 11, 2001. The first edition of Aviation Law: Cases, Laws and Related Sources, described early consequences of that event, particularly compensation of victims and early tightening of aviation security. Subsequently laws and regulations affecting all aspects of aviation changed so rapidly that it became difficult to set a cut-off date for the second edition. The rapid flow of events made an update urgent. Several gaps in the materials of the first edition became evident as.
Leiden: Martinus Nijhoff pub., 2012
343.7309 7 LAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
hapus4
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N.A.A. Titie Budi S.
Abstrak :
Tesis ini menganalisis dampak kebijakan pengaturan ijin usaha, pengaturan rute penerbangan dan pengaturan tarif yang dilakukan oleh pemerintah di industri penerbangan domestik berjadwal, pada periode sebelum dan setelah tahun 1999 dengan menggunakan dasar-dasar teori organisasi industri dan kebijakan persaingan yang berlaku di Indonesia. Tahun 1999 digunakan sebagai batas periode karena pada tahun tersebut menjadi momentum hadirnya Low Cost Carrier pertama pada industri penerbangan di Indonesia yang memicu terjadinya persaingan tarif yang sangat ketat diantara maskapai penerbangan. Penelitian dilakukan terhadap Departemen Perhubungan sebagai regulator dan beberapa maskapai penerbangan sebagai perwakilan dari produsen, serta mengumpulkan data-data terkait dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sebagai perwakilan dari konsumen. Pendekatan Stuktur, Conduct dan Performance bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pasar dan hambatan masuk yang dilakukan oleh pemerintah, prilaku para maskapai penerbangan dalam melakukan persaingan dan hasil produksi penerbangan yang mencerminkan kinerja dari industri tersebut. Berdasarkan hasil interview dan data-data terkait, diperoleh kesimpulan bahwa sejak dikeluarkan deregulasi penerbangan terjadi peningkatan jumlah operator penerbangan dan persaingan harga yang ketat dengan ditetapkannya KM No. 9/2001 sebagai Batas Atas Tarif, dan SKEP 35/IV/2003 sebagai angka referensi. Namun, angka referensi menimbulkan distorsi harga karena masih banyak operator penerbangan yang menetapkan tarif di bawah angka referensi dan tidak dikenakan sanksi oleh regulator. Persaingan tarif tersebut menimbulkan kekhawatiran konsumen atas tidak diindahkannya prinsip keamanan dan keselamatan terbang oleh para operator dengan melihat masih tingginya jumlah kecelakaan pesawat terbang. Sehingga pemerintah diharapkan mendorong dilakukannya transparansi dari segi operasional operator penerbangan berupa audit keuangan dan audit teknis terhadap standar operating prosedur yang dilakukan oleh maskapai penerbangan dan menambah jumlah inspektur di Iingkup Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara (DSKU) di Departemen Perhubungan guna meningkatkan pengawasan dan menjamin dipatuhinya standar keamanan dan keselamatan terbang yang telah ditetapkan. Selain itu melakukan transparansi atas metode penghitungan angka batas atas dan batas bawah (referensi) yang ditetapkan pemerintah serta mendorong tumbuhnya perusahaan yang bergerak dibidang perawatan pesawat guna mendukung kinerja industri penerbangan domestic di Indonesia. Serta memberikan iklim usaha yang kondusif bagi terciptanya persaingan yang sehat yang dapat bersinergi dengan moda transportasi nasional lainnya guna menghadapi persaingan global dimasa yang akan datang.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ristiana Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Kabut merupakan salah satu fenomena cuaca yang dapat mengurangi jarak pandang. Hal ini akan berdampak pada operasional penerbangan (taxiing, take-off, landing). Oleh karena itu, prakiraan kabut diperlukan untuk mendukung keselamatan penerbangan. Tantangan terbesar dalam membuat prakiraan kabut adalah proses atmosfer yang chaos dan tidak pernah sama dari waktu ke waktu. Oleh karena itu penelitian ini mencoba menggunakan metode Deep Learning untuk memprakirakan kejadian kabut di Bandara Wamena. Desain model prakiraan menggunakan data cuaca pengamatan sinoptik per-jam dari Januari 2015 hingga Mei 2018. Variabel cuaca seperti suhu bola kering, suhu bola basah, titik embun, kelembaban relatif, tutupan awan, arah angin, kecepatan angin, jarak pandang, cuaca saat ini, dan jam pengamatan digunakan untuk memprakirakan kejadian kabut atau tidak kabut untuk 3 jam ke depan. Hyperparameter tuning pada optimizer (SGD, Adam), learning rate (1, 0.1, 0.01, 0.001), dan epoch (25, 50, 100) dilakukan untuk proses trial and error mencari model terbaik. Hyperparameter tuning menunjukkan parameter terbaik adalah optimizer Adam, learning rate 0.001, dan epoch 100. Hasil menunjukkan Deep Learning menunjukkan performa yang baik dengan hasil testing mencapai akurasi 92.56% untuk prakiraan kejadian kabut 1 jam kedepan, 88.45% untuk prakiraan kejadian kabut 2 jam kedepan, dan 85.68% untuk prakiraan kejadian kabut 3 jam kedepan. Hasil prakiraan kejadian kabut dengan Deep Learning juga memberikan akurasi yang lebih baik dibandingkan prakiraan TAF yang dibuat oleh forecaster setempat.
ABSTRACT
Fog is one of the weather phenomena that can reduce visibility. This will have an impact on flight operations (taxiing, take-off, and landing). Therefore, fog forecasts are needed to support flight safety. The biggest challenge in making fog forecast is chaotic atmospheric processes that have never been the same over time. This study tries to use the Deep Learning method to predict the occurrence of fog at Wamena Airport. Design forecast models use hourly synoptic observational weather data from January 2015 to May 2018. Weather variables such as dry bulb temperature, wet bulb temperature, dew point, relative humidity, cloud cover, wind direction, wind speed, visibility, present weather, and the observation hours are used to forecast the occurrence of fog or no fog. Hyperparameter tuning of optimizer (SGD, Adam), learning rate (1, 0.1, 0.01, 0.001), and epoch (25, 50, 100) are used for the trial and error to find the best model. Hyperparameter tuning shows the best parameters are Adam optimizer, learning rate 0.001, and epoch 100. The results show Deep Learning has good performance with the results of testing 92.56% accuracy for forecasting the occurrence of fog for next 1 hour, 88.45% for next 2 hour, and 85.68% for next 3 hour. The results of the forecast fog event with Deep Learning also provide better accuracy than the TAF forecasts made by the local forecaster.
2020
T55082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deydeandy Luckymirdajuba Iztighfari
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis penyebab terbentuknya struktur pasar duopoli di bisnis maskapai penerbangan di Indonesia berikut relasi strategis antara negara dan korporasi di sektor bisnis tersebut. Penelitian ini menggunakan teori relasi negara dengan ekonomi Bob Jessop (2010) dan Christopher Pierson (2005) serta didukung oleh konsep negara dalam ekonomi pasar Przeworski (1996). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terbentuknya struktur pasar yang hanya dikuasai oleh dua pemain besar (duopoli) yang kemudian menciptakan persaingan tidak sempurna di sektor bisnis ini disebabkan oleh, pertama adanya kalkulasi strategis negara dalam mendorong agenda kepentingan untuk menyelamatkan iklim bisnis yang menguntungkan di sektor bisnis ini yang berfokus pada pembenahan aspek keselamatan dan keamaanan serta pembangunan infrastruktur fisik penunjang transportasi angkutan udara. Kedua, terkait adanya relasi strategis berupa pertautan kepentingan antara negara dengan korporasi dalam peristiwa bergabungnya Sriwijaya Grup dan Garuda Grup serta hubungan negara dengan Lion Air Grup selaku korporasi yang mendominasi pangsa pasar bisnis maskapai penerbangan di Indonesia. Kedua hal tersebut kemudian tidak hanya memperlihatkan campur tangan negara untuk menjaga iklim bisnis yang menguntungkan di sektor ini melainkan juga berkonsekuensi terhadap struktur pasar persaingan usaha di sektor bisnis ini
This study analyzes the causes of the formation of a duopoly market structure in the airline business in Indonesia and the strategic relations between the state and corporations in the business sector. This study uses the theory of state-economic relations by Bob Jessop (2010) and Christopher Pierson (2005) and is supported by the concept of the state in market economy Przeworski's (1996). This study uses a qualitative method with a case study design. The findings of this study indicate that the formation of a market structure controlled by only two big players (duopoly) which then creates imperfect competition in the business sector is caused by, first, the existence of strategic calculations of the state in pushing the agenda of interests to save a favorable business climate in this business sector. which focuses on improving safety and security aspects as well as building physical infrastructure to support air transportation. Second, related to a strategic relationship in the form of a linkage of interests between the state and corporations in the joining of the Sriwijaya Group and the Garuda Group as well as the state's relationship with the Lion Air Group as a corporation that dominates the market share of the airline business in Indonesia. These two things then show not only state interference to maintain a favorable business climate in this sector but also have consequences on the market structure of business competition in this business sector
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>