Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Herman Yuwono
"Pengelasan dua logam yang berbeda (dissimilar metals) antara baja tahan karat AISI 304 dan 316 merupakan salah satu teknik penyambungan yang banyak dipakai dalam suatu sistem penukar panas (heat exchanger) sebagai suatu cara untuk meningkatkan kinerja sistem, disamping adanya pertimbangan ekonomis tertentu. Walaupun demikian terdapat pembatasan dalam pengoperasiannya yaitu hasil lasan dapat mengalami siklus pemanasan dan pendinginan akibat rentang temperatur yang besar dari aliran cairan atau gas. Kondisi ini memungkinkan hasil sambungan dua logam dengan koefisien muai termal yang berbeda mengalami fluktuasi tegangan termal secara berulang-ulang yang pada akhirnya mengakibatkan suatu mekanisme kelelahan (fatigue). Oleh sebab itu diharapkan dengan mengetahui karakteristik kelelahan termal hasil lasan dua lagam yang berbeda tersebut diperoleh suatu pengetahuan yang baik mengenai teknik pengelasan yang mampu menghasilkan sambungan las dengan resiko kegagalan yang minimum.
Pada penelitian ini dilakukan pengelasan dengan metode GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) dengan logam induk adalah baja AISI 304 dan AISI 316 dan E 308 sebagai logam pengisi. Adapun gas pelindung yang digunakan adalah gas argon dan arus yang digunakan adalah arus berpolaritas lurus DCSP dengan besar arus 125 A dan variabel kecepatan pengelasan 1, 3, 5 mm/detik. Simulasi termal dilakukan dengan pemanasan sampel di dalam furnace pada temperatur 500, 600 dan 700°C disusul pendinginan cepat dalam media air sebanyak 5, 10 dan 15 kali.
Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa pengelasan dengan variabel kecepatan las 1 mm/detik memberikan ketahanan yang paling baik terhadap siklus termal. Pada hasil lasan setelah simulasi siklus termal tidak didapatkan retak macro sebagai indikasi perbedaan respon muai panas antara deposit las, daerah terpengaruh panas dan logam induk. Masukan panas yang memadai dari kecepatan pengelasan tersebut serta pemilihan logam pengisi yang tepat memungkinkan penyebaran delta fern yang merata pada butir dan batas butir sebagai satu cara efektif menghambat perambatan retak antar daerah las akibat perbedaan koefisien muai termal selama siklus termal berlangsung."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Gadang Priyotomo
"Baja tahan karat jenis austenitik AISI 304 mempunyai kerentanan terhadap korosi retak tegang di dalam larutan korosif klorida. Baja tipe ini juga rentan terhadap temperatur sensitasi antara 580°C - 815°C. Kerentanan tersebut jelas terjadi pada korosi batas butir. Batas butir mengandung krom karbida. Kombinasi antara internal material logam dan lingkungan memberikan efek korosi retak tegang. Lingkungan MgCl2 merupakan lingkungan korosif yang berperan dalam jenis korosi ini. Pengujian korosi retak tegang dilakukan dengan metode beban konstan (creep) melalui beban 20 kg/mm2, 25 kg/mm2, 30,5 Kg/mm2, dan 40 Kg/mm2 di larutan 42wt% MgCl2 bersuhu 106°C. Perlakuan material dibagi dua yaitu anil 1100°C, tahan 1 jam, kemudian celup cepat air dan tanpa anil. Kedua perlakuan tersebut disensitasi (600°C,700°C,800°C). Pengujian kualitatif karbida, pengujian komposisi bulk, larutan uji (AAS), pengujian kekerasan Vickers, metalografi (foto makro) dan pengujian SEM EDS dilakukan. Hasil menunjukkan pengujian kekerasan vickers pada suhu sensitasi 7000C mengalami penurunan berkisar 152,06 Hv (anil 1100°C) dan 199,1 Hv (non anil 1100°C) dibandingkan suhu sensitasi 600°C dan 800°C. Tren sama juga terjadi pada pengujian SCC beban konstan, pada temperatur sensitasi 700°C, waktu patah (tf) lebih pendek dibandingkan suhu sensitasi 600°C & 800°C di dua kondisi material berbeda. Waktu patah tercepat pada beban 25 Kg/mm2 3 detik di kondisi anil 1100°C,suhu sensitasi 700°C dan terlama pada beban 30,5 Kg/mm2 86400 detik di kondisi tanpa anil,suhu sensitasi 6000C. Laju pemuluran (iss) tertinggi pada beban 25 kg/mm2 4,80 mm/detik di kondisi anil 11000C,suhu sensitasi 700°C dan terendah pada beban 30,5 Kg/mm2 3.10-8 mm/detik di kondisi tidak anil 1100°C. Bentuk patahan SCC berbentuk intergranular (tidak dianil 11000C). Bentuk patahan transgranular dengan banyak struktur dimple (void-void) nampak banyak di material anil 1100 berbagai suhu sensitasi. Prosentase peningkatan kelarutan Fe kedalam larutan uji antara 484% hingga 2050% , Kation Cr antara 750% hingga 3540%, dan Kation Ni hingga 110%.

Austenitic Stainless steel (AISI 304) has a susceptibility of stress corrosion cracking inside corrosive chloride solution. This material also is susceptible from sensitizing temperature (580°C-815°C). This susceptibility of material clearly is undergone in intergranular corrosion. Grain boundaries contain chromium carbide. The combination of internal material and environment can contribute a great effect of stress corrosion cracking (SCC). MgCl2 circumstance have main role for SCC as corrosive solution. SCC test was conducted with constant load method (creep) of 20 Kg/mm2, 25 Kg/mm2, 30,5 Kg/mm2, and 40 Kg/mm2 in 42 wt% MgCl2 solution and constant temperature of 1060C. Material treatment is divided two sides : (1) annealing process (1100°C); holding 1 hour then quenching process and (2) without annealing. These two treatments were sensitized at 600°C, 700°C and 800°C. The qualitative test of carbide, the test of bulk chemical composition, solution test (AAS), Vickers hardness test, metallography, and SEM EDS test conducted. Test results show Vickers hardness value on sensitizing temperature of 7000C that was undergone the decreasing of range 152,06 Hv (annealing of 11000C) and 199,1 Hv (non annealing) by comparing sensitizing temperature of 600°C and 800°C. The same trend also was happen at the test of SCC. On sensitizing temperature of 7000C fracture time (tf) is shorter than sensitizing temperature of 600°C and 800°C in two different material conditions. The shortest fracture time is happened at load of 25 Kg/mm2 that is tf of 3 seconds in annealing condition of 1100°C and sensitizing temperature of 700°C. The longest fracture time is also happened at load of 30,5 Kg/mm2 that is tf of 86400 seconds without annealing process and sensitizing 600°C. The Highest Elongation rate (iss) at load of 25 Kg/mm2 is 4,80 mm/s in annealing condition of 1100°C for sensitizing temperature of 700°C. The lowest one at load of 30,5 Kg/mm2 is 3.10-8 mm/s without annealing condition of 1100°C. The average shape of fracture of SCC is intergranular form without annealing process of 11000C. The shape of transgranular fracture with surface structure of dimples was undergone at annealing material of 1100°C with various sensitizing temperatures. The increasing of dissolution percentage of Fe ions to test solution between 484% to 2050%, from 750% to 3540% (Cr ion), and up to 110% (Ni ion)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hartinah
"Abstrak
Gejaia creep mernpa/can peristiwa rnuiurnya .vuatu material yang dapat diakiziri dengan terjadiiiva para/ran akibat pemberian beban konstan pada tennneranir yang cu/mp tinggifengujian creep yang clilakukan memakan wakru _vang xanga/ lama dapat mencapai bertahun-ta/mn untuk pemberian beban yang kecil, karena itu untuk segera mengetalnii karakleristik creep dari suatu material diadakan pengigiian creep yang dnnercepat dengan inengambil beban yang nzendekati titik yield material yang diuji pada ternperatur tinggi (sekitar 0,-I 7},,).
Benda zgi yang dignnakan pada penelitian ini adalah baja tahan karat austenitik AIS! ripe 304. Alasan penggunaan material ini adalah melihat apfilcasinya yang nienclaminasi penggunaan baja tahan karat Iainnya terutama pada temperatur tinggi dengan beban lertentu.Kedua parameter tersebut sangat menentalran perilalcu creep dari xuatu material disampiirg karakteristik a'ari material iiu sendiri.
Untuk meningkatlcan ketahanan creep material _nada materiai dilakukan proses ani/ dengan nzeinpertirnbangkan pengaruh sensitisasi yang teqadi pada baja ta/Ian karat austenitilc ini. Benda :gi yang diganakan terdiri dari benda uji awai tanpa dianil, benda uji yang dianil 650"C dan 900°C dengan waktu talzan I jam. Yerhadap ketiga benda :gi dilakukan :yi creep sesuai dengan standarBS 3500 pada temperatur 677"C dengan beban sebesar 500 N setelah ilu diia/rulcan pengarnatan .vrrulctur mikro untuk mengamati sensitisasi.
Hasii dari pengujian ini yaitu baja AISI 304 yang diani! pada tenyoeratur 650"C memiiiki ketaiianan creep paling baik diantara lcetiga benda ini. Baja AISI 304 yang dianil pada temperatur 9000 C le/Jih tahan creep dibanding baja yang tidalr dianii. A/can tetapi karena pengaruh sen.s?itisa.si cukup besar yang terjadi .vela/na proses ani), malta baja ini ketahanan creep-nya lebih kecil dibanding bqia yang dianil pada /ernperatur 650° C. Sensitisasi pada baja AISI 304 menyebabkan bagian batas butir baja menjadi keras dibanding butimya yang meluna/c akibat proses anil. Mengerasnya batas butir dilsebabkan karena kram Icarbida yang mengendap bertindak sebagai penghalang gerak dislokasi sehingga dislokasi-
dislokasi lainnya menjadi menumpulc di batas butir dan alchirnya akan rnenyebabkan baja mudah patah ketika diberi beban tarik yang diawali dengan inisiasi retak intergranular pada batas burir. Pada benda uji yang dianii 6500C didapat ketahanan creep yang paling tinggi lcarena adanya presgpital karbida pada matriks yang beifungsi sebagai rintangan bagi gerak dislokasi dan sed!/fitnya _presipitat karbida pada batas butir menyebabkan benda :yi ini mengalami efongasi yang cu/cup panjang sebelum terjadingya iceretakan. Benda :ji ani! 650°C mengalami pertambahan panjang 2% dari elongasi material awa/ sedangiran benda Wi ani! 900°C mengalami penuranan 8%.

"
2000
S41535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library