Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Iskandar Wibowo
Abstrak :
Penggunaan besi tuang nodular dl dunia industri semakin berkembang karena sifat mekanis besi luang nodular yang lebih baik daripada besi luang lainnya. Sifat mekanis besi tuang nodular ditentukan oleh matriksnya. Untuk meningkatkan kekuatan mekanis besi luang nodular dapat dilakukan lewat proses austemper. Proses austemper diawali dengan austenisasi pada temperatur 900°C selama 60 menit diianjurkan dengan austemper pada temperatur 375°C dan 425"C dengan waktu tahan 30. 60. dan 90 menit. Pengujian tarik, kekerasan. dan mikro dilakukan untuk menganalisa hasil proses austemper. Dari hasil penelitian diperoleh peningkatan sifat mekanis yaitu kekuatan tarik dan kekerasan. Perubahan sifat mekanis tersebut terjadi karena adanya perubahan struktur mikro dengan terbentuknya struktur balnit dan austenit sisa.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Andrijono
Abstrak :
Besi tuang nodular (ductile iron) adalah besi tuang yang mempunyai partikel grafit berbentuk bulat (nodul) yang diperoleh dengan cara penambahan unsur magnesium (Mg) sebagai unsur pembulat grafit ke dalam leburan besi tuang pada proses perlakuan ladel (ladle treatment). Penelitian yang dilakukan membandingkan sifat mekanis antara besi tuang nodular dengan penambahan unsur paduan 0,25 % Mo (tabel V) dan 0,25 %, 1 % Ni (tabel VI) dan tanpa unsur paduan (tabel VII) dimana proses pecampuran unsur paduan dengan logam cair, dilaksanakan sebelum logam cair dari dapur induksi ditunf ke ladel besar (ladle carrier). Perbedaan peningkatan sifat mekanis pada besi tuang nodular, dapat diperoleh dengan cara memberikan unsur paduan atau dapat juga dilakukan dengan proses perlakuan panas austemper, sehingga menghasilkan besi tuang nodular austemper atau dikenal dengan Austempered Ductile Iron (ADI). Proses perlakuan panas austemper pertama kali diawali dengan proses austenisasi pada temperatur 850 ° C, 950 ° C dengan waktu tahan masing-masing selama 90 menit untuk (0,25 % Mo dan 0,25 % Mo, 1 % Ni), 60 menit untuk tanpa unsur paduan serta dilanjutkan proses austemper pada temperatur 350 ° C, 375 ° C dan 400 ° C dengan waktu tahan masing -masing 60 menit untuk (0,25 % Mo), 120 menit (0,25 % Mo, 1 % Ni) dan 30 menit untuk tanpa unsur paduan. Proses pembuatan sampel uji menggunakan cetakan pasir, jenis pasir silika, sehingga diperoleh hasil cor yang belum mengalami proses perlakukan panas austemper dan selanjutnya dilakukan proses pemesinan. Proses pengujian yang dilakukan, terdiri dari : uji kekuatan tarik, uji kekerasan dan pengamatan struktur mikro dengan pembesaran 100 X dan 500 X. Berdasarkan hasil penelitian, maka besi tuang nodular austemper tanpa unsur paduan (label VII) menghasilkan sifat mekanis lebih baik dibandingkan dengan penambahan unsur paduan 0,25 % Mo (label V) dan unsur paduan 0,25 % Mo, 1 % Ni (label VI). Besi tuang nodular austemper dengan unsur paduan 0,25 % Mo , 1 % Ni (tabel VI) menghasilkan regangan tertinggi dibandingkan besi tuang nodular austemper dengan unsur paduan 0,25 % Mo (label V) dan tanpa unsur paduan (label VII).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sehat Maulana
Abstrak :
Besi tuang nodular telah banyak digunakan sebagai komponen mesin seperti : poros engkol, propeler, gir dan sebagainya. Besi tuang ini memiliki sifat mekanis yang dapat diandalkan yaitu kombinasi kekuayan tank dan keuletannya sehingga banyak dipakai sebagai pengganti baja dengan biaya produksi yang lebih murah. Disamping itu, untuk mendapatkan sifat mekanis yang diinginkan pada besi tuang nodular dapat dilakukan proses perlakuan panas yang salah salunya yaitu proses Austemper. Hasil dari proses ini disebut Ausrempered Duclile Iron (ADI). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses austemper meliputi komposisi kimia besi, waktu tahan dan temperatur austenisasi, Serta waktu tahan dan temperatur austemper Pada penelitian ini dilakukan proses austemper untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap peningkatan sifat mekanis dari besi tuang nodular yang nodularitasnya sekitar 30 %. Tahap pertama dilakukan austenisasi dimana sampel dipanaskan sampai temperatur 850°C ditahan selama 30 menit untulc mendapatkan matriks austenit yang seragam kemudian ditransformasikan menjadi bainit melalui tahap austemper yaitu pendinginan dari ternperatur austenisasi sampai temperatur terbentuknya matriks bainit yaitu 275°C, 325°C, 375°C, 425°C, 4’75°C dan ditahan selama jangka waktu 30 menit. Hasil penelitian dapat diketahui setelah dilakukan pengujian kekuatan tarik dan kekerasan sena pengamatan struktur mikro. Secara umum kekuatan tarik dan kekerasan hasil proses austemper meningkat jika dibandingkan hasil as-cast. Peningkatan sifat mekanis ini paling tinggi terjadi pada temperatur terbentuknya bainit bawah, 275°C dan 325°C yang diiringi dengan penurunan regangan atau elongasi sedangkan pada temperatur diatasnya terjadi peningkatan elongasi. Perubahan si Fat mekanis ini dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk dengan kombinasi kuat tarik, kekerasan dan regangan yang optimium telj adi pada temperatur austemper 275°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriati Djaprie
Abstrak :
ABSTRAK
Besi tuang nodular (BTN) adalah salah satu jenis besi tuang, dan merupakan bahan baku teknik yang memiliki potensial untuk dikembangkan penggunaannya di dalam negeri. Sesuai dengan tujuan pemakaian, BTN harus memiliki karakteristik mudah diproses, mudah diolah dalam permesinan, memiliki sifat mekanik mencakup kekuatan tarik, keuletan, ketangguhan, ketahanan aus, ketahanan fatik, yang baik.

Untuk meningkatkan sifat mekanik BTN tersebut, dapat dilakukan usaha perlakuan panas austemper.

Sifat mekanik yang didapatkan melalui austemper tergantung pada variabel proses metalurgi tersebut, termasuk temperatur dan waktu austenitisasi, serta temperatur dan waktu austemper. Efek dari variabel metalurgi terhadap struktur dan sifat mekanik dibahas dalam penelitian ini.
Depok: Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mujtahid
Abstrak :
Penelitian ini membahas pengaruh penambahan unsur Mo dan Ni terhadap sifat mekanis besi tuang nodular austemper. Komposisi kimia berupa besi tuang nodular austemper non paduan, dengan paduan 0,26 % Mo dan dengan paduan 0,26 % Mo & 1,2 % Ni. Temperatur austenisasi dipilih pada 850 °C dan 900 °C, sedangkan temperatur austemper dilakukan pada temperatur 350 °C, 375 °C dan 400 °C. Sampel yang diuji dituang dalam bentuk yang khusus agar bersifat homogen dan bisa membeku dalam waktu yang bersamaan, juga agar bisa dipasang filter untuk meminimalkan kotoran (unsur) yang tidak diinginkan. Sifat mekanis yang diteliti adalah ketangguhan dan kekerasan bahan. Sifat ketangguhan bahan diuji dengan uji ketahanan impak metode Charpy dengan takik, sedangkan uji kekerasan dengan standar Brinell. Uji ketangguhan dan kekerasan dilakukan pada temperatur sub zero (dibawah nol) pada temperatur 0 °C dan temperatur kamar. Uji komposisi dilakukan dengan spektrometer untuk mengetahui komposisi kimia besi tuang nodular. Dilakukan pula pengamatan struktur mikro untuk mengetahui perubahan struktur matriks yang terjadi. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa penambahan paduan 0,26 % Mo & 1,2 % Ni dapat meningkatkan ketangguhan bahan sampai 40,4 % tetapi kekerasan menurun 9,2 % terhadap non paduan. Ketangguhan paling baik dicapai pada temperatur austemper 375 °C dan temperatur austenisasi 900 °C. Pengujian ketangguhan pada temperatur sub zero (dibawah nol) menyebabkan ketangguhan material berkurang 41 % dibandingkan temperatur kamar akibat terjadinya efek Betas.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yunan Hasbi
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan memperoleh parameter optimal variabel proses dalam menghasilkan baja bainit Fe-Ni dengan kekuatan mencapai 1400 MPa yang mengacu standar rel tipe R60. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kandungan Ni yaitu 0%, 1%, 2%, 3% dan 4% berat. Selanjutnya sampel baja dilakukan canai dingin dengan variasi reduksi 10%, 30%, 50% dan 70%. Proses pemanasan diawali dengan austenisasi pada suhu 945 °C selama 20 menit dan dilanjutkan proses austemper pada suhu 400 °C selama 30 menit kemudian didinginkan menggunakan dua jenis media pendingin yaitu air dan udara. Struktur mikro dari analisis metalografi menggunakan etsa warna menunjukkan fasa bainit mulai terbentuk pada sampel Fe-3Ni. Ukuran butir semakin kecil seiring peningkatan unsur Ni. Adanya unsur Si mampu menekan pembentukan sementit karbida dengan dibuktikan tidak adanya kemunculan karbida melalui analisis Scanning Electron Microscopy (SEM). Analisis fasa juga dilakukan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Pengujian tarik menunjukkan nilai optimal diperoleh pada baja Fe-4Ni red.70% berpendingin udara dengan nilai mencapai 972 MPa. Nilai kekerasan juga mengalami peningkatan seiring peningkatan unsur Ni.


The purpose of this study is to obtain optimal parameters from each variable process in producing Fe-Ni bainite steel with the target tensile strength up to 1400 MPa that fulfill the R60 standard. The study was conducted by varying the Ni content in steel which is 0%, 1%, 2%, 3% and 4% wt. Furthermore, steel specimens were carried out through cold rolled with various reduction of 10%, 30%, 50%, and 70%. The heating process starts at 945° C for 20 minutes and followed by austempering at 400 ° C for 30 minutes then cooled using two types of cooling media namely water and air. The microstructure of metallographic by color etching showed that the bainite phase appears to form in Fe-3Ni specimens for all cooling media. Grain size gets smaller as the nickel content increases. There was no indication about the existence of cementite carbide as evidenced by Scanning Electron Microscopy (SEM) analysis. Phase analysis was also carried out using X-Ray Diffraction (XRD) for further information. Tensile testing shows that the optimal value was obtained in red.70% Fe-4Ni steel with air cooling that is 972 MPa. The hardness also increases as Ni content increase.

Keywords: Lateritic steel, austempering, cold rolling, nickel, mechanical properties, railrod

2019
T53206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriansyah
Abstrak :
Aspek penting dalam pemilihan material selain aspek teknis adalah aspek ekonomis. Pemakaian material yang secara teknis memenuhi syarat tetapi dengan harga yang lebih murah akan menurunkan biaya produksi sehingga daya saing meningkat. Poros engkol, yang dalam hal ini poros engkol produksi Toyota Astra Motor dibuat dengan material besi tuang nodular as-cast yang kemudian diberi perlakuan panas normalisasi sehingga ongkos produksi menjadi mahal. Untuk menurunkan ongkos produksi, material poros engkol tersebut akan diganti dengan besi tuang nodular as-cast dengan penambahan tembaga. Secara teoritis penembahan tembaga dapat meningkatkan karakteristik mekanik material, sehingga tidak perlu lagi dilakukan normalisasi. Dalam penelitian ini digunakan material besi tuang nodular as-cast 0,35 persen tembaga dan 1,32 persen tembaga dengan pembanding besi tuang nodular as-cast tanpa tembaga yang diberi perlakuan panas normalisasi. Data dari hasil pengujian menunjukan adanya peningkatan dari semua karakteristik mekanik material dengan penambahan tembaga, sebagian besar karakteristik mekaniknya diatas karakteristik mekanik besi tuang as-cast tanpa penambahan tembaga dinormalisasi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisdyanto Ariwibowo
Abstrak :
Aspek penting dalam pemilihan material selain aspek teknis adalah aspek ekonomis. Pemakaian material yang yang secara teknis memenuhi sarat tetapi dengan harga yang lebih murah akan menurunkan biaya produksi sehingga margin keuntungan semakin besar. Poros engkol, yang dalam hal ini poros engkol produksi Toyota Astra Motor dibuat dengan material besi tuang nodular as-cast yang kemudian diberi perlakuan panas normalisasi sehingga ongkos produksi menjadi mahal. Untuk menurunkan ongkos dan waktu produksi (mempersingkat alur proses), material poros engkol tersebut dicoba material alternatif pengganti dengan material besi tuang nodular as-cast dengan penambahan tembaga. Secara teoritis penembahan tembaga dapat meningkatkan karakteristik mekanik material, sehingga tidak perlu lagi dilakukan normalisasi. Dalam penelitian ini digunakan material besi tuang nodular dengan penambahan 0,35 %, 0,92 % dan 1,32 % tembaga as cast dan yang dengan mengalami proses Austenisasi 750 C - austemper 325 C/15,30 dan 45 menit kemudian dibandingkan sifat mekanisnya (kekerasan dan tarik) dengan pembanding besi tuang nodular as-cast tanpa tembaga yang diberi perlakuan panas normalisasi (TAM). Data dari hasil pengujian menunjukan adanya pertingkatan dari semua karakteristik mekanik material dengan penambahan tembaga, sebagian besar karakteristik mekaniknya diatas karakteristik mekanik besi tuang as-cast tanpa penambahan tembaga dan yang dinormalisasi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36820
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Virdhian
Abstrak :
ABSTRAK
Austempered Ductile Iron (ADI) adalah besi tuang nodular yang mengalami proses austemper yang memiliki kombinasi sifat ketangguhan, keausan dan keuletan yang baik. ADI memiliki struklur accicular ferit dalam matriks austenit. Kandungan austenit sisa sangat menentukan sifat mekanis ADI. Austenit sisa yang terdapat pada ADI tidak stabil dan dapat bertransformasi menjadi mariensit bila mengalami deformasi. Fraksi volume dan distribusi austenit sisa sangat tergantung pada perlakuan panas dan unsur paduannya. Penelitian ini bertujuan unluk mengetahui pengaruh waktu tahan austemper terhadap karakreristik pembentukan austenit sisa pada ADI, kestabilan austenit sisa akibat proses deformasi plastis dan membandingkan perhifungan fraksi volume austenit sisa dengan metode Difraksi Sinar-X dan Point Counting. Bahan penelitian ini adalah BTN FCD -15 dengan unsur paduan 0.27% Mo, 0.23% Mn dan 2.95% Ni. Proses austenisasi dilakukan pada temperazur 900°C dengan waktu tahan 90 menit, lalu proses austemper pada remperarur 400°C dengan waktu tahan 60,120,180 menit. Setelah itu dilakukan proses canai dingin dengan variasi reduksi 5,10, 15 % . Pengujian yang dilakukan adalah kekerasan, pengujiam heat tinting dan pengamatan strukrur mikro serta pengujian Difraksi Sinar-X. Dari penelitian diperoleh bahwa faksi volume austenit sisa berkurang dari 29.25% ke 17.2% dengan meningkatnya waktu tahan austemper dari 60 hingga 180 menit, dengan metode Point Counting. Fraksi volume austenit sisa menurun dari 14.1% menjadi 9.95% (60 menit, 10.95% menjadi 7.25% ( 120 menit, 11.65% menjadi 11.1 % (180 menit dengan meningkatnya reduksi dari 5 hingga 15% dengan metode Point Counting. Kekerasan Bahan ADI meningkat dari 242.25 BHN menjadi 247.15 BHN dengan meningkatnya waktu tahan austemper dari 60 hingga 180 menit. Kekerasam Bahan ADI meningkat dari 256.33 BHN menjadi 307.41 BHN (60 mni, 270.64 BHN menjadi 308.7 BHN (120 mni), 272. 9BHN menjadi 313. 8.5 (180 mni dengan meningkatnya % reduksi dari 5 hingga 15%. Penghitungan fraksi volume austenit sisa dengan metode Difaksi Sinar-X dan merode Point Counting mengalami perbedaan sehingga dinerlukam penelitiam lebih lanjut untuk mencari hubungan antara keduanya.
2000
S41599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmy Nurliyany
Abstrak :
ABSTRAK
ADI (Austempered Ductile Iron) merupakan material besi tuang nodular (BTN) yang telah mengalami perlakuan panas austemper dan memiliki keunggukm dalam hal ketangguhan, kekuatan, ketahanan aus yang sangat baik, harga bahan baku serta biaya permesinannya yang jauh relatif lebih murah. Sifat mekanis pada material ADI sangat ditentukan oleh persentase austenit sim. Austenit sisa yang dihasilkan tergantung pada parameter perlakuan panas yang diberikan dan dapat bertransformasi merjadi martensit bila diberi tegangan. Penelitian ini menyelidiki pengaruh waktu tahan austemper selama 1,2 dan 3 jam serta proses regangan dengan persentase elongasi 0,2%; 0, 6% dan 2% rerhadap karakteristik austenit sisa pada ADI dengan komposisi paduan Mo 0,249% dan Mn 0, 25%. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian ARD dan metalografi kuanritatif (point counting) pada material dengan prinsip perhitungan volume austenit sisa sebelum dan setelah proses regangan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fraksi volume austenit sisa yang dihitung dengan XRD dan metalografi kuantitatf (point counting) dengan waktu selama 1,2, dan 3 jam menunjukkan penurunan sebelum dan setelah proses regangan. Perhitungan fraksi volume austenit sisa sebelum proses regangan melalui XRD dengan waktu tahan austemper 1,2 dan 3 jam adalah 44,27%; 8,64% dan <8%. Sedangkan perhitungan melalui point counting adalah 26,2%,' 23,58%,' dan 19, 7%. Perhitungan kekerasan makro pada material ADI ini juga menunjukan penurunan pada waktu tahan austemper 1,2 clan 3 jam yaitu : 243,49,' 260,14 ,' 282, 94 kg/mmz. Sedangkan kekualan tariff nya bervariasi pada waktu tahan 1,2 dan 3 jam yailu .' 97,8,' 103,97,' 84,52 kg/mmz.
2000
S41492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>