Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melisa Ratna Anggraini
Abstrak :
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif pada perilaku selingkuh pada dewasa muda yang berpacaran. Penelitian ini dilakukan karena tingkah laku pada saat berpacaran akan dapat mempengaruhi tingkah laku pada masa pernikahan dan tingkah laku sendiri dapat dipengaruhi oleh salah satunya atribusi kausal. Atribusi kausal dalam penelitian ini adalah atribusi kausal dari Weiner, yang terdiri atas (1) locus of causality, (2) extemal control, (3) stability, (4) personal control. Melalui peninjauan atribusi kausal ini dapat diketahui gambaran dari apa yang dipersepsikan seseorang sebagai penyebab dari terjadinya perselingkuhan. Dengan diketahuinya gambaran tersebut maka seseorang akan dapat lebih memahami perilaku dirinya maupun orang lain, memprediksi perilaku dimasa mendatang, serta memungkinkan dirinya mengontrol lingkungannya. Dengan melihat permasalahan tersebut serta berbagai faktor yang terkait dengannya, dirumuskan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini. Masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pola atribusi kausal perselingkuhan dewasa muda berpacaran pada kelompok dewasa muda? Permasalahan tersebut terbagi atas beberapa masalah khusus, yaitu : Bagaimana pola atribusi dewasa muda berpacaran pada kelompok dewasa muda yang berselingkuh? Bagaimana pola atribusi dewasa muda berpacaran pada kelompok dewasa muda yang diselingkuhi? Adakah perbedaan pola atribusi perselingkuhan dewasa muda antara kelompok dewasa muda yang berselingkuh dan yang diselingkuhi? Adakah perbedaan pola atribusi perselingkuhan dewasa muda antara kelompok pria dan wanita? Penelitian ini dilakukan di Jakarta dengan menggunakan metode kuesioner. Sampel penelitian ini adalah 63 orang dewasa muda yang terdiri dari 31 pria dan 32 wanita. Kriteria subyek adalah, berusia 22 sampai 28 tahun, belum menikah dan pemah selingkuh dan atau diselingkuhi. Pendekatan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal, secara umum subyek mengatribusikan perselingkuhan kepada faktor internal, tidak stabil, terdapat kontrol personal dan tidak terdapat kontrol eksternal. Tidak ada perbedaan atribusi kausal yang signifikan antara kelompok subyek yang berselingkuh dan yang diselingkuhi, maupun antara kelompok pria dan wanita. Seluruh kelompok menunjukkan kecenderungan pola atribusi kepada satu sisi, kecuali kelompok pria yang diselingkuhi pada dimensi stabilitas. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai penerapan teori atribusi kausal dalam interpersonal relationship, khususnya dalam perselingkuhan di masa berpacaran. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi perkembangan terapi atribusi. Dengan diketahui pola atribusi kausal perselingkuhan baik dari kelompok yang berselingkuh dan diselingkuhi, dapat dikethui atribusi yang disfungsional, yang kemudian dapat diganti dengan atribusi yang lebih adaptif.
2003
S3287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pentri Siantia
Abstrak :
Berkembangnya platform beriklan berpengaruh pada bagaimana konsumen berbelanja dan berinteraksi. Testimonial advertising atau kegiatan beriklan dengan memberikan opini dan rekomendasi oleh pihak ketiga kemudian menjadi populer kembali. Pihak ketiga yang digunakan oleh sebuah brand biasanya adalah influencers atau seseorang/lebih yang memiliki pengaruh sosial. Hal tersebut dikarenakan influencers cenderung mampu membentuk opini konsumen tentang suatu hal. Model atribusi dapat digunakan untuk melihat hubungan yang terjalin antara konsumen dengan influencers, iklan, atau produk/brand. Model atribusi yang umum digunakan adalah model atribusi Kelley. Model tersebut telah banyak diadopsi dan dikembangkan oleh banyak ilmuwan lainnya. Salah satunya oleh Han Kyoo-Hoon yang mengembangkan model atribusi milik Kelley. Han Kyoo-Hoon mengembangkan model atribusi milik Kelley menjadi lebih relevan untuk penelitian perilaku konsumen dan lebih terperinci. Penulis ingin memperlihatkan kontras antara kedua model tersebut dengan melakukan komparasi. Kedua model tersebut akan digunakan untuk melihat hubungan konsumen dengan influencers, iklan, produk/brand. Penulis akan memperlihatkan hubungan tersebut dalam bentuk kegiatan iklan testimonial. ......The growth of advertising platforms has an effect on how consumers shop and interact. Testimonial advertising or advertising activities by providing opinions and recommendations by third parties then become popular again. Third parties used by a brand are usually influencers or someone who has social influence. This is because influencers tend to be able to form consumer opinions about a thing. Attribution models can be used to see the relationships between consumers and influencers, advertisements, or products/brands. A commonly used attribution model is the Kelley attribution model. The model has been widely adopted and developed by many other scientists. One of them was Han Kyoo-Hoon who developed Kelley's attribution model. Han Kyoo-Hoon developed Kelley's attribution model to be more relevant for consumer behavior research and more detailed. The author wants to show the contrast between the two models by performing a comparison. Both models will be used to look at consumer relationships with influencers, advertisements, products/brands. The author will show the relationship in the form of testimonial advertising activities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Troy Sarajar
Abstrak :
Setiap waktu, manusia berusaha menjelaskan suatu kejadian, peristiwa ataupun tingkah laku. Penyimpulan penyebab dari hal-hal tersebut dipelajari dalam dunia psikologi dengan istilah atri- busi. Penyimpulan sebab dari suatu kejadian / peristiwa atau tingkah laku ini menjadi penting karena merupakan persepsi yang akan mempengaruhi tingkah laku selanjutnya. Dalam teori atribusi ditemukan beberapa hal yang menarik seperti penyebab tingkah laku manusia akan dipersepsi secara berbeda tergantung dari pelaku maupun peristiwa. Tingkah laku orang lain akan cenderung diatribusikan secara internal, yaitu mengacu pada hal-hal yang bersifat personal. Sedangkan tingkah laku diri sendiri cenderung diatribusikan secara eksternal yang mengacu pada hal-hal yang bersifat lebih situasional. Lebih jauh lagi juga diungkapkan dalam teori atribusi bahwa suatu kegagalan pada diri sendiri akan diatribusikan secara eksternal, Sedangkan keberhasilan diatribusikan secara lebih internal. Sebaliknya, kegagalan pada orang lain akan diatribusikan secara internal, sedangkan bila berhasil akan diatribusikan secara eksternal. Kemiskinan adalah suatu masalah yang masih banyak dijumpai di Indonesia. Banyak program yang diajukan untuk mengatasi masalah ini, namun penelitian untuk melihat atribusi tentang kemiskinan belum banyak dilakukan pada masyarakat di Indonesia. Mengacu pada teori atribusi, kemiskinan dapat dianalogikan sebagai suatu kegagalan. Dengan demikian kalangan kaum miskin akan mengatribusikan kemiskinan secara eksternal, sebaliknya di kalangan kaum tidak miskin akan mengatribusikannya secara lebih internal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara atribusi penyebab kemiskinan dengan tingkat ekonomi --kaum miskin dan tidak miskin. Di samping itu juga menggali atribusi apa saja yang dominan di antara kedua kelompok tersebut. Penelitian dilakukan di DKI Jakarta dengan jumlah responden sebanyak 285 orang. Analisa data pertama-tama dilakukan dengan nenggunakan analisa faktor guna memperoleh faktor-faktor penyebab kemiskinan. Dari hasilnya diperoleh dua faktor yang bersifat internal (perilaku negatif dan inkompetensi) dan dua faktor eksternal (situasional dan nasib). Sedangkan untuk membandingkan kedua kelompok digunakan perhitungan t test. Hasilnya menunjukkan bahwa kaum miskin dibanding kaum tidak miskin, lebih menganggap berperan faktor situasional dan nasib sebagai penyebab kemiskinan. Sebaliknya kaum tidak miskin lebih menganggap berperan faktor perilaku negatif. Di kalangan kaum miskin sendiri, ternyata faktor perilaku negatif dan inkompetensi cenderung lebih diyakini sebagai penyebab kemiskinan dibanding dengan faktor nasib. Sementara itu faktor situasional kurang berperan bila dibanding dengan faktor inkompetensi. Sedangkan di kalangan kaum tidak miskin, ternyata faktor perilaku negatif dan inkompetensi dianggap lebih berperan daripada faktor situasional dan nasib. Karena itu disimpulkan bahwa pada kaum miskin bila dibanding dengan kaum tidak miskin, ternyata atribusinya lebih bersifat eksternal. Akan tetapi di kalangan kaum miskin sendiri atribusi mereka cenderung internal, sedangkan di kalangan kaum tidak miskin hal tersebut tampak semakin kuat. Saran untuk penelitian ini adalah untuk menambahkan jumlah sampel sesuai dengan batas minimal dan lehih menyeimbangkan penyebaran responden berdasarkan karakteristik demografis.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S2683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinna Respati Winedar
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novian Pranata
Abstrak :
Citra Polisi di mata masyarakat, khususnya mengenai tingkah laku denda damai, masih sering dinilai baik. Namun penilaian (atribusi) mahasiswa (angota masyarakat) tentulah berbeda dengan penilaian (atribusi) polisi. Dengan adanya asumsi ini maka penelitian ini mencoba memanfaatkan dan mengembangkan salah satu teori psikologi sosial (atribusi) dalam memahami dan menganalisa tingkah laku masyarakat khususnya terhadap tingkah laku denda damai. Metode penentuan sample pada penelitian ini dilakukan secara 'purposive sampling? sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan cara 'accidental sampling'. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa mewakili anggota masyarakat dan Polantas mewakili anggota Polri. Alat pengumpul data adalah kuesioner. Dari penelitian ini diperoleh hasil beberapa hasil. Pertama, ada perbedaan antara atribusi mahasiswa dengan atribusi polisi terhadap tingkah laku 'denda damai oknum polisi. Kedua, mahasiswa lebih memberikan atribusi eksternalnya. dibandingkan atribusi internalnya terhadap tingkah laku denda damai oknum polisi yang disebabkan oleh tawaran oknum polisi. Ketiga, anggota polisi lebih memberikan atribusi eksternalnya dibandingkan dengan atribusi internalnya terhadap tingkah laku denda damai oknum polisi yang disebabkan oleh tawaran oknum mahasiswa. Saran yang diberikan untuk mengatasi atribusi yang saling bertentangan adalah dengan melakukan pelatihan pengatribusian kembali (reattribution training) yang dimulai sejak pendidikan dasar. Untuk mengurangi tingkah laku denda damai perlu diterapkan prinsip teori psikolog belajar sosial dari Bandura dan juga peningkatan kesejahtrraan anggota polisi sangat perlu untuk diperhatikan. Untuk penelitian selanjutnya perlu diupayakan penggunaan sarana audio visual (video) sebagai pengganti kuesioner sehingga subyek dapat lebih menghayati situasi dan kondisi yang terjadi. Selain itu juga perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan pendekalan teori lain khususnya dalam psikologi sosial.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Nabhan Amin
Abstrak :
Menurut Pasal 1 UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis. Penegasan oleh Pasal 1 UUD ini membawa berbagai macam konskuensi dalam bernegara. Salah satu nya adalah pembagian kekuasaan dalam negara kepada tiga fungsi, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Walaupun terdapat pembagian kekuasaan tersebut, UUD 1945 memberikan kekuasaan legislasi kepada Presiden sebagai eksekutif untuk mengeluarkan peraturan pemerintah yang dapat mengikat secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui mengenai konsep pemisahan kekuasaan di Indonesia, dan (2) mengetahui mengenai kedudukan, fungsi, dan karakteristik peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan Presiden berdasarkan kewenangan atribusi UUD 1945 pada keadaan normal dengan peraturan yang dikeluarkan dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah dalam hukum positif, termasuk juga studi kepustakaan yang terkait dengan objek penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peraturan pemerintah yang dikeluarkan dalam keadaan normal berlaku untuk menjalankan undang-undang, sehingga berkedudukan di bawah undang-undang serta memiliki karakteristik sebagaimana peraturan di bawah undang-undang. Sedangkan peraturan pemerintah yang dikeluarkan dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa berfungsi untuk menggantikan undang-undang secara sementara sehingga disejajarkan dengan undang-undang. Selain itu, peraturan pemerintah yang dikeluarkan dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa memiliki dua alasan pembentukan yang tidak saling terikat, yaitu karena adanya kegentingan internal atau adanya kegentingan yang berasal dari luar pemerintahan. Dengan ditemukannya dua alasan pembentukan tersebut dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai peraturan pemerintah jenis kedua, yaitu yang dibentuk dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
According to article 1 of the 1945 Constitution, the Unitary State of the Republic of Indonesia is a democratic rule of law. This clear statement brings various kinds of consequences in the state. One of which is to distribute power within the state into the legislative, executive, and judiciary. Although there is a distribution of powers, the 1945 Constitution provides legislation power for the President to issue government regulation that can bind legal subjects in the country. This study aims to find out (1) about the concept of distribution of power in Indonesia, (2) knowing about the position, function and characteristics of the regulations that is formed based on President's attribution authority within normal conditions and in a matter of coercive emergency. To achieve this goal, this study uses normative juridical methods, namely research that aims to examine the application of the rules in positive law, including literature studies related to the object of research. The results of this study indicate that government regulations which issued in a normal circumstances are applied to carry out the law, so it is placed under the law and has characteristics as it should be under the law. Whereas, the government regulation which issued in the case of coercive emergency is forced to function to replace the law on a temporary basis so that it is aligned with the law. In addition, government regulations which issued regarding the issue of coercive emergency have two reasons for its establishment that are not bound to one another, it is because of an internal concern or it is because a concern originating from outside the government. With the discovery of the two reasons for this establishment in this research, it is necessary to do a more in-depth study of the second type of government regulation, which is formed in the case of a matter of emergency.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Nurhamida
Abstrak :
ABSTRAK
studi ini meneliti hubungan antara aksioma sosial dengan sikap terhadap kebijakan redistribusi dengan stribusi penyebab kemiskinan sebagai variabel indikator. aksioma sosial sebagai keyakinan umum akan berpengaruh terhadap atribusi kemiskinan kemudian berpengaruh terhadap kebijakan redistribusi yang didukung. penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei. studi satu dilakukan untuk menemukan dimensi aksioma sosial yang dapa menjadi prediktor bagi atribusi terhadap kemiskinan dan sikap terhadap kebijakan redistribusi.
ABSTRACT
This study examines the relationship between social axioms and attitudes towards redistribution policies with the causes of poverty as an indicator variable. Social axioms as general beliefs will affect poverty attribution and then influence the redistribution policies that are supported. The study was conducted using survey methods. One study was conducted to find dimensions of social axioms that could be predictors of attribution to poverty and attitudes toward redistribution policies.
2010
T38544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emy Prasetyohati
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran locus of control guru SD dalam mempersepsikan penyebab misbehavior siswa ketika belajar di dalam kelas dan mengetahui apakah ada pengaruh atribusi penyebab terhadap strategi guru menangani misbehavior siswa Sekolah Dasar. Ada limaMisbehavioryang digunakan menurut versi guru. Locus of control internal dijelaskan oleh atribusi penyebab dari guru, sedangkan locus of control eksternal dijelaskan oleh atribusi penyebab dari dalam diri siswa, keluarga, dan teman sebaya. Atribusi penyebab tentang misbehaviordiukur dengan alat ukur penyebab masalah perilaku siswa di kelas (FORM KAG)berdasarkan studi literatur dan strategi guru diukur dengan alat ukur strategi penanganan masalah perilaku siswa di kelas (FORM SAG)berdasarkan teori Ormrod (2008). Penelitian dilakukan kepada guru-guru SD Negeri dan SD Swasta di wilayah Jakarta Selatan (N=140). Hasil penelitian menunjukkan guru SD memiliki skorlocus of control eksternal lebih tinggi secara signifikan dalam mempersepsikan lima misbehavior yang digunakan dalam penelitian (M(SD): 2,25(0,455), 2,49(0,503), 2,11(0,377), 2,35(0,425), 2,46(0,486). Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh dari empat atribusi penyebab(dari dalam diri guru, siswa, keluarga, dan teman sebaya) secara bersama-sama terhadap penggunaan strategi guru mendiskusikan masalah secara pribadi dengan siswa(R2= 0,110, F(4,135) =4,165, p< 0,05). Ada pengaruh dari tiga atribusi penyebab(siswa, keluarga, dan teman sebaya) secara bersama-sama terhadap penggunaan strategi guru mengajarkan strategi regulasi diri(R2= 0,059, F(3,136) =2,862, p< 0,05). Ada pengaruh dari atribusi penyebab siswa terhadap penggunaan strategi guru melakukan intervensi (R2= 0,053, F(1,138) =7,706, p< 0,05). Ada pengaruh dari tiga atribusi penyebab(siswa, keluarga, dan teman sebaya) secara bersama-sama terhadap penggunaan strategi guru berunding dengan orang tua (R2= 0,105, F(3,136) =5,319, p< 0,05). Tidak ada pengaruh dari atribusi penyebab guru terhadap penggunaan strategi guru menggunakan manajemen kelas.
ABSTRACT The purpose of this study is to have an understanding of the locus of control of elementary school teachers in perceiving the cause of students' misbehavior when studying in the classroom and to understand if there is an influence of the causal attribution on teachers' strategies in handling the misbehavior of elementary school students. There are five types of misbehavior that are used according to teachers. There are four factors of causal attribution which are from the teacher, students, family and peers. Internal locus of control explained by teacher causal attribution. External locus of control explained by student, family, and peers causal attributions. Causal attribution of misbehavior was measured using a cause of student misbehavior in the classroom questionnaire (FORM KAG) based on a study of literature, and teachers' strategies were measured using a handling strategies of students misbehavior in the classroom questionnaire (FORM SAG)based on Ormrod (2008).Participants in this study are 140 teachers from state and private elementary school in South Jakarta. The results of this study showed that teachers tend to have significantly highe score on external locus of control attributing this to family, student and peers as the cause of the students' misbehavior(M(SD): 2,25(0,455), 2,49(0,503), 2,11(0,377), 2,35(0,425), 2,46(0,486). The results show that there is an impact from the four causal attribution (teacher, student, family and peers) togetherwhen using discussing problem privately with studentstrategy(R2= 0,110, F(4,135) =4,165, p< 0,05). There is an impact from the three causal attribution (student, family and peers) together when using teaching self regulation strategies (R2= 0,059, F(3,136) =2,862, p< 0,05). There is an impact from student causal attribution when using interventionsstrategy (R2= 0,053, F(1,138) =7,706, p< 0,05). There is an impact from the three causal attribution (student, family and peers) together when using conferring wth parentsstrategy (R2= 0,105, F(3,136) =5,319, p< 0,05). There is no impact from teacher causal attribution when using classroom management strategy. , The purpose of this study is to have an understanding of the locus of control of elementary school teachers in perceiving the cause of students' misbehavior when studying in the classroom and to understand if there is an influence of the causal attribution on teachers' strategies in handling the misbehavior of elementary school students. There are five types of misbehavior that are used according to teachers. There are four factors of causal attribution which are from the teacher, students, family and peers. Internal locus of control explained by teacher causal attribution. External locus of control explained by student, family, and peers causal attributions. Causal attribution of misbehavior was measured using a cause of student misbehavior in the classroom questionnaire (FORM KAG) based on a study of literature, and teachers' strategies were measured using a handling strategies of students misbehavior in the classroom questionnaire (FORM SAG)based on Ormrod (2008).Participants in this study are 140 teachers from state and private elementary school in South Jakarta. The results of this study showed that teachers tend to have significantly highe score on external locus of control attributing this to family, student and peers as the cause of the students' misbehavior(M(SD): 2,25(0,455), 2,49(0,503), 2,11(0,377), 2,35(0,425), 2,46(0,486). The results show that there is an impact from the four causal attribution (teacher, student, family and peers) togetherwhen using discussing problem privately with studentstrategy(R2= 0,110, F(4,135) =4,165, p< 0,05). There is an impact from the three causal attribution (student, family and peers) together when using teaching self regulation strategies (R2= 0,059, F(3,136) =2,862, p< 0,05). There is an impact from student causal attribution when using interventionsstrategy (R2= 0,053, F(1,138) =7,706, p< 0,05). There is an impact from the three causal attribution (student, family and peers) together when using conferring wth parentsstrategy (R2= 0,105, F(3,136) =5,319, p< 0,05). There is no impact from teacher causal attribution when using classroom management strategy. ]
2016
T45069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ain Rahmiati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah atribusi berperan sebagai mediator dalam hubungan persepsi siswa terhadap penilaian guru dengan self-efficacy siswa dalam pelajaran matematika. Terdapat empat penyebab dalam atribusi yang akan dilihat dalam penelitian ini, yaitu kemampuan, usaha, keberuntungan, dan derajat kesulitan tugas. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner yang terdiri dari persepsi siswa terhadap penilaian guru, atribusi, dan self-efficacy dalam pelajaran matematika. Kuesioner diisi oleh 330 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 7 tiga SMP Negeri di Pontianak dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribusi siswa pada kemampuan dan usaha pada saat sukses, serta kemampuan saat gagal berperan sebagai partial mediator dalam hubungan persepsi siswa terhadap penilaian guru dengan self-efficacy siswa dalam pelajaran matematika. Hal ini menunjukkan pentingnya pembentukan atribusi yang adaptif untuk meningkatkan self-efficacy siswa.
The aim of this study is to explore the role of attribution as mediator in the relationship between student's perception of teacher ability evaluation and self-efficacy in mathematics. The causes stem from four attribution categories, namely ability, effort, luck, and task difficulty. The data was collected through self-report questionnaire about student's perception of teacher ability evaluation, self-efficacy in mathematics, and causal ascription for success and failure. The questionnaire is filled by 330 of 7th-grade Junior High School students from three Public Junior High Schools in Pontianak. Results show that the effect of student's perception of teacher ability evaluation on self-efficacy in mathematics was mediated partially by the ability attribution of success, effort attribution of success and ability attribution of failure. The results indicate the the important role of adaptive attribution to increase self-efficacy.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisyanti
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perfeksionisme multidimensional dan atribusi berperan terhadap efikasi diri dalam keputusan karier siswa SMK kelas 12. Sebagai salah satu institusi pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa lulusannya siap langsung terjun ke dunia kerja, faktanya lulusan SMK menjadi orang dengan status pengangguran tertinggi di Indonesia. Sebagai faktor internal yang secara konsisten memengaruhi aspek profesional dan akademis seseorang, perfeksionisme dan atribusi siswa SMK perlu dilihat lebih jauh bagaimana perannya terhadap efikasi diri dalam keputusan karier. Penelitian ini bersifat korelasional dengan partisipan yang terdiri dari 925 siswa SMK di Jakarta dan Depok. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa efek kumulatif 2 dari 3 dimensi perfeksionisme dan atribusi setelah dilakukan kontrol terhadap variabel jenis kelamin memiliki peran yang signifikan terhadap efikasi diri dalam keputusan karier (F = 61,728, p=0,000, <0,001). ...... The purpose of this study is to find out whether multidimentional perfectionism and attribution have role in career decision self-efficacy on 12th grade vocational high school students. As one of educational institution which purpose is to prepare its graduate for workplace, the fact, however, says that vocational high school graduate has the highest number in unemployment. As an internal factor which consistently influence ones professional and academic aspect, perfectionism and attribution of vocational high school student needs a closer look on what role does it play in career decision self-efficacy. This research is correlational with participants consist of 925 vocational high school students in Jakarta and Depok. Multiple regression analysis shows that 2 out of 3 cumulative effect perfectionism dimention and attribution after doing control towards sex variable had significant role towards self-effication on career decision sef-efficacy (F = 61,728, p=0,000, <0,001).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>