Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manggiasih Dwiayu Larasati
Abstrak :
LATAR BELAKANG: Salah satu tata laksana infertilitas adalah inseminasi intra uterin IIU yang menggunakan spermatozoa hasil pencucian. Ada dua metode pencucian spermatozoa yang umum digunakan yaitu swim-up SU dan density-gradient centrifugation DGC. Tingkat keunggulan metode pencucian spermatozoa terletak pada persentase spermatozoa motil yang dihasilkan. Gangguan motilitas spermatozoa dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan transport ion pada spermatozoa. Keseimbangan transpor ion untuk memelihara homeostasis spermatozoa dimediasi oleh enzim ATPase, diantaranya adalah Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa isoform Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 berperan penting pada motilitas spermatozoa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kembali efisiensi metode SU dan DGC dalam menghasilkan spermatozoa motil berdasarkan aktivitas spesifik Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase beserta isoformnya. METODE: Pada sampel dilakukan analisis semen, isolasi sel spermatozoa, isolasi protein dan preparasi fraksi membran. Analisis semen dilakukan berdasarkan rujukan dari WHO 2010 , sebelum dan setelah pencucian spermatozoa dengan metode DGC dan SU. Aktivitas enzim diukur berdasarkan kemampuan ATPase melepaskan fosfat organik dari ATP. Deteksi protein Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 dilakukan dengan metode western blot, sedangkan distribusi proteinnya digunakan metode imunositokimia. HASIL: Terjadi peningkatan rerata konsentrasi, motilitas, morfologi dan kecepatan spermatozoa antara kelompok sebelum dan setelah DGC serta antara sebelum dan setelah SU. Demikian halnya dengan hasil aktivitas spesifik Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase juga mengalami peningkatan bila dibandingkan antara kelompok sebelum dan setelah pencucian. Terdapat perbedaan bermakna terhadap aktivitas spesifik Na ,K -ATPase pada kelompok sebelum dan setelah DGC serta antara sebelum dan setelah SU. Selain itu, aktivitas spesifik Ca2 -ATPase berbeda tidak bermakna antara sebelum dan setelah DGC dan antara sebelum dan setelah SU. Distribusi protein Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 tidak mengalami perubahan setelah dilakukan pencucian dengan DGC maupun SU. KESIMPULAN: Aktivitas Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase yang diperlukan untuk mendukung homeostasis sel spermatozoa meningkat setelah dilakukan pencucian dengan metode DGC dan SU sehingga spermatozoa mempunyai kemampuan motilitas yang lebih baik.
BACKGROUND: One of the management of infertility is Intra Uterine Insemination IIU by using sperm preparation. There are two methods of sperm preparation that commonly used swim up and density gradient centrifugation. The superiority of sperm preparation method based on the percentage of motile spermatozoa produced. The disorder of sperm motility may caused by the imbalance of ions transport on sperm. The balance of ionic transport to maintain spermatozoa homeostasis is mediated by ATPase, such as Na .K ATPase and Ca2 ATPase enzym. Study has shown that 4 Na ,K ATPase and PMCA4 isoform plays an important role in the sperm motility. Therefore, this study was aimed to evaluate the efficiency of SU and DGC methods in selecting spermatozoa based on the Na ,K ATPase and Ca2 ATPase activity and the isoforms as well. METHODS: The semen analysis, spermatozoa isolation, protein isolation and membrane fraction preparation were performed. The study analysis was conducted based on WHO 2010, before and after SU and DGC sperm preparation. Enzyme activity was measured by ATPase 39 s ability to release organic phosphate from ATP. The expression of Na ,K ATPase 4 and PMCA4 was done by western blot method, while the protein distribution was used immunocytochemistry method. RESULT: There was an increase of concentration, motility, morphology and velocity of spermatozoa between normozoospermia group before and after DGC and between before and after SU. Similarly, the specific activity of Na ,K ATPase and Ca2 ATPase also increased when compared to before and after washing. There were significant differences in the specific activity of Na ,K ATPase in the normozoospermia group before and after DGC and between before and after SU. In contrast, the specific activity of Ca2 ATPase not significantly different between before and after DGC and between before and after SU methods. Distribution of Na ,K ATPase 4 and PMCA4 did not change after washing with DGC or SU methods. CONCLUSIONS: Specific activities of Na ,K ATPase and Ca2 ATPase are needed to support ion homeostasis, so that spermatozoa have better motility abilities after being prepared with DGC and SU methods.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Ferry P.
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian :

Talasemia adalah kelainan genetik yang diturunkan secara resesif dari orang tua kepada anaknya. Penyakit ini ditandai antara lain oleh kelainan darah berupa anemia, yang disebabkan oleh umur sel darah merah yang lebih singkat dari normal. Ini terkait dengan penurunan kelenturan membran sel darah merah sehingga mengurangi kemampuan deformabilitas yang diperlukan agar dapat melalui pembuluh darah kapiler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelainan sel darah merah talasemia ditinjau dari aktivitas enzim Ca2+-ATPase yang terdapat pada membran. Aktivitas enzim ini diukur dengan metode Fiske Subarrow, yaitu berdasarkan konsentrasi fosfat yang terbentuk sebagai hasil hidrolisis ATP. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Penetapan aktivitas enzim Ca2+-ATPase dilakukan pada 21 sampel sel darah merah talasemia dan 21 sampel sel darah merah normal.

Hasil dan Kesimpulan :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, aktivitas enzim Ca2+-ATPase pada membran sel darah merah talasemia lebih tinggi dari pada membran sel darah normal yaitu 0,195 + 0,052 μmol Pi / mg prat / jam dibandingkan dengan 0,169 + 0,045 imol Pi / mg prot 1 jam Secara statistik menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05).

1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Faza Soelaeman
Abstrak :
Latar Belakang: Preparasi spermatozoa dengan melakukan pencucian swim-up (SU) merupakan salah satu cara mendapatkan spermatozoa dengan kualitas lebih baik untuk meningkatkan keberhasilan inseminasi intrauterin. Salah satu komponen penentu kualitas spermatozoa adalah motilitas yang baik. Lengan dinein melalui aktivitas dinein ATPase merupakan bagian utama dalam pergerakan spermatozoa sehingga perlu diketahui aktivitas dinein ATPase setelah dilakukan pencucian SU. Tujuan: Mengetahui aktivitas spesifik dinein ATPase spermatozoa sebelum dan sesudah dilakukan pencucian SU pada pasien laki-laki infertil normozoospermia Metode: Sampel semen didapatkan dari 6 laki-laki dari pasangan infertil normozoospermia yang akan menjalani terapi inseminasi intrauterin. Analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa menggunakan metode swim up. Aktivitas dinein ATPase kemudian diukur menggunakan metode Vivenes setelah fraksi aksonem sperma didapatkan menggunakan metode Olsen. Uji statistik yang digunakan pada studi ini adalah uji T atau uji Wilcoxon Signed Rank dengan hasil bermakna apabila didapat nilai p<0,05. Hasil: Pada studi ini ditemukan persentase morfologi normal spermatozoa meningkat signifikan (p<0,05) setelah pencucian SU, meskipun konsentrasi menurun. Motilitas progresif pun meningkat secara signifikan (p<0,05) disertai penurunan motilitas spermatozoa nonprogresif dan spermatozoa imotil. Aktivitas dinein ATPase pun didapatkan secara bermakna setelah pencucian SU (p<0,05) Kesimpulan: Terdapat peningkatan kualitas dan aktivitas dinein ATPase spermatozoa kelompok normozoospermia setelah dilakukan pencucian SU. ......ackground: Sperm preparation through swim-up (SU) method is one of the way of increasing sperm quality for intrauterine insemination programme. One of the marker of good quality sperm is adequate motility. Dynein arm through dynein ATPase activity is the key component in sperm movement therefore it is crucial to know the effect of the SU method towards the specific activity of dynein ATPase Objective: To evaluate dynein ATPase specific activity before and after SU sperm preparation among normozoospermia infertile men Methods: Semen samples were obtained from 6 men from infertile normozoospermia couples who would undergo intrauterine insemination therapy. Cement analysis was carried out before and after the preparation of spermatozoa using the SU method. Then, the dinein ATPase activity was analyzed using the Vivenes method after the axoneme fraction of the sperm was obtained through the Olson method. Statistical tests that are utilized for this study is paired T test or Wilcoxon Signed Rank with statistical significance implied if p<0.05. Results: This study found a signficant increase (p<0.05) on sperm normal morphology percentage although it resulted in lower sperm concentration. Progressive sperm motility was also significantly improved (p<0.05), accompanied by the decrease of nonprogressive sperm of immotile sperm. Dynein ATPase specific activity was found to be increased significantly (p<0.05). Discussion: There was an increase in the sperm quality and dynein ATPase activity after sperm preparation using the SU method.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Favian Ariiq Rahmat
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Untuk meningkatkan kemungkinan konsepsi pada pasangan yang menjalani inseminasi intrauterin (IIU), dilakukan preparasi spematozoa dengan metode pencucian swim-up (SU) yang dapat meningkatkan kualitas spermatozoa. Aktivitas dari dinein ATPase dapat terlibat dalam proses preparasi spermatozoa, namun nilai yang pasti dari aktivitas dinein ATPase pada spermatozoa kelompok astenozoosperma yang menjalani pencucian SU belum diketahui. Tujuan: Studi ini dilakukan untuk melakukan evaluasi terhadap efisiensi dari metode preparasi spermatozoa dengan pencucian SU pada sampel astenozoospermia pada laki-laki infertil. Metode: Sampel semen didapatkan dari 6 laki-laki pasangan infertil (astenozoospermia) yang akan menjalani terapi inseminasi intrauterin. Analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa. Preparasi spermatozoa dilakukan dengan metode swim-up (SU). Kemudian, aktivitas dinein ATPase diuji dengan metode Vivenes setelah fraksi aksonem sperma dikumpulkan dengan metode Olson. Dilakukan uji statistik paired t-test atau uji Wilcoxon Signed Rank untuk melihat derajat kemaknaan, dengan nilai bermakna jika p<0,05. Hasil: Berdasarkan analisis semen, ditemukan peningkatan signifikan terhadap motilitas dan morfologi progresif spermatozoa kelompok astenozoospermia setelah dilakukannya preparasi sperma dengan metode swim-up (p<0,05). Didapatkan pula peningkatan pada aktivitas spesifik dinein ATPase pasca-pencucian (p>0,05). Walaupun begitu, terdapat penurunan pada nilai konsentrasi sperma (p>0,05). Kesimpulan: Terdapat peningkatan kualitas spermatozoa kelompok astenozoospermia yang signifikan disertai peningkatan aktivitas spesifik dinein ATPase setelah pencucian dengan metode swim-up.
ABSTRACT Background: To increase the likelihood of conception in couples undergoing intrauterine insemination (IIU), spematozoa preparation was carried out with a swim-up (SU) washing method that could improve the quality of spermatozoa. The activity of dinein ATPase can be involved in the preparation process of spermatozoa, but the exact value of dinein ATPase activity in the spermatozoa of the astenozoosperm group undergoing SU washing is unknown. Objective: This study was conducted to evaluate the efficiency of the spermatozoa preparation method by swim-up washing in the asthenozoospermia sample in infertile men. Methods: Semen samples were obtained from 6 men from infertile couples (asthenozoospermia) who would undergo intrauterine insemination therapy. Cement analysis was carried out before and after the preparation of spermatozoa. Preparation of spermatozoa is carried out by the Swim-up (SU) method. Then, the dinein ATPase activity was tested by the Vivenes method after the axoneme fraction of the sperm was collected by the Olson method. Paired t-test statistics or the Wilcoxon were conducted to see the degree of significance, with a significant value if p <0.05. Results: Based on semen analysis, it was found a significant increase in the progressive motility and morphology of the asthenozoospermia spermatozoa after swim-up method of sperm preparation (p <0.05). There was also an increase in post-washing dinein ATPase specific activity (p> 0.05). However, there was a decrease in the value of sperm concentration (p> 0.05). Discussion: There was an increase in the quality of the asthenozoospermia spermatozoa and significant specific dinein ATPase activity after spermatozoa preparation with swim-up method.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Angling Al Rasyid
Abstrak :
LATAR BELAKANG: Inseminasi intrauterin atau IIU adalah salah satu tata laksana dari infertilitas. Pencucian spermatozoa dengan metode density gradient centrifugation atau DGC dilakukan untuk memisahkan spermatozoa yang dapat digunakan untuk IIU. Pencucian spermatozoa dapat berpengaruh pada aktivitas dinein ATPase, yang berperan dalam motilitas, namun nilai pasti dari aktivitas dinein ATPase pada spermatozoa astenozoospermia sebelum dan setelah pencucian DGC belum diketahui METODE: Pada sampel yang telah diperoleh dari 6 partisipan laki-laki astenozoospermia, dilakukan analisis semen dengan merujuk pada guideline WHO tahun 2010, preparasi fraksi aksonem, penentuan kadar protein, serta pengujian aktivitas spesifik dinein ATPase yang dilakukan sebelum dan setelah dilakukannya pencucian spermatozoa dengan metode DGC. Aktivitas spesifik dinein ATPase diukur dengan melihat kemampuannya melepaskan fosfat dari ATP. Penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer nanodrop, dan dilakukan uji statistik berupa uji t berpasangan atau uji Wilcoxon untuk melihat derajat kemaknaan, dengan nilai p<0,05 menandakan hasil yang bermakna. HASIL: Ditemukan adanya peningkatan rerata dari konsentrasi, morfologi, kelajuan, dan persentase spermatozoa motil progresif pada kelompok astenozoospermia setelah DGC dibandingkan dengan sebelum DGC. Aktivitas spesifik dinein ATPase juga mengalami peningkatan yang bermakna pada kelompok setelah DGC dibandingkan dengan kelompok sebelum DGC. KESIMPULAN: Setelah pencucian spermatozoa dengan menggunakan metode DGC, terjadi peningkatan aktivitas spesifik dinein ATPase dan peningkatan persentase spermatozoa motil progresif ......BACKGROUND: Intrauterine insemination, also known as IIU, is one of the treatments used for infertility. Sperm washing procedure is used to separate motile spermatozoa that are going to be used for intrauterine insemination. One of the methods used in sperm washing is the density gradient centrifugation or DGC, which could affect the activity of dynein ATPase, which is important for sperm motility. Therefore, this study is conducted to find out the effect of sperm washing with DGC method to the specific activity of dynein ATPase. METHODS: Samples obtained from 6 male participants with asthenozoospermia were analyzed according to WHO’s 2010 guideline, followed by axoneme fraction preparation, protein level measurement, and dynein ATPase specific activity test were performed before and after sperm washing with DGC method. Dynein ATPase specific activity is measured by its ability to free phosphate from ATP. Sample protein level is measured by using the nanodrop spectrophotometer. Paired t-test or Wilcoxon signed-rank test were performed to see the degree of significant, with p-value<0,05 indicates a statistically significant result. RESULT: There was an increase of concentration, morphology, velocity, and motility of spermatozoa between asthenozoospermia group before and after sperm washing with DGC method. There is also a significant increase in the specific activity of dynein ATPase before and after sperm washing with DGC method. CONCLUSIONS: After sperm washing procedure with DGC method, there is a significant increase in dynein ATPase specific activity and the percentage of motile progressive spermatozoa.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Erlianda
Abstrak :
Latar belakang: Flavonoid propolis FP memiliki efek antibakteri dan etanolmerupakan salah satu standar emas agen antibakteri yang telah banyak digunakansebagai bahan bahan dasar obat. Tujuan: Menganalisis perbedaan efek pemberianFP berbagai konsentrasi dan etanol 10 terhadap aktivitas ATPase S. mutans.Metode penelitian: Bakteri S. mutans dipaparkan dengan FP konsentrasi 0,5 ,0,25 , 0,1 , 0,075 , 0,05 dan etanol 10 . Selanjutnya dilakukan uji aktivitasATPase dengan uji kolorimetrik. Hasil: Terdapat perbedaan tidak bermaknaantara rerata nilai aktivitas ATPase bakteri S. mutans setelah pemberian FPberbagai konsentrasi dan etanol 10 . Kesimpulan: FP konsentrasi 0,5 , 0,25 ,0,1 , 0,075 dan 0,05 memiliki efek antibakteri yang setara dengan etanol10 dalam menurunkan aktivitas ATPase S. mutans. ......Background Flavonoids propolis FP has been known have antibacterial effectand ethanol is one of the gold standard antibacterial that has been widely used asbasic ingredient of drugs. Objective To analyze the differences in the effects ofvarious concentrations and ethanol 10 againts ATPase activity S. mutans.Methods S. mutans were exposed to FP 0.5 , 0.25 , 0.01 , 0.075 , 0.05 and etanol 10 . Afterwards, ATPase activity testing with colorimetric assay.Results There was no significant difference between ATPase activity of S.mutans after administration of FP various concentration and etanol 10 .Conclusion FP 0.5 , 0.25 , 0.01 , 0.075 , 0.05 have an antibacterial effectsimilar to ethanol 10 in reducing ATPase activity S. mutans.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ulfah Lutfiah
Abstrak :
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan ekspresi mRNA dan aktivitas spesifik H,K-ATPase serta ekspresi mRNA CA 9 dan aktivitas spesifik CA total pada lambung tikus yang diinduksi hipoksia sistemik kronik. Metode: Penelitian ini menggunakan 25 tikus jantan Sprague-Dawley (Rattus norvegicus). Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol, hipoksia 1 hari, hipoksia 3 hari, hipoksia 5 hari, dan hipoksia 7 hari. Seluruh hewan coba (kecuali kelompok kontrol) diinduksi hipoksia dengan memberikan 10% O2 dan 90% N2. Setelah diberikan perlakuan induksi, seluruh hewan coba dikorbankan, kemudian jaringan lambung diisolasi, dan digunakan sebagai sampel. Parameter yang diukur adalah ekspresi dan aktivitas spesifik H,K-ATPase dan CA. Ekspresi mRNA diukur menggunakan real time RT-PCR, aktivitas spesifik H,K-ATPase menggunakan fosfat sebagai larutan standar, dan aktivitas spesifik CA total menggunakan p-nitrofenol sebagai larutan standar. Hasil : Ekspresi mRNA H,K-ATPase berubah mulai hari pertama induksi sampai hari ketujuh. Perubahan tersebut berbeda bermakna (Kruskal-Wallis, p=0,003). Ekspresi mRNA H,K-ATPase meningkat pada hari pertama induksi, dan menurun drastis dari hari ketiga sampai hari ketujuh. Ekspresi tertinggi terjadi pada hari pertama. Aktivitas spesifik H,K-ATPase juga berubah mulai hari pertama induksi sampai hari ketujuh, tetapi perubahan tersebut tidak berbeda bermakna (ANOVA, p=0,126). Aktivitas spesifik H,K-ATPase meningkat pada hari pertama induksi, kemudian mengalami penurunan pada hari ketiga dan kelima, dan naik kembali pada hari ketujuh. Aktivitas tertinggi terjadi pada hari ketujuh. Ekspresi mRNA CA 9 berubah mulai hari pertama induksi sampai hari ketujuh, tetapi perubahan tersebut tidak berbeda nermakna (Kruskal-Wallis, p=0,06). Ekspresi mRNA CA 9 lebih rendah dibanding kontrol, dan ekspresi terendah pada hari ketujuh. Aktivitas spesifik CA total berubah mulai hari pertama induksi sampai hari ketujuh. Perubahan tersebut berbeda bermakna (ANOVA, p=0,003). Aktivitas spesifik CA total menurun pada hari pertama dan ketiga, kemudian meningkat pada hari kelima sampai hari ketujuh. Aktivitas tertinggi terjadi pada hari ketujuh. Kesimpulan: Kondisi hipoksia menyebabkan terjadinya perubahan ekspresi dan aktivitas enzim pada lambung. Ekspresi mRNA H,K-ATPase dan CA 9 mengalami penurunan, sementara itu, aktivitas spesifik H,K-ATPase dan CA total mengalami penurunan.
Background: The purpose of research is to analyze the alteration of H,K-ATPase mRNA expression and specific activity; CA 9 mRNA expression and total CA specific activity in rat gastric were induced by chronic systemic hypoxic. Methods: The research used twenty five male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus). Animals were divided into 5 groups, control, 1, 3, 5, and 7 days hypoxia. All of rats (except the control group) were induced by hypoxia with 10% O2 and 90% N2 supply. After treatment, all of rats were sacrificed, and gastric tissue were isolated and used as samples. Parameter measured were expression and specific activity of H,K-ATPase and carbonic anhydrase. The mRNA expression were measured using real time RT-PCR, specific activity of H,K-ATPase used phosphate as standard solution, and activity of total CA used p-nitrophenol as standard solution. Results: The expression of mRNA H,K-ATPase changed from the first to seventh day of observation. Change of expression was significant (Kruskal-Wallis, p=0,003). The expression of mRNA H,K-ATPase increased in the first day, and drastically decreased from the third to the seventh day. The highest of expression on the first day. Specific activity of H,K-ATPase was also changed from the first to the seventh day, but not significant (ANOVA, p=0,126). Specific activity of enzyme increased in the first day, decreased in the third and the fifth day, and increased again in the seventh day. The highest of activity on the seventh day. The expression of mRNA CA 9 changed from the first to the seventh day, but not significant (Kruskal-Wallis, p=0,06). The expression of mRNA CA 9 was lower than control, and the lowest on the seventh day. Specific activity of total CA changed from first to seventh day. Change of activity was significant (ANOVA, p=0,003). Specific activity of enzyme decreased in the first and the third day, and increased in the fifth to the seventh day. The highest of activity on the seventh day. Conclusion: Hypoxia condition caused alteration of gastric?s enzyme expression and activity. The expression of mRNA H,K-ATPase and CA 9 were decreased, whereas, specific activity of H,K-ATPase and total CA were increased.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monati Septarini
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui efek diuretik ekstrak rimpang temu mangga (Curcuma mangga Val. & Van Zijp.) dengan dosis 20 mg/kg bb, 40 mg/kg bb, dan 80 mg/kg bb, terhadap mencit (Mus musculus L.) galur DDY. Penelitian dilakukan di Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi FKH-IPB. Tiga puluh ekor mencit jantan galur DDY dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok eksperimental KE1, KE2, dan KE3 yang masing-masing diberi ekstrak rimpang temu mangga dengan dosis 20 mg/kg bb, 40 mg/kg bb, dan 80 mg/kg bb; kelompok kontrol negatif (KKN) yang diberi larutan salin 0,1% tween-80; kelompok kontrol positif 1 (KKP1) yang diberi urea dosis 500 mg/kg bb; dan kelompok kontrol positif 2 (KKP2) yang diberi furosemid dosis 3 mg/kg bb. Seluruh bahan uji diberikan secara oral. Aktivitas diuretik maksimum KE1, KE2 dan KE3 secara berurutan adalah 0,59; 1,18; dan 0,84. Berdasarkan skala Gujral (1955) ekstrak rimpang temu mangga dosis 40 mg/kg bb menghasilkan aktivitas diuretik menengah, dosis 80 mg/kg bb menghasilkan aktivitas diuretik lemah, dan dosis 20 mg/kg bb belum dapat menghasilkan aktivitas diuretik.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wen, Ye
Abstrak :
Actinomycetes diketahui menghasilkan inhibitor RNA helikase virus Japanese encephalitis (JEV), tetapi belum diketahui menghasilkan inhibitor RNA helikase virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C satu famili dengan JEV yaitu Flaviviridae. Penelitian bertujuan memperoleh isolat Actinomycetes indigenous Indonesia yang menghasilkan inhibitor RNA helikase HCV. Penelitian dilakukan di Laboratorium Virologi Molekular, Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Cibinong selama delapan bulan (Februari> September 2006). Plasmid pET-21b yang telah membawa RNA helikase HCV, ditransformasi ke dalam E. coli BL21(DE3)pLysS. Penapisan inhibitor RNA helikase menggunakan metode kolorimetrik ATPase. Hasil penapisan inhibitor RNA helikase HCV dari Actinomycetes menunjukkan bahwa 784 isolat dari 1.000 isolat Actinomycetes yang digunakan dalam penapisan, menunjukkan hasil inhibisi yang positif, dengan kisaran inhibisi yaitu 0,22-49,22%. Kisaran persentase inhibisi 0,22-19,96% berasal dari 661 isolat, sedangkan kisaran inhibisi 20,00-29,68% diperoleh dari 83 isolat. Sebanyak 29 isolat memperlihatkan kisaran inhibisi 30,04-39,55%, sedangkan 11 isolat menunjukkan kisaran persentase inhibisi 40,30-49,22%. Isolat Actinomycetes yang menunjukkan tidak adanya inhibisi terhadap RNA helikase HCV sebanyak 216 isolat. Persentase inhibisi terbesar (49,22%) diperoleh dari Streptomyces maritimus 4-956, sedangkan persentase inhibisi terkecil (0,22%) diperoleh dari Micromonospora sp. 4-405. Beberapa Actinomycetes mempunyai kemampuan menginhibisi RNA helikase HCV, yaitu dengan cara menghambat hidrolisis ATP menjadi ADP + Pi sehingga RNA helikase tidak mempunyai energi untuk membuka dsRNA.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S31416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>