Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Mr.
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara kepaduan tim dan collective efficacy pada atlet futsal mahasiswa. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar dimensi kepaduan tim memberikan sumbangan pada collective efficacy. Pengukuran kepaduan tim menggunakan alat ukur Group Enviromental Questionnaire (Carron dkk., 1985) yang telah diadaptasi dan pengukuran collective efficacy dengan menggunakan alat ukur Collective Efficacy Questionaire for Sports (Short, Feltz, & Sullivan, 2005). Partisipan pada penelitian ini berjumlah 71 mahasiswa atlet futsal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepaduan tim dengan collective efficacy (r=0.590; p=0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya semakin tinggi skor kepaduan tim seseorang, maka semakin tinggi skor collective efficacy orang tersebut. Sementara itu, dimensi kepaduan tim yang paling besar sumbangannya pada collective efficacy adalah Group Integration-Task (B=0.430; p=0.000, signifikan pada L.o.S 0.05) dan kemudian dimensi Individual Attraction to the Social-Task (B=0.340; p=0.014, signifikan pada L.o.S 0.05). ......The purpose of this study is to find the correlation between team cohesion and collective efficacy in futsal collegiate athletes in university. In addition, this study also aimed to determine how much each dimension of team cohesion contributes to collective efficacy. Team cohesion was measured using a modification instrument named Environmental Group Questionnaire (Carron et al., 1985) and collective efficacy was measured using Collective Efficacy Questionnaire for Sports (Short, Feltz, & Sullivan, 2005) which also has been adapted. Participants in this research are 71 collegiate athletes in university. The results show that there is a significant positive correlation between team cohesiveness and collective efficacy (r = 0590, p = 0.000, significant at the L.o.S 0.01). This means the higher score team cohesiveness, the higher score the person collective efficacy. Furthermore, the biggest contributions dimensions of team cohesion toward collective efficacy are Group Integration-Task (B=0.430; p=0.000, significant at the L.o.S 0.05) dimension and then Individual Attraction to the Social-Task (B=0.340; p=0.014, significant at the L.o.S 0.05) dimension.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Anjani
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi atlet terhadap kohesivitas timnya terhadap ketangguhan mental pada atlet mahasiswa. Beberapa penelitian sudah meneliti tentang hubungan antara persepsi kohesivitas tim dan ketangguhan mental, namun belum ada penelitian mengenai pengaruh dari salah satu konstruk pada atlet mahasiswa di Indonesia. Partisipan berjumlah 234 (140 laki-laki dan 94 perempuan) atlet mahasiswa yang telah bergabung dalam tim olahraga universitas lebih dari 6 bulan dan memiliki pengalaman bertanding tingkat nasional di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan alat ukur Mental Toughness Inventory yang dikembangkan oleh Middleton, Marsh, Martin, Richards, dan Perry, C. (2005) untuk mengukur ketangguhan mental dan Group Environment Questionnaire yang dikembangkan Carron, Widmeyer, dan Brawley (1985), untuk mengukur persepsi kohesivitas tim. Teknik analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan simple regression. Hasil analisis simple regression menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari persepsi atlet terhadap kohesivitas tim terhadap ketangguhan mental.
ABSTRACT
The aim of this study is to investigae the effect of perception of team cohesion towards mental toughness among scholar atheletes. Some researches had studied about the relationship between perception of team cohesion and mental toughness, however there is no research that has studied about the effect between one of the constructs amongst scholar athletes in Indonesia. There were 234 participants (140 male and 94 female) who are scholar athletes, have joined the university?s sport team more than 6 months, and have an experience in national tournaments in Indonesia.

This research used Mental Toughness Inventory, which was developed by Middleton, Marsh, Martin, Richards, and Perry, C. (2005) to measure mental toughness and Group Environment Questionnaire which was developed by Carron, Widmeyer, and Brawley (1985) to measure perception of team cohesion. The analysis technique used in this research were descriptive statistic and simple regression. The result of simple regression anaylsis showed that there is an effect of perception of team cohesion towards mental toughness.
2016
S64296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nura Suciati Fauzia
Abstrak :
ABSTRAK
Konsep literasi gizi telah diuraikan dalam literasi kesehatan. Literasi gizi berarti menjadi suatu fungsi untuk mendapatkan, memproses, memahami informasi gizi dan keterampilan yang diperlukan untuk membuat gizi yang tepat. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara literasi gizi dengan status gizi siswa kesehatan Yayasan Annisa Jaya Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling dengan jumlah 120 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran antropometri untuk mengetahui status gizi berdasarkan IMT dan pengisian kuesioner yang diadopsi dari Nutritional Literacy Scale (NLS). Pengolahan dan analisis data menggunakan model chi square dan regresi logistik faktor risiko. Hasil penelitian menyebutkan rendahnya tingkat literasi gizi pada mahasiswa kesehatan Yayasan Annisa Jaya Bogor sebesar 59%. Sedangkan untuk status gizi mahasiswa, status gizi kurus sebanyak 44,5%, gemuk 25,7%, dan normal 29,8%. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara literasi gizi dengan status gizi mahasiswa (p = 0,019), sementara tidak terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, tempat tinggal, tingkat semester, dan program studi dengan status gizi (p = ≥0,05). Mengubah pola makan menjadi gizi seimbang dan meningkatkan literasi gizi sangat penting sebagai upaya untuk mempertahankan status gizi yang baik.
ABSTRACT
The concept of nutritional literacy has been described in health literacy. Nutrition literacy means being a function to acquire, process, understand the nutritional information and skills necessary to make proper nutrition. The purpose of this research was to know the correlation between nutritional literacy and nutritional status of health students of Annisa Jaya Foundation Bogor. This research is done by quantitative method with cross sectional design. Sampling technique with total sampling with total 120 students. The data collection was done by measuring anthropometry to determine the nutritional status based on IMT and filling the questionnaire adopted from Nutritional Literacy Scale (NLS). Processing and data analysis using chi square model and logistic regression of risk factor. The result of this research mention the low level of nutrition literacy in health student of Annisa Jaya Foundation Bogor 59%. As for the nutritional status of students, nutritional status of 44.5%, 25.7%, and 29.8% normal. The result of chi square test showed that there was a significant correlation between nutritional literacy and student's nutritional status (p = 0,019), while there was no correlation between age, sex, residence, semester level, and study program with nutritional status (p = ≥0, 05). Changing diets into balanced nutrition and increasing nutritional literacy is very important as an effort to maintain good nutritional status.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Septiana
Abstrak :
Kecurangan akademik merupakan fenomena yang dampaknya merugikan bagi pengembangan karakter mahasiswa karena akan memengaruhi perilaku mahasiswa selanjutnya di masyarakat. Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh emosi moral yang terdiri dari emosi malu, emosi bersalah, dan emosi bangga hubris yang dimoderasi oleh identitas moral terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan 189 mahasiswa dari seluruh fakultas di Universitas Indonesia. Partisipan diminta untuk mengisi emosi yang dirasakan setelah membaca skenario emosi malu, emosi bersalah dan emosi bangga hubris, Moral Identity Questionaire dan tugas matriks angka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emosi bersalah berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akademik, semakin merasa bersalah maka mahasiswa semakin tidak melakukan kecurangan. Hasil lain juga menunjukkan bahwa identitas moral berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki identitas moral yang tinggi, tidak akan melakukan kecurangan. Selain itu ditemukan hasil bahwa identitas moral berperan sebagai moderator pada pengaruh antara emosi bersalah terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Penelitian ini memiliki keterbatasan teoritik karena peneliti tidak memperhitungkan faktor eksternal yang memengaruhi kecurangan akademik. Padahal secara teori, perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Penelitian ini memiliki implikasi praktis bahwa yang perlu didahulukan adalah pendidikan kepedulian dan empati. Dengan pendidikan ini sedari dini, bila keduanya hadir/bisa dididik, maka seseorang akan merasa bersalah bila melakukan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Selain itu nilai-nilai kejujuran, keadilan dan tanggung jawab juga perlu ditanamkan sejak kecil. Dengan identitas moral yang kuat, individu akan menampilkan dirinya secara konsisten sebagai orang yang bermoral. Saran penelitian ini antara lain instansi pendidikan perlu memantapkan standar moral yang berlaku, kesamaan persepsi mengenai kecurangan akademik, penerapan peraturan tentang kecurangan akademik secara konsisten, penghargaan perlu diberikan pada mahasiswa yang menerapkan kejujuran, serta hukuman perlu mengandung aspek emosi bersalah, yang berisi nilai-nilai yang sudah terinternalisasi. ......Academic dishonesty is a phenomenon whose impact is detrimental to the development of student character as it will affect the behavior of subsequent students in the community. This study aims to examine the influence of moral emotions consisting of shame, guilt, and hubris pride emotions that are moderated by the moral identity of academic dishonesty on the college students. This research is an experimental research involving 189 students from all faculties at Universitas Indonesia. Participants were asked to fill the perceived emotion after reading the shame, guilt and hubris pride scenario, the Moral Identity Questionaire and the numerical matrix assignment. The results showed that the guilty emotions have a significant effect on academic dishonesty, the more guilty the students are the less the cheating. Other results also show that moral identity has a significant effect on student academic dishonesty. Students who have a high moral identity, will not commit cheating. In addition, it was found out that moral identity acts as a moderator on the influence of emotion of guilt against student academic dishonesty. This study has theoretical limitations because researchers do not take into account the external factors that affect academic dishonesty. Whereas in theory, human behavior is influenced by internal and external factors. This study has practical implications that what needs to come first is education of care and empathy. With this education early on, if both are present/can be educated, then someone will feel guilty when doing that is not in accordance with prevailing norms. In addition, the values ?? ??of honesty, fairness and responsibility also need to be instilled since childhood. With a strong moral identity, the individual will present himself consistently as a moral person. Suggestions of this research include educational institutions need to strengthen applicable moral standards, common perceptions of academic dishonesty, the application of rules on academic dishonesty consistently, awards need to be given to students who apply honesty, and punishment needs to contain aspects of emotional guilt, which contains the values which has already been internalized.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2456
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharsi Anindyajati
Abstrak :
ABSTRAK
Konflik peran merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan stres pada atlet mahasiswa. Stres yang dialami oleh atlet mahasiswa berpengaruh pada unjuk kerjanya dalam kegiatan akademik dan olahraga. Stres dapat menurunkan unjuk kerja dan menimbulkan berbagai gangguan emosi, fisik, dan tingkah laku. Di sisi lain, stres dapat meningkatkan unjuk kerja. Upaya untuk membatasi efek negatif stres menurut Greenberg adalah melalui manajemen stres.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara sebagai metode pengumpulan data yang utama. Metode penunjang yang digunakan adalah observasi. Dalam penelitian ini juga digunakan berbagai alat bantu, seperti, pedoman wawancara, lembar observasi, dan alat perekam. Subyek dalam penelitian ini adalah empat orang atlet mahasiswa Universitas Indonesia yang berasal dari fakultas dan program studi yang berbeda.

Hasil penelitian terhadap keempat atlet mahasiswa menunjukkan bahwa mereka mengalami konflik peran dengan intensitas dan kualitas yang berbeda. Keempat subyek juga memiliki persepsi yang berbeda terhadap konflik peran. Konflik peran pada atlet mahasiswa timbul karena adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan subyek untuk dapat menjalankan dua perannya dengan baik. Kesulitan yang dialami subyek dalam memenuhi tuntutan tersebut akan menimbulkan stres pada dirinya. Walaupun seluruh subyek mengahadapi sumber stres yang sama, namun respons yang diberikan berbeda pada tiap subyek. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa stres yang disebabkan oleh konflik peran tidak selalu membawa efek negatif, tetapi juga positif. Untuk mengatasi efek negatif stres, setiap subyek melakukan manajemen stres yang berbeda.

Intensitas dan kualitas konflik peran mempengaruhi persepsi subyek terhadap konflik peran. Intensitas dan kualitas konflik peran yang tinggi menyebabkan persepsi negatif terhadap konflik peran. Konflik peran ini terjadi terutama karena adanya tuntutan dari dalam diri keempat subyek untuk dapat menjalankan kegiatan akademik dan olahraganya dengan baik. Untuk mengatasi efek negatif stres, intervensi terhadap situasi yang merupakan sumber stres adalah teknik manajemen stres yang paling sering dilakukan oleh keempat subyek. Peranan berbagai pihak yang terkait sangat diperlukan dalam memberikan pelatihan khusus dan sosialisasi berbagai teknik manajemen stres bagi para atlet mahasiswa.
2001
S3060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library