Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peni Mutalib
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Pencapaian prestasi puncak seorang atlet ditentukan oleh faktor-faktor fisik dan non fisik. Salah satu faktor fisik adalah ciri anatomik yang khas; meliputi somatotipe, tinggi dan berat badan, persentase lemak, massa tubuh tanpa lemak, indeks skelik, panjang segmen bawah tungkai relatif, nilai bitrokanter relatif dan panjang lengan. Semua unsur ciri anatomik ini bila digambar dalam sebuah grafik sekaligus disebut sebagai profil anatomik. Tujuan penelitian adalah mencari dan melihat posisi profil atlet top kita, khususnya dibandingkan terhadap profil atlet dunia. Dengan ini dapat dilaksanakan usaha untuk menyusun profil unggul yang menunjang pencapaian prestasi. Subyek penelitian adalah 27 atlet SEA-Games '85 (kel. I), 27 atlet DKI yang tidak termasuk tim pelatnas (kel. II), dan mahasiswa FK Unika Atma Jaya yang tidak tercatat sebagai anggota pelatda atau pelatnas. Pengukuran dilakukan secara antropometrik, somatotipe dinilai dengan cara Heath & Carter. Analisis data dilakukan dengan t-test, koefisien asosiasi antara variabel dan prestasi, serta koefisien variasi untuk menilai heterogenitas variabel.
Hasil dan Kesimpulan: Atlet tiap kategori kelompok I dan II mempunyai profil yang serupa, hanya atlet I lebih unggul dalam semua unsur kecuali nilai PSBT relatif. Keunggulan ini masih jauh di bawah keunggulan profil anatomik atlet dunia.
Telah disusun profil anatomik nyata untuk tiap kategori (pelempar, pelompat dan pelari) yang lebih unggul daripada yang ada kini. Terdapat kesan atlet asal Irian Jaya memiliki profil anatomik yang lebih mendekati profil unggul dibandingkan atlet asal non Irian Jaya. Kenyataan dominasi atlet Irian Jaya dalam cabang atletik (11 dari 27 atlet), dan pengamatan bahwa mereka mempunyai keunggulan profit dalam 6 unsur, sama unggul dalam 4 unsur, dan hanya 1 unsur kurang unggul dibandingkan atlet non Irian Jaya, penulis menyarankan agar kita berpaling ke daerah Irian Jaya guna menemukan atlet dengan profil anatomik.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Nugroho Putri
"Skripsi ini membahas tentang faktor ekternal dan internal yang berhubungan dengan kecenderungan penyimpangan perilaku makan pada atlet wanita di SMP/SMA Negeri Ragunan (Khusus Olahragawan). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan disain cross sectional. Hasil penelitian yaitu 50% atlet wanita mengalami kecenderungan penyimpangan perilaku makan terdiri dari 1,2% anoreksia nervosa, 4,9% bulimia nervosa, dan 43,9% EDNOS. Lalu, hanya faktor internal seperti perilaku diet, citra tubuh, dan kepercayaan diri yang mempunyai hubungan signifikan dengan kecenderungan penyimpangan perilaku makan. Peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk menyebarluaskan informasi mengenai penyimpangan perilaku makan melalui kurikulum pendidikan, penyuluhan, seminar, dan bekerjasama dengan tenaga kesehatan, psikolog, dan pelatih.

The focus of this study is external and internal factor relating to eating disorder of the female athletes in SMP/SMA Negeri, Ragunan (High School Athlete). The research in quantitative with cross-sectional design. The result is 50% female athletes have eating disorder such as 1,2% anoreksia nervosa, 4,9% bulimia nervosa, and 43,9% EDNOS. And than internal factor as diit behaviour, body image, confidence related to significant with eating disorder. The researcher suggests that school should give infomation about eating disorder by education curriculum, workshop and cooperate to team medic, psychologist, and coach/trainer athletic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eisenman, Patricia A.
Champaign: Leisure Press, 1990
613.2 EIS c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andrews, James R.
Philadelphia : Elsevier Saunder, 2012
617.102 7 AND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Famelasari Fitria Ramdani
"

Karies gigi berefek negatif pada aktivitas yang sedang dilaksanakan yaitu dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan produktivitas kerja tidak optimal, misalnya seorang atlet. Faktor resiko utama masalah kesehatan gigi atlet adalah kebiasaan konsumsi makanan atau minuman kariogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko perilaku pencegahan karies terkait kejadian karies pada atlet remaja nasional di Sekolah Khusus Olahraga Kemenpora (SKO) Tahun 2023. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian menggunakan seluruh populasi yang ada yaitu 50 atlet remaja nasional di SKO Kemenpora. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan karies dan wawancara menggunakan kuesioner, kemudian dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan 64% atlet remaja mengalami karies. Faktor resiko perilaku pencegahan karies yang berhubungan dengan kejadian karies pada atlet remaja nasional adalah frekuensi makanan kariogenik (p-value 0,005) dan sikap terhadap kesehatan gigi (p-value 0,011). Faktor resiko tertinggi terkait kejadian karies pada atlet remaja di SKO Kemenpora adalah makanan kariogenik dengan nilai POR 19,432 (95% CI 2,473-152,687), jadi atlet remaja yang mempunyai frekuensi konsumsi makanan kariogenik tinggi 19,432 kali lebih beresiko mengalami karies dibanding atlet remaja yang mempunyai frekuensi konsumsi makanan kariogenik rendah. Perlu adanya edukasi pencegahan karies dengan membatasi konsumsi makanan dan minuman kariogenik.


Dental caries has a negative effect on the activity being carried out, which can result in discomfort and not optimal work productivity, for example an athlete. The main risk factor for athletes' dental health problems is the habit of consuming cariogenic food or drink. This study aims to determine the risk factors for caries prevention behavior related to the incidence of caries in national youth athletes at the Kemenpora Special Sports School (SKO) in 2023. The research method uses a quantitative approach with a cross sectional design. The study used the entire existing population, namely 50 national youth athletes at the Kemenpora SKO. Data collection was carried out by caries examination and interviews using a questionnaire, then analyzed univariately, bivariately and multivariately (logistic regression). The results showed that 64% of teenage athletes had caries. Risk factors for caries prevention behavior associated with the incidence of caries in national youth athletes are cariogenic food frequency (p-value 0.005) and attitude towards dental health (p-value 0.011). The highest risk factor related to the incidence of caries in adolescent athletes at the Ministry of Youth and Sport SKO is cariogenic food with a POR value of 19.432 (95% CI 2.473-152.687), so adolescent athletes who have a high frequency of consuming cariogenic food are 19.432 times more at risk of experiencing caries than adolescent athletes who have a high frequency of cariogenic food consumption. low consumption of cariogenic foods. There is a need for caries prevention education by limiting consumption of cariogenic food and drink.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria
"Latihan panjang akan menguras glikogen otot dan merusak jaringan otot. Peningkatan kadar ureum dan kreatin kinase darah dapat menyebabkan penurunan performa pada latihan atau pertandingan berikutnya. Tesis ini membahas pengaruh pemberian minuman elektrolit berkarbohidrat terhadap kadar ureum darah, kreatin kinase darah, dan performa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, bersifat single blind dengan rancangan silang pada 10 atlet dayung rowing nasional laki-laki di Pelatnas Dayung Pengalengan tahun 2015. Minuman yang diberikan adalah minuman elektrolit dengan jumlah karbohidrat sebanyak 1 gr/kgBB pada kelompok perlakuan dan 0,35 gr/kgBB pada kelompok kontrol. Minuman tersebut diberikan segera setelah latihan dan dua jam berikutnya. Pengambilan sampel darah vena dilakukan untuk mengukur penurunan kadar ureum dan kreatin kinase darah sebelum dan setelah pemberian minuman masing-masing dengan alat COBAS C111 dan Advia 1650/1800. Hasil analisis membuktikan bahwa penurunan kadar ureum dan kreatin kinase darah lebih tinggi pada kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman elektrolit berkarbohidrat sebanyak 1 gr/kgBB efektif untuk memulihkan kembali simpanan glikogen otot dan menurunkan kerusakan jaringan otot.

Long lasting exercise will deplete muscle glycogen and muscle tissue damage. Increased levels of blood urea and creatine kinase can cause a decrease in performance at the next exercise or competition. This thesis discusses the effect of carbohydrate electrolyte drinks on blood urea levels, blood creatine kinase levels, and performance. This is true experimental study, single blind cross over design in 10 rowing men athletes in the National Training Centre Pengalengan 2015. Beverages provided are electrolyte drinks with the amount of carbohydrates as much as 1 g/kg body weight in the treatment group and 0,35 g/kg body weight in the control group. Beverages given immediately after the workout and the next two hours. Venous blood sample was collected to measure the reduction of blood urea and creatine kinase level before and after drinking beverages using COBAS C111 and Advia 1650/1800 respectively. The result show that the reduction of blood urea and creatine kinase levels is greater in the treatment group. It suggests that beverages contain 1 gr/kg body weight carbohydrate is effective to restore muscle glycogen stores and decrease muscle tissue damage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Matthew
"Burnout pada atlet merupakan salah satu fenomena psikologis yang dialami oleh semua atlet. Salah satu faktor psikologis berhubungan dengan burnout pada atlet adalah ketangguhan mental. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara ketangguhan mental dan burnout pada atlet pada sampel atlet di Indonesia yang berusia di atas 12 tahun dan aktif bertanding (N =154). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Athlete Burnout Questionnaire (ABQ) dan Mental Toughness Inventory (MTI). Hasilnya, ditemukan bahwa ketangguhan mental memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan burnout pada atlet (p <0,05). Ditemukan juga bahwa ketangguhan mental memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan dua dimensi burnout pada atlet, yaitu kelelahan fisik/emosional (p <0,05) dan berkurangnya kepuasan akan pencapaian (p <0,05), tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan dimensi devaluasi olahraga (p > 0,05). Hasil menunjukkan bahwa ketika seseorang atlet memiliki ketangguhan mental yang tinggi, ia akan lebih terlindungi dari gejala burnout pada atlet. Penemuan lain yang ditemukan dalam penelitian adalah bahwa faktor demografis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketangguhan mental maupun burnout pada atlet.

Athlete burnout is one of the psychological phenomena experienced by all athletes. One psychological factor associated with athlete burnout is mental toughness. This study aims to examine the relationship between mental toughness and athlete burnout in a sample of athletes in Indonesia aged above 12 years who are actively competing (N = 154). The instruments used in this study were the Athlete Burnout Questionnaire (ABQ) and the Mental Toughness Inventory (MTI). The results showed that mental toughness has a significant negative relationship with athlete burnout (p < 0.05). It was also found that mental toughness has a significant negative relationship with two dimensions of athlete burnout, namely physical/emotional exhaustion (p < 0.05) and reduced sense of accomplishment (p < 0.05), but does not have a significant relationship with sport devaluation (p > 0.05). The findings indicate that athletes with higher mental toughness are more protected from symptoms of athlete burnout. Another finding of the study is that demographic factors do not have a significant relationship with either mental toughness or athlete burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelly Adelina Auyan
"Penelitian terdahulu menunjukkan temuan yang tidak konsisten mengenai hubungan grit dengan performa atlet. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali peran grit dalam memprediksi performa atlet mahasiswa, dan memahami pengaruh moderasi kepaduan tim berdasarkan Teori Cognitive-Affective System of Personality (Mishcel & Soda, 1995). Sebanyak 265 data partisipan yang tersebar dalam 34 tim olahraga diperoleh dengan memanfaatkan turnamen olahraga futsal, basket, dan sepakbola antar kampus di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner fisik yang terdiri dari The Grit Scale, Group Environment Questionnaire, dan penilaian performa individual atlet oleh pelatih. Data dianalisis menggunakan korelasi Pearson dan model 1 pada makro PROCESS oleh Hayes. Temuan penelitian menunjukkan bahwa grit tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan performa atlet (r = 0,092, p > 0,05) dan ditemukan efek moderasi kepaduan tim yang negatif terhadap hubungan antara grit dan performa atlet atlet (b = -0,34, SE = 0,13, 95%CI[-0,59,-0,09]).

Previous findings showed inconsistent results regarding the relationship between grit and athlete performance. Therefore, this study was conducted to re-evaluate the role of grit in predicting collegiate athlete performance, and to understand the moderating effect of team cohesion based on 'Cognitive-Affective System of Personality Theory' (Mischel & Soda, 1995). Data were collected through several futsal, basketball, and soccer competition events across Jabodetabek and Bandung, using physical questionnaire consists of 'The Grit Scale, Group Environment Questionnaire', and athlete performance evaluation by coach. 265 participant data which was distributed in 34 different sport teams was obtained and analyzed using 'Pearson' correlation and simple moderator model on Hayes’ PROCESS macro on SPSS program. Findings of this study showed there is no significant relationship between grit and athlete performance (r = 0,092, p > 0,05) and there is a negative moderating effect of team cohesion on grit-athlete performance relationship (b = -0,34, SE = 0,13, 95%CI[-0,59,-0,09]).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Leane Suniar
"ABSTRAK
Ketahanan fisik olahragawan dapat dibina melalui latihan dan asupan gizi yang cukup. Dengan metode dan ilmu kepelatihan yang tinggi dapat dicapai prestasi maksimal.
Bila pada keadaan demikian prestasi ingin ditingkatkan lagi, maka pengaturan gizi memegang peranan penting, di samping pengetahuan tentang pemilihan makanan yang tepat secara kualitatif dan kuantitatif sangat menunjang peningkatan ketahanan fisik olahragawan. Berbagai macam diet untuk meningkatkan ketahanan fisik olahragawan telah banyak diteliti di luar negeri. Diantaranya peneliti dari Swedia yaitu Per Olof Astrad dan Eric Hultman tahun 1975 yang mengemukakan metode Carbohydrate Loading, dan dilakukan pada persiapan suatu pertandingan. Di luar negri metode ini dilaporkan memberi hasil yang memuaskan, karena itu ingin dilakukan penelitian untuk membuktikan apakah metode, ini iuga memberi hasil yang serupa bila diterapkan di Indonesia yang mempunyai polar kebiasaan makan serta susunan menu yang berbeda. Prinsip diet penimbunan hidrat arang (HA) tersebut berdasarkan kenyataan bahwa hidrat arang merupakan sumber energi yang paling dominan pada kerja berat dengan intensitas tubuh penting peranannya dalam menentukan kapasitas kerja fisik (1, 2, ,4,5).
Cadangan hidrat arang didalam tubuh disimpan di hati dan di otot dalam bentuk glikogen, cadangan glikogen tersebut dapat ditingkatkan secara bermakna dengan latihan dan diet khusus, terutama pada otot olahragawan yang terlatih (1,4,6,7).
Dalam penelitian yang akan dilakukan digunakan atlit voli yang terlatih, umur antara 18 - 22 tahun, disebabkan kesulitan untuk mengumpulkan atlit maraton yang mempunyai batas umur tertentu dan memenuhi jumlah persaratan statistik. Disamping itu pertimbangan bahwa cabang olahraga tersebut menggunakan otot-otot tungkai yang setara dengan penggunaannya pada cabang olahraga maraton.
Penelitian dilakukan secara acak menyilang dengan kelola (Randomized Controlled Crass Over Study).
Ketahanan fisik diukur dengan menggunakan jentera lari (treadmill) menurut cara Bruce (8,9).
Peningkatan ketahanan fisik dinyatakan dengan selisih lama melakukan treadmill sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok tersebut. dan dianalisis dengan uji t berpasangan?
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umie Retno Indriemayuni
"Fenomena dunia olahraga Indonesia saat ini antara lain telah melambungkan suatu iming-iming atau insentif pada para atlet yang akan berlaga dalam multi-event internasional. Insentif menurut Gage dan Berliner (1984) adalah janji atau harapan. Insentif yang diberikan diharapkan dapat memotivasi atlet untuk berprestasi dan mampu memperoleh gelar terbaik dalam persaingan dengan negara-negara lain. Bandura (1986) menyatakan terdapat insentif dalam bentuk tangible (nyata) dan sosial. Insentif dalam bentuk nyata meliputi trofi, medali atau uang, dan insentif sosial dapat berupa penghargaan atau penerimaan orang lain atas suatu keberhasilan. Dalam perkembangannya di tanah air, insentif merambah pada multi-event di tingkat nasional, baik dalam tingkat antar provinsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON ), bahkan antar kabupaten dalam suatu Provinsi atau Pekan Olahraga Daerah (PORDA). Insentif mendorong atlet mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi suatu pertandingan untuk dapat berprestasi tinggi. Karena insentif diharapkan akan mampu membantu meningkatkan gaya hidup. Loudon dan Della Bitta (1993) menyatakan bahwa gaya hidup (lifestyle) diekspresikan melalui minat dan pendapat dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan insentif yang diperoleh, atlet dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan minat dan pendapatnya yang dianggap baik untuk dirinya Yang menarik dalam penelitian ini adalah tetap tampilnya atlet perempuan senior yang telah memasuki masa pasca golden-age (prestasi puncak) dalam kompetisi baik nasional maupun persaingan untuk menjadi duta Indonesia di arena Internasional. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa insentif telah mendorong atlet untuk terus berprestasi, karena dengan berprestasi akan memperoleh peningkatan hidup. Namun demikian prestasi harus ditingkatkan melalui catatan skor, mengingat cabang olahraga yang yang ditekuni subjek merupakan cabang olahraga terukur. Prestasi yang dicetak diharapkan juga dapat membuat atlet bersikap mawas diri karena dengan berprestasi, atlet menjadi panutan dalam lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada 4 (empat) atlet panahan perempuan berusia 25-45 tahun dan sampai kini tetap menjadi andalan Indonesia di arena internasional. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan menyeluruh tentang bagaimana insentif memotivasi subyek untuk mencapai prestasi.;-"
2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>