Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahma Sukmawati
Abstrak :
Pasien kanker memiliki risiko tinggi berkembangnya komplikasi akibat infeksi selama penanganan penyakit dan proses pengobatan. Antibiotik sebagai obat yang digunakan dalam penanganan infeksi harus diberikan secara rasional untuk mencegah kejadian resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode bulan Januari-Juni 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari data resep pasien dengan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien kanker 18-59 tahun yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada periode bulan Januari-Juni 2017. Penelitian dilakukan terhadap 2179 resep pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik yang paling sering digunakan pada periode penelitian ini berasal dari golongan sefalosporin dengan jenis sefiksim. Total kuantitas penggunaan antibiotik dalam satuan DDD dan DDD/100 pasien/hari adalah 53069,23 dan 182,72. Kuantitas antibiotik terbesar yang dinyatakan dalam satuan DDD dan DDD/100 pasien/hari adalah levofloksasin dengan nilai 10660 dan 36,70. Ada sebanyak 12 jenis antibiotik yang menyusun segmen DU90 pada periode penelitian ini yaitu levofloksasin, seftriakson, meropenem, sefiksim, siprofloksasin, isoniazid, seftazidim, etambutol, metronidazol, sefotaksim, sefepim, dan rifampisin. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa penurunan kuantitas dan peningkatan kualitas penggunaan antibiotik dapat menurunkan kejadian resistensi.
Cancer patients has a high risk of developing complications from infection during disease management and treatment processes. Antibiotics as drugs used in the treatment of infections should be given rationally to prevent the occurrence of resistance. This study was conducted to evaluate the use of antibiotics in cancer patients in Dharmais Cancer Hospital during the period of January June 2017. This research was a descriptive study with cross sectional study design. Data retrieval was done retrospectively from patients rsquo recipe data with total sampling technique. Samples in this study were recipes of cancer patients 18 59 years old who underwent inpatient at Dharmais Cancer Hospital in January June 2017. This study was conducted on 2179 recipe of patients who met the inclusion criteria. The results showed that the most commonly used antibiotics during this period of study came from the cephalosporin group with the cefixime type. The total quantity of antibiotic used expressed in DDD and DDD 100 patients day was 53069,23 and 182,72. The largest quantity of antibiotics used expressed in units of DDD and DDD 100 patients day were levofloxacin with value 10660 and 36,70. There were 12 types of antibiotics that made up the DU90 segment in this study period, which were levofloxacin, ceftriaxone, meropenem, cefixime, ciprofloxacin, isoniazid, ceftazidime, ethambutol, metronidazole, cefotaxime, cefepime, and rifampicin. Therefore it can be concluded that the decrease in quantity and increase the quality of antibiotic used can decrease the incidence of resistance.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Fakhrunnisa
Abstrak :
Resistensi antibiotik merupakan ancaman terbesar di dunia kesehatan. Penyebab resistensi diantaranya yaitu penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik di beberapa Puskesmas Kabupaten Tegal sebelum dan sesudah dilakukan intervensi edukasi. Desain penelitian pre eksperimental (pre - post intervension design) menggunakan data peresepan pasien rawat jalan periode 1 Juni 2018 - 31 Januari 2019 dan Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) di lima Puskesmas Kabupaten Tegal. Intervensi edukasi diberikan kepada seluruh penulis resep. Kualitas peresepan dinilai dengan membandingkan pemilihan obat, dosis pemberian, frekuensi pemberian dan durasi pemberian antara yang tertulis pada resep dan Panduan Praktik Klinis Fasilitas Kesehatan Primer 2014. Kuantitas penggunaan obat dihitung dalam satuan DDD / 1000 Kunjungan Pasien Rawat Jalan (KPRJ)/ hari. Diperoleh sampel kualitas peresepan sebanyak 1204 resep pada pre intervensi dan 1254 resep pada post intervensi. Ketidaksesuaian dalam durasi terapi memiliki proporsi kejadian yang paling tinggi (56,72%). Secara keseluruhan terjadi penurunan yang bermakna pada ketidaksesuaian peresepan antibiotik dari 98.08% pada pre intervensi menjadi 81.26% post intervensi (p value : 0.012). Faktor yang mempengaruhi peresepan antibiotik diantaranya kualifikasi penulis resep dan pengalaman penulis resep. Kuantitas penggunaan Antibiotik mengalami penurunan dari 14, 960 DDD / 1000 KPRJ/ hari pada pre intervensi menjadi 9, 375 DDD / 1000 KPRJ / hari pada post intervensi. Namun, penurunan bersifat tidak signifikan (p value : 0, 062).
Antibiotic resistance has posed a serious threat to global health, and one of the reasons for such resistance is the inappropriate use of antibiotics as well as antibiotic overuse. This study aimed to evaluate the quantity and quality of antibiotic use in a number of primary healthcare centers in the District of Tegal prior to and after a health education intervention was provided. This pre-experimental research (pre-post intervention design) employed the outpatient prescribing data over the period of 1 June 2018 through 31 January 2019 and Drug Use Report and Request Form (LPLPO) in five (5) primary healthcare centers in the District of Tegal. A health education intervention was provided for each prescriber. The prescribing quality was assessed by drawing a comparison between the drug selection, dosage of administration, frequency of administration, and duration of administration in the prescriptions and those advised in the Clinical Practice Guidelines for Primary Healthcare Facilities 2014. The quantity of drug use was calculated in a unit of DDD/1000 of Outpatient/day. For the prescribing quality analysis, 1204 prescriptions in the pre-intervention phase and 1254 prescriptions in the post-intervention phase were obtained. Inappropriate duration of administration reached the highest percentage (56.72%). Overall, the inappropriateness of antibiotic prescribing decreased significantly from 98.08% during the pre-intervention phase to 81.26% in the post-intervention phase (p value : 0.012). The contributing factors of antibiotic prescribing included the qualification of prescribers and their experience in prescribing. There was a decrease in the quantity of antibiotic use from 14,960 DDD/1000 of KPRJ/day in pre-intervention to 9,375 DDD/1000 of KPRJ/day in post-intervention. However, the reduction was unsignificant (p value: 0.062).
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T53375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Zahidah
Abstrak :
Batuk merupakan tindakan perlindungan dan pertahanan terhadap infeksi mukosa, zat berbahaya, infeksi pada laring, trakea dan bronkus. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus sesuai dengan acuan yang berlaku secara nasional yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat batuk pada pasien ISPA di Puskesmas Kota Depok pada tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien, Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), dan Sistem Informasi Pengelolaan Obat (SIPO). Sampel adalah resep pasien ISPA periode Januari hingga Desember 2015. Analisis dilakukan pada resep yang memenuhi kriteria inklusi secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90%. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Microsoft Excel, urutan puskesmas dengan kuantitas penggunaan obat yang dinyatakan dalam DDD dari yang terbesar adalah Puskesmas Cipayung (59136,33g), Puskesmas Limo (34512,55g), dan Puskesmas Bojongsari (14771.28g). Total kuantitas DDD/1000 pasien/hari pada ketiga puskesmas yaitu gliseril guaiakolat (34,885g), ambroksol (1,92g), sirup ambroksol (0,2692g), tablet dekstrometorfan (0,2692g) dan sirup dekstrometorfan (0,0006g). Obat batuk yang menyusun segmen DU90%, yaitu gliseril guaiakolat. Obat batuk penyusun DU90% tidak sesuai dengan Formularium Nasional. ......Cough is an act of protection and defense against mucosal infections, harmful substances, infection of the larynx, trachea and bronchi. The drug utilization in health facilities must comply with applicable national reference namely Formularium Nasional. This study aimed to evaluate the use of cough medicine in ARI’spatientsat three primary health care in Depok 2015. This study used descriptive design with retrospectively data collection of patient prescriptions, Primary health care Management Information System (SIMPUS), and Medication Management Information System (SIPO). Analysis was conducted on prescriptions that appropriate with inclusion criteria. Samples are prescribed to patients with ARI’s period January to December 2015. Analyses were performed quantitatively and qualitatively. Quantitative analysis expressed in DDD and DDD/1000 patients/day. Qualitative analysis expressed in DU 90% segment. Based on the analysis using Microsoft Excel, the biggest quantity of drug utilization in DDD were Cipayung primary health care (59136.33g), Limo primary health care (34512.55g), and Bojongsari primary health care (14771.28g). Quantity of DDD/1000 patients/day in the third primary health care were glyceryl guaiakolat (34.885g), ambroksol (1.92g), ambroksol syrup (0.2692g), dextromethorphan tablets (0.2692g) and dextromethorphan syrup (0.0006g). Cough medicines that compose DU 90% segment was Glyceryl Guaiacolat. Cough medicines that compose segment DU 90% were not in accordance with national formulary.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvita Ulfa Saraswati
Abstrak :
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. Hipertensi harus diobati secara efektif untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi. Pengadaan obat untuk pasien BPJS pada fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat jalan BPJS Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2016 dilakukan untuk mencapai penggunaan obat yang rasional. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan pengambilan data secara retrospektif. Data yang diambil berasal dari resep pasien dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS. Sampel merupakan resep pasien BPJS hipertensi periode Januari hingga Desember 2016. Studi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD. Berdasarkan pengolahan data dengan Microsoft Excel, secara kuantitatif penggunaan obat antihipertensi sebanyak 40.080,77 DDD dengan obat terbanyak yang digunakan adalah amlodipin 17,24 DDD/1000 pasien/hari. Secara kualitatif, obat yang menyusun segmen DU90 ada lima obat yaitu amlodipin, kandesartan, kaptopril, furosemid, dan spironolakton. Kesesuaian penggunaan obat antihipertensi dengan Formularium Nasional sebesar 91,64. ...... Hypertension is one of the highest prevalence disease in Indonesia. It has to be treated effectively to prevent the complications. Drug procurement in BPJS patients at health facility was based on drugs in national formulatory. Evaluation of antihypertensive drugs utilization in BPJS outpatients at Karya Bhakti Pratiwi hospital Bogor 2016 was performed to achieve rational drug use. Design of the study was cross sectional with sampling data by retrospective. Data was obtained from prescription and management information system of hospital. Sample of this study was hypertensive BPJS patient prescriptions from January to December 2016. Study was performed with both qualitative and quantitative approach with Anatomical Theurapetic Chemical Defined Daily Dose ATC DDD method. Based on the analysis of data with Microsoft Excel, the utilization of antihypertensive drug was 40,080.77 DDD with amlodipine being the most used in antihypertensive drugs 17.24 DDD 1000 patients day. Drugs that belong to DU90 segments were amlodipine, candesartan, captoprile, furosemid, and spironolacton. The use of antihypertensive drugs was 91.64 compliance with national formulatory.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S66787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifa Maulina
Abstrak :
Diabetes melitus adalah kelainan metabolik yang prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun di setiap negara, dengan 80 penderitanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antidiabetes oral pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok tahun 2017. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan metode pengambilan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD dan kualitatif dengan menggunakan indikator DU 90 dan kesesuaian obat dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat 2. Berdasarkan hasil penelitian secara kuantitatif, total penggunaan obat antidiabetes oral adalah sebanyak 198.972,83 DDD dengan obat yang paling banyak digunakan adalah gliklazid dengan nilai DDD sebesar 75.881,23 dan nilai DDD/1000 pasien/hari yaitu 22,55. Sedangkan secara kualitatif, Drug Utilization 90 disusun oleh empat jenis obat yaitu gliklazid, metformin, akarbose, dan glimepirid. Kesesuaian penggunaan obat antidiabetes oral dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat 2 sebesar 100. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat antidiabetes oral di RSUD Kota Depok tahun 2017 telah sesuai dengan pedoman dan daftar obat pada Formularium Nasional, sehingga penggunaan obat yang rasional diharapkan dapat tercapai.
Diabetes mellitus is a metabolic disorder which prevalence continues to increase year by year in every country, with 80 of the sufferers are in developing countries including Indonesia. This study aims to evaluate the use of oral antidiabetic drugs in patients with type 2 diabetes mellitus in the Outpatient Installation of Depok Regional General Hospital in 2017. The study design used was cross sectional study with retrospective data retrieval method. The study was carried out quantitatively with the method of Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose ATC DDD and qualitatively by using DU 90 indicator and drug suitability with National Formulary for Health Facility Level 2. Based on quantitative research result, the total use of oral antidiabetic medication was as much as 198,972.83 DDD with the most widely used drug was gliclazide with DDD value of 75,881.23 and DDD 1000 patient day value of 22,55. While qualitatively, Drug Utilization 90 composed by four types of drugs namely gliclazide, metformin, acarbose, and glimepiride. Compliance of oral antidiabetic drug use with National Formulary for Health Facilities Level 2 at 100. From the results of the study it can be concluded that the use of oral antidiabetic drugs in Depok City Hospital in 2017 has been in accordance with the guidelines and lists of drugs in the National Formulary, so that rational use of drugs is expected to be achieved.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri Dakhi
Abstrak :
Penggunaan antibiotik yang tinggi dapat menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga meningkatkan insiden resistensi antibiotik, peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik di Klinik Satelit UI pada tahun 2018. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan metode Anatomi Terapeutik Kimia/Dosis Harian Dosis (ATC/DDD), dan kesesuaian antibiotik dengan Formularium Nasional untuk Level I Fasilitas Kesehatan dinilai. Desain penelitian adalah cross sectional dengan mengumpulkan data secara retrospektif. Data yang dianalisis adalah semua data resep yang mengandung antibiotik dengan total sampling. Total sampel penelitian ini adalah 2.886 resep. Jenis antibiotik yang banyak diresepkan adalah amoksisilin 32,27%, cefadroxyl 19,30% dan sefiksim 15,29%. Banyak pasien yang diresepkan antibiotik adalah wanita 60,2%, pasien berusia 18- <25 adalah 84,37% dan siswa adalah 83,68%. Penggunaan antibiotik adalah 1,146 DDD/1000 pasien/hari. Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I adalah 47%. Penggunaan antibiotik di Klinik Satelit UI cenderung rendah dan tidak sesuai dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I
High antibiotic use can lead to irrational use of antibiotics thereby increasing the incidence of antibiotic resistance, increasing patient morbidity and mortality. This study aims to evaluate the use of antibiotics at the UI Satellite Clinic in 2018. This research was conducted quantitatively by the Chemical Therapeutic Anatomy/Daily Dose (ATC/DDD) method, and the antibiotic suitability with the National Formulary for Level I Health Facilities was assessed. The study design was cross sectional by collecting data retrospectively. Data analyzed were all prescription data containing antibiotics with total sampling. The total sample of this study was 2,886 recipes. The most prescribed types of antibiotics are amoxicillin 32.27%, cefadroxyl 19.30% and cefixime 15.29%. Many patients who were prescribed antibiotics were 60.2% women, patients aged 18- <25 were 84.37% and students were 83.68%. The use of antibiotics is 1,146 DDD/1000 patients/day. The suitability of antibiotic use with the National Formulary for Level I Health Facilities is 47%. The use of antibiotics in the UI Satellite Clinic tends to be low and not in accordance with the National Formulary for Level I Health Facilities.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ananda
Abstrak :
Evaluasi Penggunaan Obat atau EPO adalah kegiatan yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan obat dalam rangka menjamin obat yang digunakan sesuai dengan infikasi, efektif, aman, serta rasional sehingga dapat memberikan manfaat dalam rangka perbaikan pola pada penggunaan obat berkelanjutan dengan berdasarkan bukti. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk melihat ketepatan penggunaan obat yang dilakukan berdasarkan kriteria penggunaan obat, sehingga EPO yang dilakukan secara kualitatif dapat dilakukan dengan adanya evaluasi Penggunaan Obat Rasional (POR) yang merupakan upaya untuk melakukan evaluasi kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas dengan pedoman indikator peresepan pada WHO sedangkan secara kuantiatif dilakukan dengan metode ATC/DDD dan DU90% yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan penggunaan data obat periode Juli – Desember 2021 dengan hasil yang telah memenuhi target pemerintah dengan persentase >70% dan obat-obatan yang berada pada segmen DU 90%, yaitu Kaptopril tablet 25 mg, Metformin tablet 500 mg, Parasetamol tab 500 mg, Omeprazol kapsul 20 mg, dan Asam askorbat tablet 500 mg. ......Evaluation of Drug Use or EPO is an activity used to evaluate drug use in order to ensure that the drug used is in accordance with the indications, effective, safe, and rational so that it can provide benefits in order to improve patterns of sustainable drug use based on evidence. Quantitative Drug Use Evaluation (EPO) is a method used to see the accuracy of drug use which is carried out based on the criteria for drug use, so that EPO which is carried out qualitatively can be carried out with an evaluation of Rational Drug Use (POR) which is an attempt to evaluate the rationality of drug use at the Health Center with guidelines on prescribing indicators at WHO while quantitatively carried out using the ATC/DDD and DU90% methods carried out by the Kalideres District Health Center using drug data for the period July - December 2021 with results that have met the government's target with a percentage of > 70% and drugs drugs that are in the 90% DU segment, namely Captopril tablets 25 mg, Metformin tablets 500 mg, Paracetamol tablets 500 mg, Omeprazole capsules 20 mg, and Ascorbic Acid tablets 500 mg.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriana Lupitaningrum
Abstrak :
Penggunaan antibiotik harus digunakan secara bijak dan rasional sehingga diperlukan evaluasi penggunaan antibiotik agar menurunkan kejadian resistensi. WHO merekomendasikan metode ATC/DDD yang mengukur secara kuantitatif besarnya nilai DDD penggunaan antibiotik. Tujuan dari metode ATC/DDD adalah sebagai alat pemantauan dan evaluasi penggunaan obat dalam rangka meningkatkan kualitas penggunaan obat, yang hasilnya dapat dibandingkan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan, nasional maupun internasional. Data daftar realisisasi obat yang diperoleh dari Puskesmas Cipinang Besar Utara dikelompokkan ke kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian kelompok kriteria inklusi dianalisis datanya menggunakan Microsoft Excel. Data yang dianalisis diantaranya adalah nilai DDD/1000 pasien/hari, DU 90%, dan presentasi kesesuaian penggunaan obat.Obat antibiotik yang mencakup 90% penggunaan dari seluruh obat antibiotik di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara adalah Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Isoniazid dengan penggunaan terbanyak adalah Amoxicillin, yang mencakup 75,02% dari seluruh antibiotik. Expenditure untuk obat antibiotik adalah Amoxicillin, yang mencakup 76,35% dari seluruh pengeluaran obat antibiotik. Pengeluaran terbesar per DDD atau Cost/DDD terbesar adalah Clindamycin, dengan Cost/DDD Rp3.200,00 / DDD.Saran untuk Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara untuk mengevaluasi obat golongan antibiotik yang digunakan dan menentukan apabila diperlukan perbaikan atau perubahan. Saran untuk evaluasi selanjutnya agar mencakup ruang lingkup obat yang lebih luas, atau melakukan evaluasi dari periode waktu yang lebih luas untuk mendapatkan lebih banyak data sebagai pembanding. ...... The use of antibiotics must be wisely and rationally so that it is necessary to evaluate the use of antibiotics in order toreduce the incidence of resistance. WHO recommends the ATC/DDD method which quantitatively measures the DDDvalue of antibiotic use. The aim of the ATC/DDD method is as a tool for monitoring and evaluating drug use in order toimprove the quality of drug use, the results of which can be compared at various levels of health facilities, national and international. Drug realization list data obtained from the Cipinang Besar Utara Community Health Center is grouped into inclusion and exclusion criteria. Then the data were analyzed for the inclusion criteria groups using MicrosoftExcel. The data analyzed include the value of DDD/1000 patients/day, DU 90%, and presentation of appropriateness of drug use. Antibiotic drugs that cover 90% of the use of all antibiotic drugs at the Cipinang Besar Utara SubdistrictHealth Center are Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Isoniazid with the most use. is Amoxicillin, which accounts for75.02% of all antibiotics. Expenditure for antibiotic drugs is Amoxicillin, which covers 76.35% of all antibiotic drugexpenditure. The largest expenditure per DDD or the largest Cost/DDD is Clindamycin, with a Cost/DDD of IDR 3,200.00 / DDD. Suggestions for the Cipinang Besar Utara Subdistrict Health Center to evaluate the antibiotic class of drugs used and determine if improvements or changes are needed. Suggestions for further evaluation include a wider scope of drugs, or conduct evaluations over a wider time period to obtain more data for comparison.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dezh Nahda Athiyya
Abstrak :
Evaluasi penggunaan obat (EPO) merupakan suatu metode yang bertujuan mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat (WHO, 2003). Evaluasi penggunaan obat merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 (Kementrian Kesehatan, 2016). Evaluasi penggunaan obat dapat melihat dan menilai penggunaan obat secara bijak. WHO telah merekomendasikan metode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) dalam mengevaluasi penggunaan obat. Metode ini mengukur secara kuantitatif besarnya nilai DDD penggunaan antibiotik (WHO, 2021). Perbaharuan data kode ATC/DDD di Rumah Sakit Universitas Indonesia dilakukan dengan mengumpulkan data dari web WHO dan menghasilkan data yang berisi kode internasional obat (ATC), dosis harian (DDD), unit dose, dan rute pemberian obat yang dapat digunakan sebagai basis data untuk kebutuhan rumah sakit salah satunya dalam melakukan evaluasi penggunaan obat pasien Rumah Sakit Universitas Indonesia. Sebanyak 2.120 dari 2.331 sediaan farmasi telah terisi kode ATC/DDD yang terdiri dari 990 sediaan oral, 322 sediaan parenteral, 14 sediaan rektal, 3 sediaan transdermal, dan 3 sediaan vaginal. ...... Evaluation of drug use is a method that aims to identify problems related to drug use (WHO, 2003). Evaluation of drug use is one of the pharmaceutical service standards regulated in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 74 of 2016 (Ministry of Health, 2016). Evaluation of drug use can see and assess drug use wisely. WHO has recommended the Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) method in evaluating drug use. This method quantitatively measures the DDD value of antibiotic use (WHO, 2021). Updating ATC/DDD code data at the University of Indonesia Hospital is carried out by collecting data from the WHO website and producing data containing international drug codes (ATC), daily dose (DDD), unit dose, and route of drug administration which can be used as a database for One of the hospital needs is evaluating the use of medicines for patients at the University of Indonesia Hospital. A total of 2,120 of the 2,331 pharmaceutical preparations were filled with ATC/DDD codes, consisting of 990 oral preparations, 322 parenteral preparations, 14 rectal preparations, 3 transdermal preparations and 3 vaginal preparations.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Maureen Wijaya
Abstrak :
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi dapat menimbulkan permasalahan seperti resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat golongan antibiotik. Daftar realisasi obat antibiotik tahun 2022 didapat dari Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara. ATC dan DDD obat diperoleh dari situs WHO (www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/). Data jumlah populasi penduduk di Kelurahan Cipinang Muara diperoleh dari https://timur.jakarta.go.id/kelurahan/cipinang-muara yaitu sebanyak 55.982 jiwa. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel. Hasil evaluasi penggunaan obat antibiotik menggunakan menunjukkan bahwa antibiotik yang mencakup 90% dari penggunaan obat antibiotik di Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara adalah Amoksisilin, Kotrimoksazol, Siprofloksasin, dan Doksisiklin. Penggunaan antibiotik terbesar yaitu Amoksisilin dengan presentase 46,99% dari penggunaan seluruh obat golongan antibiotik. Biaya obat antibiotik terbesar yaitu Amoksisilin dengan presentase 61,50% dari pengeluaran seluruh obat golongan antibiotik. Biaya per DDD atau Cost/DDD terbesaar yaitu Kloramfenikol dengan nilai Cost/DDD sebesar Rp 6.540 / DDD. ...... The relatively high intensity of antibiotic use can cause problems such as bacterial resistance to antibiotics so it is necessary to evaluate the use of antibiotic class drugs. The list of antibiotic drug realization in 2022 was obtained from the Cipinang Muara Village Health Center. ATC and DDD of drugs were obtained from the WHO website (www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/). Data on the total population in Cipinang Muara Village was obtained from https://timur.jakarta.go.id/kelurahan/cipinang-muara which is 55,982 people. Data processing was done using Microsoft Excel program. The results of the evaluation of antibiotic drug use show that antibiotics that cover 90% of antibiotic drug use at the Cipinang Muara Village Health Center are Amoxicillin, Cotrimoxazole, Cyprofloxacin, and Doxycycline. The largest use of antibiotics is Amoxicillin with a percentage of 46.99% of the use of all antibiotic class drugs. The largest antibiotic drug cost is Amoxicillin with a percentage of 61.50% of all antibiotic class drug expenditures. The cost per DDD or Cost / DDD is Chloramphenicol with a Cost / DDD value of Rp 6,540 / DDD.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>