Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martin, James
Upper Saddle River: Prentice Hall PTR, 1997
621.382 MAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Contents : - Prologue - Section 1: ATM Architecture - Chapter 1.1 An Overview of ATM - Chapter 1.2 ATM Physical Layer and ATM Signaling - Chapter 1.3 Switch Architectures and Traffic Scheduling - Chapter 1.4 ATM Services and Associated Adaptation Layers - Section 2: ATM Management - Chapter 2.1 An Overview of Network Management for ATM - Chapter 2.2 Traffic Control in ATM Networks - Chapter 2.3 Aspects of ATM Traffic Management - Chapter 2.4 ATM Adaptation-Layer Switching - Chapter 2.5 ATM Performance Testing and QoS Management - Section 3: ATM Integration - Chapter 3.1 ATM LANs - Chapter 3.2 Multiprotocol Integration with ATM - Chapter 3.3 Wireless ATM - Section 4: ATM in the Field - Chapter 4.1 Integrating ATM Backbones with High-Speed Ethernet at the Edge - Chapter 4.2 Voice over ATM - Chapter 4.3 Techniques for Delivering Stored Video Streams over ATM - Chapter 4.4 Top Ten Reasons for Using ATM - Chapter 4.5 Successful Implementations of ATM
Chicago: International Engineering Consortium, 2000
e20452807
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Contents : - The Future of ATM and Broadband Networking: 2000 to 2010 - Consortium Affiliated Universities - International Engineering Consortium - Table of Contents - CHAPTER 1: INTRODUCTION - CHAPTER 2: ARCHITECTURES AND PRODUCTS FOR OFFICE CONNECTIVITY - CHAPTER 3: BUSINESS CAMPUS BACKBONE NETWORKS - CHAPTER 4: MODERNIZING UNIVERSITY CAMPUSES WITH ATM NETWORKS - CHAPTER 5: HIGH-BANDWIDTH RESIDENTIAL CONNECTIVITY - CHAPTER 6: METROPOLITAN BACKBONES - CHAPTER 7: WIDE AREA NETWORKING - CHAPTER 8: GLOBAL HIGH-BANDWIDTH LINKS - CHAPTER 9: FUTURE TRANSPORT DIRECTIONS - CHAPTER 10: FUTURE SWITCHING DIRECTIONS - CHAPTER 11: THE INTERNET AND SONET OVER GIGABIT ROUTERS - CHAPTER 12: INDUSTRY OPINION A DELPHI STUDY OF THE FUTURE OF AND BROADBAND NETWORKING - CHAPTER 13: INVESTMENT OBSTACLES TO HIGH-BANDWIDTH TRANSMISSION - CHAPTER 14: FUTURE NETWORK REQUIREMENTS FOR WORKER PRODUCTIVITY - CHAPTER 15: FUTURE OF ATM AND BROADBAND RESEARCH CONCLUSIONS - APPENDICES - APPENDIX A: SOURCES - APPENDIX B: Delphi Questionnaires - APPENDIX C: Survey Response Statistics
Chicago: Professional Education International, 1998
e20448216
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Kalamullah Ramli
Abstrak :
Banyaknya Jenis layanan yang didukung oleh Asynchronous Transfer Mode (ATM) menyebabkan trafik yang dihasilkan menjadi sangat bursty pada titik dimana proses call admission control dilakukan. Untuk memodelkan trafik tersebut, umumnya digunakan model kedatangan Poisson and 2-State Markov Modulated Poisson Process (MMPP-2). Pada penelitian ini dipelajari karakteristik dari kedua model tersebut berdasarkan tingkat burstiness yang ditinjau dari dua buah pendekatan: pendekatan interarrival times dan pendekatan counting process. Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, model kedatangan akan dibandingkan berdasarkan beberapa parameter seperti PMR (Peak to Mean Ration), kuadrat koefisien variasi, Index Dispersion of Count dan parameter Hurst. Dari hasil analisa dan simulasi didapatkan bahwa ternyata model kedatangan MMPP-2 lebih cocok untuk digunakan sebagai model trafik call admission control (CAC) pada jaringan ATM.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmah
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk membentuk sistem telekomunikasi data yang canggih diperlukan sarana-sarana pendukung untuk mendapatkan kecepatan bit yang besar. Jaringan harus mempunyai kehandalan yang sempurna. Salah satu teknologi sistem transmisi data yang mampu memenuhi syarat-syarat tersebut adalah SDH (Synchronous Digital Hierarchy) yang merupakan penyempurnaan dari sistem terdahulu yaitu PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy). Kecepatan bit yang bisa dicapai oleh SDH yaitu sebesar 10 GBps.

Saat ini sistem pengiriman data paket yang banyak dipakai adalah ATM (Asynchronous Transfer Mode), yang sangat efisien dalam pemakaian lebar pita dan menjamin kualitas yang maksimal.

Lapisan fisik yang dipakai untuk mengantar data ATM (dalam hal ini adalah PDH/SDH) harus bersifat transparan, yaitu lapisan fisik tersebut tidak melakukan pengubahan terhadap informasi yang dilewatkan padanya.

Penggabungan teknologi pengiriman data paket ATM yang dilewatkan SDH diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan infrastruktur jaringan dalam telekomunikasi data untuk mendukung lalu Iintas data yang semakin cepat di masa-masa yang akan datang.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Glory Hastanto
Abstrak :
ABSTRAK
Pentransmisian sinyal video (video signal) membutuhkan lebar pita frekuensi (bandwidth) dan kapasitas memori yang sangat besar. Untuk mengefisienkan penggunaan bandwidth dan kapasitas memori serta mereduksi biaya transmisi perlu dilakukan proses pemampatan (kompresi) pada sinyal video tersebut. Salah satu teknik kompresi yang banyak digunakan adalah Transform Coding berbasis DCT (Discrete Cosine Transform).

Proses transmisi sinyal video dapat dilakukan dengan dua cara yaitu transmisi dengan laju bit yang tetap (Constant Bit Rate/CBR) dan transmisi dengan laju bit yang bervariasi (Variable Bit Rate NBR). CBR digunakan pada proses transmisi menggunakan media transmisi dengan bandwidth yang terbatas, sehingga tidak dapat menampung volume data yang ada. Sedang VBR digunakan pada proses transmisi menggunakan media transmisi dengan bandwidth yang besar sehingga dapat menampung volume data yang ada. Untuk dapat melayani proses transmisi sinyal video VBR diperlukan suatu media transmisi yang mampu memfasilitasi hal tersebut. Salah satunya adalah jaringan ATM (Asynchronous Transfer Mode). Pentransmisian sinyal video VBR melalui jaringan transmisi ATM dilakukan melalui proses pengkodean data pada sinyal video tersebut dan membentuk kode-kode data tersebut ke dalam bentuk struktur sel ATM melalui proses pemaketan (paketisasi).

Proses pemaketan dapat dilakukan dengan menggunakan metode Layered Coding yang membagi data-data menjadi dua prioritas yaitu data prioritas tinggi (High Priority Data/HPD) dan data prioritas rendah (Low Priority Data/LPD), dimana data HPD adalah data-data yang mengandung nilai informasi yang terbesar. Kemudian masing-masing data tersebut dibentuk menjadi paket-paket (sel) ATM dan ditransmisikan melalui kanal yang berbeda.

Dari simulasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa metode Layered Coding pada pentransmisian sinyal video VBR dapat mempertahankan kualitas gambar yang dikirim dengan mengirimkan data HPD melalui kanal prioritas tinggi (High Priority Channel). Hilangnya (tidak dikirim) data LPD tidak akan berpengaruh besar pada kualitas gambar yang dihasilkan (PSNR 17,2 dB std 26,5 dB), sedangkan hilangnya sebagian kecil (t 1,5%) data HPD akan menimbulkan pengaruh yang besar (degradasi) pada gambar yang dihasilkan (PSNR 8,62 dB).
ABSTRACT
Generally, wide bandwidth and large memory capacities are needed to transmit the video signal. Using bandwidth and memory capacity efficiently and also reducing the transmission cost, the video signal needs a compression process before transmitted. One of the compression technique which is commonly used is Transform Coding based on DCT (Discrete Cosine Transform).

The video signal transmission process could be done in two ways i.e. : constant bit rate (CBR) and variable bit rate (VBR). CBR is a constant rate trans-mission which is used in the transmission process where the bandwidth has incapability to accommodate available data volume. VBR is a variable rate trans-mission which is used in the transmission process where the bandwidth has a capability to accommodate available data volume. ATM (Asynchronous Transfer Mode) network is one of the capable transmission media which is used for transmitting the VBR video signal. The VBR video signal transmission through the ATM network has two processes, coding process and packet process.

A Layered Coding method is used for the data packet process. This method divides the data into two priorities i.e.: high priority data (HPD) and low priority data (LPD). The HPD is used for the important data stream and the LPD is used for the rest of the data stream (unimportant data). The data (HPD and LPD) is performed into the ATM cells structure and transmitted through a different channel.

The simulation results showed that the layered coding method could maintain the VBR video signal quality by transmitting the HPD through a high priority channel. The lost data of LPD does not annoy the reconstructed video quality (PSNR 17.2 dB - 25.5 dB). The lost data of HPD, however, causes degradation in the quality of the reconstructed video (PSNR 8.62 dB).
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Prakoso
Abstrak :
Kontrol kongesti merupakan hal yang mendasar dalam jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) untuk mendukung layanan `best-effort' atau Available Bit Rate (ABR). Dengan kontrol kongesti yang memadai kita dapat memakai jaringan yang ada tanpa harus menegosiasikan kontrak terlebih dahulu dengan jaringan tersebut. Kongesti terjadi bila jumlah kecepatan masukan lebih besar dibandingkan dengan kapasitas keluaran saluran. Pemilihan kontrol kongesti yang tepat memungkinkan setiap kelas layanan dalam ATM berfungsi secara efektif, untuk itu dalam jaringan ATM dikenal dua macam kontrol kongesti `closed loop', yaitu rate-based dan credit-based. Dalam tesis ini akan dianalisa unjuk kerja dua macam skema kontrol kongesti dalam trafik ABR, yaitu skema ERICA dan MIST (rate-based), serta skema QFC (credit-based). Secara umum skema QFC mempunyai throughput keluaran dan Fairness Index yang lebih baik (82 % dan 1) dibandingkan dua skema lainnya pada aplikasi Metropolitan Area Network (MAN), sedangkan kebutuhan bufer ketiga skema relatif kecil. Pada aplikasi Wide Area Network (WAN), nilai throughput dan fairness index skema QFC sebesar 79% dan 0,999 juga merupakan yang terbaik diantara ketiga skema tersebut.
Congestion control is essential for Asynchronous Transfer Mode (ATM) network in providing 'best-effort' service, or Available Bit Rate (ABR). With proper congestion control, we can use the network at any time without first negotiating a traffic contract with the network. Congestion will occur when total input rate is larger than the output link capacity. To enable each service class to function effectively two closed loop congestion control, rate-based and credit-based have been introduced for ATM network. This thesis will analyzes performance of two congestion control in ABR traffic, that is ERICA and NIST scheme (rate-based), also QFC scheme (credit-based). As a result, QFC scheme has better throughput and fairness index (82 % and I) than the other scheme in the Metropolitan Area Network (MAN) application. Buffer requirement is relatively small for all schemes. In the Wide Area Network (WAN), QFC scheme is still the best with 79 % of throughput and 0,999 of fairness index.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library