Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stefanus Siswoyo
Abstrak :
Latar belakang: Evaluasi asimetri dentokraniofasial merupakan hal yang penting dalam perawatan ortodonti dan bedah ortognati. Evaluasi ini berfungsi dalam diagnosis, rencana perawatan, dan evaluasi hasil perawatan. Penggunaan perhitungan indeks asimetri Katsumata secara tiiga dimensi menjadi hal yang marak digunakan dalam penilaian asimetri dentokraniofasial. Tujuan: Penelitian ini bertujuan dalam membandingkan hasil diagnosis kesimetrisan dentokaniofasial yang didapatkan dari perhitungan indeks asimetri Katsumata secara tiga dimensi pada CBCT dan analisis komparasi linier dua dimensi Grummon pada sefalogram posteroanterior yang direkonstruksi dari hasil CBCT. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada lima belas CBCT . Sefalogram posteroanterior pada penelitian ini direkonstruksi dari hasil CBCT yang sama. Perhitungan indeks asimetri pada lima belas titik kraniometri dilakukan pada hasil CBCT dan dilakukan pengambilan diagnosis pada masing-masing parameter sesuai dengan tabel Katsumata. Perbandingan linear dua dimensi dilakukan pada lima belas titik yang sama pada sefalogram posteroanterior. Diagnosis ditegakan sesuai standar Grummon. Uji Kohen Kappa dilakukan untuk melihar reliabilitas intereksaminer dan uji McNemar untuk melihar reliabilitas intraeksaminer. Uji Fisher dilakukan untuk melihat beda diagnosis dan Uji Kohen Kappa dilakukan untuk melihat kuat kesepakatan diagnosis. Hasil: Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan diagnosis antara kedua metode pada lima belas parameter yang diukur. Tingkat kesepakatan beragam pada lima belas parameter. Kesimpulan : Penelitian ini menunjukan tidak ada perbedaan diagnosis kesimetrisan dentokraniofasial pada metode dua dan tiga dimensi sehingga diharapkan ortodontis dapat menggunakan analisis tiga dimensi secara langsung pada hasil CBCT. ......The evaluation of dentoskeletal asymmetry is essential in orthodontics and orthognathic surgery, as it aids in diagnosis, treatment planning, and monitoring treatment outcomes. The asymmetry index developed by Katsumata is widely used in assessing craniofacial asymmetry. This study focuses on the comparative diagnosis between Katsumata asymmetry index in three-dimensional (3D) CBCT evaluations and conventional two-dimensional (2D) analysis comparing linear parameters on 2D reconstructed posteroanterior cephalogram. This research is aimed to widely share information and discuss further about utilization latest  three dimensinonal method especially measurement of asymmetry index by Katsumata for diagnosing dentocraniofacial asymmetry using cone beam computed tomography. A cross-sectional study was conducted on 15 CBCT data imaging. Posteroanterior cephalograms were reconstructed CBCT data imaging. Asymmetry index of fifteen anatomical parameter was measured on CBCT data imaging. Diagnosis was risen according to table of Katsumata.  Comparison of linear measurement on 2D reconstructed posteroanterior cephalogram was done on fifteen parameters. Diagnosis was risen accoding to the standard of Grummon analysis. Kappa Kohens were used to asses interexaminer reliabilities and Mc Nemar tests were used to asses intraexaminer reliabilities. The data was tested using Fisher’s exact test. Results showed no significant differences between diagnosis achieved by comparison in two-dimensional analysis (2D) and Katsumata’s asymmetry index in three-dimensional(3D) analysis. Kappa Kohen analysis was performed to every parameter for analyzing strength agreement in diagnosis between both methods. Better agreements are showed in maxillary parameter than mandible parameter. Newer method to evaluate dentoskeletal asymmetry using measurement asymmetry index in three-dimensional(3D) analysis CBCT is considered to have same result in diagnosis with two dimensional Grummon’s analysis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Arlika Putra Wibawa
Abstrak :
Latar Belakang: Deviasi atau ketidakseimbangan proporsi fasial serta hubungan gigigeligi yang menggangu fungsi, estetika dan profil wajah. Bedah ortognatik bertujuan memperbaiki ketidakharmonisan dan estetika wajah bekerjasama dengan perawatan ortodonti. Sagital split osteotomy merupakan reposisi segmen mandibula yang dilakukan secara bilateral. Perubahan posisi kondilus mandibula serta stabilitas skeletal pada pasien BSSO mempengaruhi asimetri kondilus mandibula yang dikaitkan dengan adanya resiko terjadinya TMD.

Tujuan: Mengetahui perbedaan kondilus mandibula pada pasien pra bedah dan pasca bedah BSSO di Divisi Bedah Mulut dan Maksilofasial RSCM, Jakarta dengan perhitungan indeks simetri dan asimetri kondilus mandibula. Material dan Metode: Penelitian retrospektif melalui radiografik panoramik pra bedah, pasca bedah dan 1 tahun pasca bedah BSSO prosedur setback mandibula di Divisi Bedah Mulut dan Maksillofasial, RSCM, Januari 2001 hingga Desember 2017 sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan 16 sampel. Setiap sampel dilakukan pengukuran pada radiografi panoramiknya dengan menggunakan teknik Habets dan teknik Kjellberg.

Hasil Penelitian: Haasil uji Repeated ANOVA, didapatkan hasil kemaknaan p = 0.389 maka p>0.05 pada indeks asimetri Habets pada saat pra bedah, pasca bedah dan 1 tahun pasca bedah,. Sedangkan uji Repeated ANOVA kelompok indeks simetri Kjellberg, didapatkan hasil kemaknaan p = 0.297 maka p>0.05 pada indeks asimetri Kjellberg pada saat pra bedah, pasca bedah dan 1 tahun pasca bedah.

Kesimpulan: Hasil penelitian indeks asimetri Habets dan indeks simetri Kjellberg menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada hasil pengukuran simetri dan asimetri mandibula. Orientasi kodilus terhadap fossa glenoid dan manuver posisi kondilus merupakan langkah terpenting yang harus dilakukan dalam BSSO.sehingga tujuan pokok BSSO yaitu perbaikan fungsi, estetik dan stabilitas dapat tercapai. ......Background: Deviations or imbalances in facial proportions and occlusions that interfere with facial function, aesthetics and profile. Orthognathic surgery aims to correct the disharmony and facial aesthetics in collaboration with orthodontic treatment. Sagittal split osteotomy is repositioning of the bilateral mandible segment. Changes in mandibular condyle position and bone stability in BSSO affect mandibular condyle asymmetry related to TMD risk.

Objective: To determine the differences in mandibular condyle in pre-surgical and postBSSO patients in the Oral and Maxillofacial Surgery Division, RSCM, by calculating the symmetry index and asymmetry of the mandibular condyle.

Materials and Methods: Retrospective studies through preoperative, postoperative and 1 year post-BSSO mandibular setback procedures panoramic radiographs in the Oral and Maxillofacial Surgery Division, RSCM, January 2001 to December 2017 according to inclusion and exclusion criteria and obtained 16 samples. Each sample was measured on its panoramic radiography using the Habets technique and the Kjellberg technique.

Result: The results of repeated ANOVA test obtained significance p = 0.389 then p> 0.05 in the Habet asymmetry index during pre-surgery, post-surgery and 1 year post-surgery. Whereas the Repeated ANOVA test from the Kjellberg symmetry index group, the result of significance was p = 0.297, then p> 0.05 on the Kjellberg asymmetry index during presurgery, post-surgery and 1 year post-surgery.

Conclusion: The results of the Habets asymmetry index and the Kjellberg symmetry index showed no significant differences in the results of measurements of mandibular symmetry and asymmetry. Condyle orientation to the glenoid fossa and condyle position maneuver are the most important steps that must be done in BSSO. So that the main objectives of BSSO are improvement of function, aesthetics and stability can be achieved.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Anggraini
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Perubahan yang terjadi pasca bedah pada area wajah dan leher dapat menyebabkan perubahan fisik, yang termasuk didalamnya perubahan Penampilan Wajah dan Leher yang dapat mempengaruhi Quality of Life Pasien. Tujuan: Menilai perbedaan QOL antara pasien dengan kategori simetri jika dibandingkan dengan pasien kategori asimetri pada pasien pasca reseksi mandibula dengan rekonstruksi pelat pada kasus ameloblastoma. Metode Penelitian: 20 subyek penelitian dilakukan penilaian QOL dengan menggunakan University of Washington Questionnaire (UW QOL) versi Bahasa Indonesia yang telah dilakukan cross cultural adaptation serta memiliki 8 item pernyataan yang valid dengan nilai konsistensi Alpha Cronbach?s sebesar 0,817. Penilaian perubahan fisik dilakukan dengan menggunakan fotografi frontal ekstra oral dengan membuat kategori asimetri, dengan perhitungan asymmetry index dan perhitungan pergeseran menton. Hasil : Terdapat perbedaan QOL yang signifikan antara pasien dengan kategori asimetri wajah jika dibandingkan dengan pasien kategori simetri wajah pada pasien pasca reseksi mandibula dengan rekonstruksi pelat. Pada pasien dengan kategori simetri memiliki skor QOL yang lebih tinggi dibanding pasien dengan kategori asimetri. Kesimpulan:Perubahan fisik pada wajah dan leher pasca reseksi bedah dengan rekonstruksi pelat mempengaruhi penilaian QOL pasien.
ABSTRACT
Background: Changes that occur after surgery on the face and neck area can be categorized into physical changes, which can affect the Quality of Life of Patients. This becomes important when the patient is a barometer of the success of the actions in the field of medicine. Purpose: Assess QOL differences between patients with asymmetry categories when compared with patients categories symmetry in patients with post-resection of mandibular reconstruction plate in the case of ameloblastoma. Methods: 20 subjects research conducted QOL assessment using the University of Washington Questionnaire (UW-QOL) Indonesian version that has been made cross-cultural adaptation and has 8 valid statement items and the value of consistency Cronbach's Alpha in point 0.817. Assessment of physical changes done by using extra-oral photography frontal asymmetry by creating categories, with the calculation of the index and a shift asymmetry menton. Results: There were significant differences in QOL among patients with symmetry categories compared with those categories of asymmetry in patients with post-resection mandibular reconstruction plate. In patients with category symmetry has a higher QOL scores than patients with category symmetry. Conclusions: Physical changes in the face and neck after surgical resection with reconstruction plate affect patient QOL assessment.
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library