Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elvi Khairunnisa
Abstrak :
Sebuah graf adalah pasangan himpunan dengan adalah himpunan tidak kosong dan adalah himpunan mungkin kosong pasangan tidak berurutan dari elemen-elemen . disebut dengan simpul dan disebut dengan busur. Pelabelan graceful didefinisikan sebagai pemberian label pada simpul suatu graf G yang memenuhi fungsi injektif dari himpunan simpul ke himpunan bilangan bulat tak negatif sedemikian sehingga setiap busur xy di G mendapat label , maka label setiap busur akan berbeda. Graf bunga aster merupakan graf yang dibentuk dari graf lingkaran dengan menghubungkan graf lintasan pada dua simpul yang bertetangga. Graf korona bunga aster merupakan graf yang dibentuk dari graf bunga aster dengan menambahkan r simpul daun pada setiap simpulnya. Pada tesis ini dibahas graf yang mempunyai pelabelan graceful atau tidak mempunyai pelabelan graceful pada graf bunga aster untuk dan graf korona bunga aster untuk dan. ...... A graph is a sets where is the non empty set and is the set of possibly empty of non sequential elements . is called as vertices and is called as edges. Graceful labeling is defined as labeling the vertices of graph that satisfies the injective function from the set of vertices to the set of non negative integers such that each of the xy edges in G gets label , then the label of each vertices will be distinct. An aster flower graph is a graph which generated from the cycle graph by connecting the path graph to the two adjacent vertices. A corona product of aster flower graph is a graph which generated from an aster flower graph by adding r leaf vertices on each vertex. This thesis discusses graphs that have graceful labeling or doesn rsquo t have graceful labeling on aster flower graph for and corona product of aster flower graph for and.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rani Suciharjo
Abstrak :
Penelitian dilakukan di Desa Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat dan terbagi menjadi lima lokasi yaitu; Wana Wisata, Tambak Perhutani 1, 2 dan 3 serta Tambak terbuka. Survei burung dilakukan pada akhir bulan Agustus hingga awal bulan September 2008. Metode sensus burung yang digunakan adalah metode transek titik (point transect). Pengolahan data burung menggunakan Encounter Rates (ER) dan pengolahan data citra satelit ASTER dan Landsat tahun 2007 menggunakan perangkat lunak komputer ER MAPPER versi 7.0 dan ARC VIEW versi 3.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 63 spesies burung yang termasuk ke dalam 12 ordo dan 31 famili. Hasil analisis korelasi antara luas lahan dengan nilai encounter rates (ER) menunjukkan adanya korelasi positif antara luas lahan dengan jumlah individu pada 12 spesies burung, dan korelasi negatif antara luas lahan dan jumlah individu yang ditemukan pada 9 spesies burung sedangkan 42 spesies burung tidak memiliki korelasi. Hasil penelitian memaparkan pula adanya korelasi positif antara NDVI kelas 4 (vegetasi yang tinggi) dengan ER (r = 0,926) dengan tingkat kepercayaan 92%. Indeks keanekaragaman spesies tertinggi dimiliki oleh wilayah Perhutani 2. Indeks kesamaan spesies burung di lima lokasi penelitian menunjukkkan bahwa lima lokasi penelitian membentuk tiga kelompok yang berbeda. Selain itu, diperoleh data mengenai luas dan penggunaan lahan dengan pengolahan citra satelit Landsat tahun 2007 di Kecamatan Blanakan dan data rekomendasi untuk kandidat Daerah penting bagi burung (DPB). Data mengenai status burung di lima lokasi penelitian berdasarkan kategori migrasi, IUCN, CITES, endemisitas, dan status perlindungannya dalam hukum negara Republik Indonesia dipaparkan pula dalam hasil penelitian
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riswijanto
Abstrak :
Minyak goreng diet adalah minyak goreng yang tidak dapat dimetabolisine oleh tuhuh dan dapat mcnarik koleslerol serta asam lemak bebas keluar dari tubuh. Studi ini . mensintesa ester dari sukrosa , fruktosa dan asam oleat serta stearat dengan menggunakan katalis asam (HC1) pada temperature 45 "C dengan pelarut DMF. Senyawa ester sukrosa oktaoluat dan fruklosa pentaoleat terbentuk dengan ditandai hilangnya serapan gugus OH pada bilangan gelombang 3500 - 3326 cm. Reaksi berlangsung dengan waktu 96 jam dan 112 jam.Titik didih sukrosa oktaoleat adalah 234 - 236 "C frukiosa penta oleat 216 - 217 "C fruktosa petaolat 257-260 °C. Sukrosa oklaslearal 272-274 "C sedangkan titik didih minyak bimoli 182- I83°C.
Cholesterol and trigliserida may he excreted by diet palm oil from the human body. In this study, it had already been synthesied such ester like as fructuosa pentasicoric. fructose pentastcaric. sucrosa octa olcic and sucrose oclasicaric. This ester can be synthesizes by substitution reaction between oleic or sacaric acid and sucrose or fructose as carbohydrate base.Those ester result simply from heating oleic or stearic acid and sucrosa or fructosa in DMF solution containing small amount of strong acid (HCI) catalyst at 45 °C. The esterification reaction is successfully, its to be convince by the fungsional group of hidroksil (3500 3326 em "1) have already disappear. The reaction completed at about 96 hour for fructose pentanteic ester and 112 "C of sucrose octaoleic. The boiling point of fructose penta oleic - 216-217 C. Sucrosa ociaoleic = 234-236 "C. Fructosa pentaolcic = 257-260 "C. Sucrose octastearie -? 272-274 "f where as Bimoli palm oil= 182-183 °C.
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2003
SAIN-8-2-2003-22
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Habib Subagio
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan pada sebagian kawasan pesisir Selat Madura Jawa Timur yang terfokus pada Delta Rungkut dan Delta Porong. Kedua delta ini terletak pada koordinat 7º 14? 30? LS ? 7 º 35? 00? LS dan 112 º 45? 00? BT - 113 º 0? 00? BT terpisah dengan jarak 26 km arah Utara ? Selatan. Peraiaran Selat Madura merupakan kawasan laut semi tertutup dengan potensi perikanan dan sumber daya mineral yang sangat tinggi. Deteksi perubahan garis pantai pada kedua delta dilakukan dalam kurun waktu 60 tahun (1945-2006) sementara perubahan topografi dasar laut diamati pada durasi yang lebih pendek yaitu 18 tahun (1989-2007). Metode yang digunakan untuk deteksi perubahan garis pantai adalah ekstraksi garis pantai melalui pemanfaatan data spasial multiwaktu yang terdiri dari data peta topografi analog dan citra satelit penginderaan jauh yaitu Landsat MSS, Landsat TM5, Landsat ETM7, serta ASTER. Metode yang digunakan untuk perolehan perubahan topografi dasar laut adalah kombinasi data kedalaman dari berbagai sumber dengan data pengukuran lapangan. Sistem Informasi Geografis digunakan untuk perolehan dimensi geometris perubahan kedua variabel diatas serta analisis spasialnya. Hasil ekstraksi garis pantai pada penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan garis pantai paling aktif terjadi di Delta Porong dengan nilai laju perubahan sebesar 57 m/tahun. Hasil penelitian mencatat perubahan sebesar 3505,4 m dari titik pengamatan tahun 1945-2006 yang berada pada bagian Selatan Delta Porong menuju arah Tenggara. Perubahan garis pantai pada wilayah ini terjadi hampir sepanjang waktu pengamatan. Semantara pada sisi Delta Porong bagian atas, perubahan garis pantai paling besar terjadi pada rentang waktu 1945-1985 sebesar 1980,2 m atau dengan laju 49,5 m/tahun, kemudian menurun secara gradien dengan laju 26,3 m/tahun sampai tahun 2006 dengan arah mendekati garis pantai tahun 1945 yang berarti terjadi proses erosi pada bagian delta ini. Kondisi serupa terjadi pada wilayah pengamatan Delta Rungkut, dimana terjadi proses yang sama pada kedua sisi delta tetapi dengan arah yang berlawanan. Sisi atas Delta Rungkut, terjadi proses sedimentasi yang menyebabkan penambahan garis pantai dengan laju mencapai 42,7 m/tahun selama rentang waktu 1945-2006. Sementara dibagian sisi bawah Delta Rungkut terjadi proses erosi mulai 1985 dengan laju 5,6 m/tahun. Pendangkalan terjadi pada hampir keseluruhan transek penelitian sampai dengan jarak < 2km dari garis pantai kemudian secara gradien terjadi pendalaman menjauhi garis pantai. Nilai rata-rata pendangkalan pada wilayah ini sebesar 8 cm/tahun dan pendalaman rata-rata sebesar 33 cm/tahun dengan distribusi yang hampir merata baik dibagian atas maupun bawah Selat Madura. Khusus pada wilayah bawah Delta Porong, proses pendangkalan terjadi sampai jarak sekitar 7 km dari garis pantai sebesar ± 4 m selama periode 18 tahun atau laju pendangkalan sebesar 22,2 cm/tahun. Pendalaman paling besar terjadi pada keseluruhan topografi dasar Delta Rungkut pada jarak 8 km dari garis pantai sebesar 6 m atau laju pendalaman sebesar 33,3 cm/tahun. Luaran dari penelitian merupakan salah satu penelitian dasar untuk studi pesisir dengan permasalahan yang lebih komplek. Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk pengelolaan kawasan pesisir dengan mempertimbangkan aspek lestari dan berkelanjutan sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas.
2007
T39485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nara Hajar Pandikawangi
Abstrak :
Alterasi hidrotermal merupakan salah satu indikasi adanya potensi aktivitas panas bumi berkaitan dengan keberadaan sistem fluida hidrotermal yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan eksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona dari fasies alterasi hidrotermal pada salah satu wilayah dengan potensi panas bumi, yaitu Kompleks Kaldera Ijen yang terindikasi terdapat sistem hidrotermal aktif terutama pada area Kawah Ijen. Zona fasies alterasi hidrotermal ditentukan berdasarkan distribusi dari mineral penciri alterasi hidrotermal, seperti kaolinit, alunit, klorit, epidot, illit, serisit, dan muskovit. Pemanfaatan metode penginderaan jauh dalam penelitian berupa Principal Component Analysis (PCA), Band Ratio (BR), Fault Fracture Density (FFD), dan Land Surface Temperature (LST) yang efektif untuk identifikasi mineral dan zona fasies alterasi hidrotermal. Data citra satelit ASTER dan Landsat 8 dipilih sebagai data yang dapat mengidentifikasi spektrum mineral alterasi secara detail pada band dari data citra. Hasil analisis pada penelitian dapat ditentukan keberadaan zona alterasi filik, argilik, dan propilitik di wilayah penelitian, yang kemudian digambarkan dalam peta zona fasies alterasi hidrotermal dan model penampang interpretatif yang dikorelasi kesesuaiannya dengan peta densitas struktur, area dengan anomali suhu tinggi, serta data lapangan analisis petrografi dari penelitian terdahulu. Zona alterasi hidrotermal pada daerah penelitian teridentifikasi berada pada bagian utara-timur laut (Blawan), barat daya-selatan (Jampit), tenggara (Ranteh), dan timur kaldera (Kawah Ijen dan sekitarnya). Pada area penelitian juga ditemukan manifestasi permukaan yaitu di area bagian utara dari kaldera (Blawan) dan bagian timur kaldera tepatnya Kawah Ijen. ......Hydrothermal alteration is one of the indicators to determine potential geothermal activity corresponding to the hydrothermal system for the importance of exploration. This research is aimed to determine hydrothermal alteration facies zone on one of potentially geothermal area, the Ijen Caldera Complex in which it is indicated with hydrothermal active system mainly at Kawah Ijen area. The hydrothermal alteration zone could be determined based on the distribution of hydrothermal alteration mineral i.e kaolinite, alunite, chlorite, epidote, illite, sericite, and muscovite. The remote sensing methods used in this research are Principal Component Analysis (PCA), Band Ratio (BR), Fault Fracture Density (FFD), and Land Surface Temperature which is proven effective to identify hydrothermal alteration mineral and facies zone. The satellite imagery data is chosen as preferred satellite image data that could identify alteration mineral spectrum in detail through band in the data. The results of this research are determined hydrothermal alteration zone of phyllic, argillic, and propylitic in the research area, that are represented in hydrothermal alteration facies zone map and interpretative cross-section model that is correlated with structure density map, high temperature anomaly zone, and petrographic field observation data based on several prior researches. Hydrothermal alteration zone in the research area are identified in the N-NE (Blawan), W-SW (Jampit), SE (Ranteh), and E (Kawah Ijen) of the caldera. Surface manifestations in the research area are also found specifically in the N (Blawan) and E (Kawah Ijen) of the caldera.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utut Rara Putra
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang morfometri DAS di bagian barat pulau jawa dengan unit analisis pada DAS dengan anak sungai pada tingkat ke tiga atau lebih. Unit analisis tersebut didapatkan dari hasil deliniasi DAS dengan menggunakan citra ASTER GDEM sebagai data acuan ketinggian. Variabel morfometri yang diteliti mencakup sepuluh variabel yaitu luas, panjang sungai utama, keliling, kerapatan jaringan sungai, tingkat percabangan sungai, tekstur jaringan, nisbah membulat, nisbah memanjang, relief rasio dan gradien tingkat kemiringan DAS. Hasil perhitungan nilai masing - masing morfomteri DAS di Jawa Bagian Barat didapatkan karakteristik pada masing - masing variabel morfometri tersebut berdasarkan topografi dan lithologi batuannya. Dari hasil analisis klustering dengan menggunakan metode kluster K-Means didapatkan hasil bahwa DAS - DAS mengelompok berdasarkan persamaan dari nilai rata - rata morfometri tersebut. Kelompok pertama merupakan DAS - DAS dengan nilai tekstur dan kerapatan jaringan paling rendah. Kelompok kedua dan ketiga dengan nilai gradien kemiringan dan tingkat percabangan sungai di atas nilai rata - rata. Kelompok keempat merupakan DAS - DAS dengan nilai rata - rata tekstur jaringan paling tinggi dan kluster kelima merupakan kelompok dengan nilai nisbah memanjang paling tinggi. Dari hasil uji nilai rata - rata, tidak terdapat perbedaan nilai morfometri yang signifikan antar batuan. Kemudian dari uji asosiasi didapatkan hasil bahwa kerapatan jaringan sungai yang tinggi berasosiasi dengan batuan vulkanik muda. ......This thesis discusses the morphometry of sub-catchment area in the western part of Java island with unit analisis in order to sub-catchment area three or more. The sub-catchment area are result from catchment deliniation using ASTER GDEM as elevation reference. There are 10 variables morphometry studied, basin wide, the length of the main rivers, basin perimeter, drainage density, biffuraction ratio, drainage texture, circulation ratio, elongated ratio, relief ratio and the basin slope. From the calculation for each morphometric in the western part of Java Island, each morphometric have characteristic based of topography and rocks lithology. From clustering method using K-Means Cluster, each basin grouping by their same morphometric. First cluster are catchment area with lowest drainage tekstur and drainage density. Second and third group are catchment area with high basin slope and biffuraction ratio. Fourth cluster is basins with highest mean drainage textur and fifth cluster are basins with highest elongated ratio. From the test results mean - average, there are no significant differences between variables and rock lihology. Then be obtained from the association test brought a high density of river network associated with young volcanic rocks.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42121
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library