Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adnina Fithra Azzahra
"ABSTRAK
Asam kojat merupakan asam organik yang memiliki banyak kegunaan diantaranya sebagai antibakteri, antifungal, antimelanosis, dan agen pengkelat, yang dihasilkan melalui fermentasi kapang genus Aspergillus dan Penicillium. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi yang optimal pada fermentasi menggunakan Aspergillus oryzae dengan melakukan optimasi medium dan kondisi fermentasi secara bertahap. Kadar asam kojat ditentukan dengan metode KLT densitometri dengan detektor UV pada panjang gelombang 318 nm. Kombinasi sukrosa dan yeast extract dipilih sebagai sumber karbon dan nitrogen terbaik dari sembilan variasi medium dengan jumlah asam kojat yang dihasilkan sebesar 1,5425 g/L. Keasaman medium yang paling optimum adalah pada pH 4,5 dibandingkan dengan pH 3,5 dan 5,5 dengan hasil asam kojat sebesar 1,7127 g/L. Fermentasi pada suhu 35 C menunjukkan kadar asam kojat yang lebih tinggi dibandingkan pada suhu ruang. Optimasi kondisi aerasi dilakukan dengan empat variasi volume medium dimana medium dengan volume 100 ml menghasilkan asam kojat dengan jumlah tertinggi yaitu 1,6472 g/L.. Hasil optimasi yang paling baik memiliki nilai yield sebesar 0,0370 gg-1.

ABSTRACT
Kojic acid is an organic acid that has many uses such as antibacterial, antifungal, antimelanosis, and chelating agent, which is produced by fermentation of genus Aspergillus and Penicillium. This study aimed to obtain optimal conditions on fermentation using Aspergillus oryzae by optimizing the medium and fermentation conditions gradually. Levels of kojic acid were determined by the method of TLC densitometry with UV detector at 318 nm wavelength. The combination of sucrose and yeast extract was chosen as the best source of carbon and nitrogen from nine medium variations with the amount of kojic acid produced at 1.5425 g L. The optimum acidity of the medium is at pH 4.5 in which 1.7127 g L of kojic acid produced, compared to medium with pH value of 3.5 and 5.5. Fermentation at 35 C indicates higher kojic acid production compared to room temperature. Optimization of aeration conditions was performed with four variations of medium volume where medium with 100 ml volume produced the highest amount of kojic acid at 1.6472 g L. The most optimum result has a yield value of 0.0370 gg 1."
2017
S69803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Eko Mulyono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ines Dawiyah Suwarjo
"ABSTRAK
Asam kojat merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan melalui proses fermentasi oleh kapang genus Aspergillus dan Penicillium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat kapang penghasil asam kojat dari alam dan memperoleh kondisi fermentasi terbaiknya dengan menggunakan substrat karbon kompleks. Kapang diisolasi dari tanah dan kayu. Isolat-isolat kapang diseleksi skala mikro dengan variasi medium. Substrat yang digunakan adalah sukrosa, pati jagung, pati singkong, dan hidrolisat selulosa. Kultur fermentasi ditetesi FeCl3 1 , dan warna merah-coklat terpekat Isolat IHJ2K dalam pati jagung-yeast extract dipilih sebagai kapang dan medium unggul untuk proses selanjutnya. Suspensi inokulum IHJ2K dan pembanding Aspergillus oryzae diinokulasi ke dalam 100 ml medium fermentasi dan diinkubasi pada suhu ruang, 180 rpm, selama 10 hari. Konsentrasi substrat pati jagung divariasikan menjadi 5 , 7,5 , dan 10 . Kadar asam kojat ditentukan dengan metode KLT densitometri dengan detektor UV pada panjang gelombang 318 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar asam kojat terbanyak dihasilkan oleh Aspergillus oryzae dengan substrat 10 , yaitu sebanyak 5,22 g/L. Namun fermentasi paling efisien adalah pada Aspergillus oryzae dengan substrat 7,5 dengan yield 0,53 g/g.

ABSTRACT
Kojic acid is a secondary metabolite compound produced by fermentation process by mold of genus Aspergillus and Penicillium. The objective of this research is to obtain the isolate of kojic acid producing mold from nature and to obtain the best fermentation condition by using complex carbon substrates. Molds were isolated from soil and wood. Isolates of fungi were screened with media variation. The substrates used were sucrose, corn starch, cassava starch, and cellulose hydrolyzate. The fermentation culture was dripped with FeCl3 1 and the most brownish red color formed IHJ2K strain in corn starch yeast extract was selected as the best mold and media for further process. The IHJ2K inoculum suspension and Aspergillus oryzae, as reference, were inoculated into 100 ml of fermentation media and incubated at room temperature, 180 rpm for 10 days. The concentration of corn starch was varied to 5 , 7.5 , and 10 . Levels of kojic acid were determined by TLC densitometry with UV detector at 318 nm wavelength. The results showed that the highest level of kojic acid was produced by Aspergillus oryzae with 10 of substrate, which was 5.22 g L. However, the most efficient fermentation was obtained by Aspergillus oryzae with 7.5 of substrate, which yield obtained was 0.53 g g. "
2017
S69832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tri Hastuti Septiarini
"Asam kojat atau kojic acid adalah asam organik yang juga merupakan suatu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh berbagai mikroorganisme, salah satunya yaitu Aspergillus oryzae. Dua area utama yang biasanya dikembangkan untuk peningkatan produksi asam kojat adalah pemuliaan galur (strain improvement) dan pengembangan kondisi fermentasi. Hal ini bertujuan untuk mencari metode peningkatan produksi terbaik, yang cepat, murah, efisien, dan tentunya efektif. Random mutagenesis merupakan pendekatan klasik untuk menghasilkan suatu mutan, dimana pada metode ini akan dihasilkan mutasi yang bersifat acak. Sel-sel Aspergillus oryzae yang dipaparkan pada mutagen fisika seperti radiasi sinar UV dan gamma atau pada mutagen kimia seperti N-metil-N-nitro-N-nitrosoguanidin (NTG) dan Etil metan sulfonat (EMS), menunjukkan kemampuannya dalam meningkatkan produksi asam kojat. Beberapa jenis metode mutasi baru seperti Ion Beam Implantation dan Atmospheric and room temperature plasma (ARTP) juga diketahui memiliki efektivitas yang baik dalam upaya meningkatkan produksi produk-produk biologis seperti asam kojat. Komparasi metode random mutagenesis pada galur Aspergillus oryzae dengan penggunaan berbagai jenis mutagen perlu dilakukan untuk memberikan gambaran lebih baik dari tiap metode sehingga dapat membantu peneliti maupun pelajar lainnya dalam mempelajari maupun memilih metode mutagenesis terbaik untuk meningkatkan produksi asam kojat.

Kojic acid is an organic acid which is also a secondary metabolite produced by various microorganisms, one of which is Aspergillus oryzae. Two main areas that are usually enhanced for the purpose of increasing kojic acid production are strain improvement and optimization of fermentation conditions. Mutations in kojic acid-producing genes such as the Aspergillus oryzae strain are believed to be effective in increasing the yield of kojic acid. Random mutagenesis is a classic approach for inducing and producing mutants, and in this method, random mutations are produced. Aspergillus oryzae strains that are exposed to physical mutagens such as UV and gamma radiation or to chemical mutagens such as N-methyl-N-nitro-N-nitrosoguanidine (NTG) and Ethyl methane sulfonate (EMS), showed their abilities in increasing the production of kojic acid. Several types of new mutation methods such as Ion Beam Implantation and Atmospheric and room temperature plasma (ARTP) also showed good responses in enhancing the production of biological products such as kojic acid. Comparing these random mutagenesis methods of Aspergillus oryzae with the use of various types of mutagen needs to be done in order to provide a better insight of each method so that it can help researchers and also students in learning and choosing the most suitable method in increasing the kojic acid production."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Niawati
"Aspergillus oryzae dilakukan kultivasi pada medium limbah berupa onggok dan ampas tahu dengan menggunakan metode submerged fermentation dan ekstraksi sonikasi dengan pelarut etanol untuk menghasilkan asam lemak tak jenuh. Ekstraksi etanol merupakan salah satu ekstraksi yang aman, sehingga asam lemak yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat diaplikasikan pada industri pangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu optimum dalam produksi asam lemak tak jenuh berada pada suhu 300C dengan menghasilkan 65,88 % asam lemak tak jenuh terdiri dari 1,28% MUFA dan 64,6 % PUFA, serta pH 4 menghasilkan asam lemak tak jenuh tertinggi sebesar 54,44% dengan 1,84% MUFA dan 52,6% PU.

Aspergillus oryzae is cultivated in medium based on onggok and tofu?s solid waste by using submerged fermentation and extraction of sonication with ethanol solvent to produce unsaturated fatty acid. Ethanol extraction is one of the safe extraction methods, so the fatty acid can be applied to the food industry.
The result showed the optimum incubation temperature in the production of unsaturated fatty acid at 300C with 65.88% unsaturated fatty acids that consist of 1.28% MUFA and 64.6% PUFA. And also pH 4 result the highest unsaturated fatty acid of 54.44 with 1.84% MUFA and 52.6% PUFA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fhani Meliana
"Penyakit jantung koroner merupakan masalah yang cukup banyak ditemukan di beberapa negara pada usia 25-60 tahun. Berbagai pengobatan medis telah dikembangkan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit jantung koroner. Pengobatan oral medis yang telah umum dilakukan adalah pengobatan menggunakan nitrogylcerin, isosorbide, beta blocker, namun kebanyakan memiliki efek cepat namun dalam jangka waktu yang pendek sehingga tidak dapat digunakan sebagai pengobatan berkelanjutan. Akar Salvia milthiorrhiza mengandung asam przewalskinik A yaitu molekul kecil asam fenolik yang dapat diperoleh dengan metode maserasi. Asam fenolik ini menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat dan memiliki efek potensial dalam melindungi otak dan jantung yang disebabkan oleh ischemia reperfusion. Asam przewalskinik A merupakan senyawa yang langka namun dapat diproduksi melalui biotransformasi senyawa asam salvianolik B oleh crude enzim Aspergillus oryzae. Asam salvianolik B diperoleh dengan teknik esktraksi metanol. Asam salvianolik B setelah direaksikan dengan crude enzim menghasilkan kenaikan aktivitas antioksidan sebanyak 20,2% untuk variasi waktu inkubasi Aspergillus oryzae dan 15,8% untuk variasi konsentrasi ampas tahu sebagai sumber nitrogen. Aktivitas spesifik enzim yang dihasilkan pada variasi waktu inkubasi sebesar 0,0068 U/mg. Sedangkan, aktivitas spesifik yang dihasilkan pada variasi konsentrasi ampas tahu yaitu 0,0059 U/mg.

The numbers of coronary heart disease patient were excessive and spread in many countries, even in developed countries especially in 25-60 ages. Many of medical treatment were developed in order to prevent and to cope with coronary heart disease. Common oral medical treatments for sufferer are using nitroglycerin, isosorbide, and beta-blocker, but they have fast effects but just in short term, so it cannot use for sustainable medications. Salvia milthiorrhiza root contains przewalskinik acid A which is small molecules of phenolic acid. This phenolic acid shows strong antioxidants activities and gives potential effects in protecting brain and heart damage which caused by ischemia reperfusion. Przewalskinik acid A is rare compound but it can be produced from biotransformation of salvianolic acid B using crude enzyme from Aspergillus oryzae. After reacted by crude enzyme, salvianolic acid B shows increase of antioxidant activity 20,2% in incubation time variation of Aspergillus oryzae and 15,8% in variation of tofu waste concentration as nitrogen source. Specific activity of enzyme in variation of incubation time is 0,0068 U/mg. Whereas, specific activity of enzyme in tofu waste concentration as nitrogen source is 0,0059 U/mg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Putri Pinasthika
"Dua persen dari 48 juta penyandang cacat menderita tuna grahita, dimana penyebab terbesar adalah kekurangan Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA dan Eicosapentanoic Acid EPA yang berperan dalam perkembangan otak. Single Cell Oil, yaitu pemanfaatan mikroorganisme satu sel, dapat menjadi solusi, seperti kapang Aspergillus oryzae, untuk menghasilkan AA, DHA EPA. Kapang A. oryzae dikultivasi pada medium Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA dan Malt Extract Agar MEA, lalu divariasikan waktu inkubasinya selama 2,4,5,6 dan 7 hari pada medium yang optimal. Lipid kapang diekstrak menggunakan etanol dan n-heksana. Karakterisasi lipid kapang dilakukan dengan metode kromatografi gas GC. Medium yang paling optimal adalah CDA dengan produktivitas lipid 21,516. Waktu inkubasi yang paling optimal pada medium CDA adalah 5 hari dengan produktivitas lipid sebesar 33,59 yang mengandung 58,3 asam lemak tak jenuh. Komposisi asam lemak tak jenuh yang dihasilkan pada hari ke-5 adalah 29,2 oleat; 29,1 linoleat dan 0,046 EPA.

Two percent of the 48 million people with disabilities suffer from mental illness, where the biggest cause is the lack of Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA and Eicosapentanoic Acid EPA that play a role in brain development. Single Cell Oil, which utilizes one cell microorganism, can be a solution, such as Aspergillus oryzae, to produce AA, DHA EPA. A. oryzae was cultivated on Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA and Malt Extract Agar MEA, then the incubation time are 2,4,5,6 and 7 days in optimal medium. Lipid were extracted using ethanol and n hexane. The characterization of lipid was done by gas chromatography GC method. The most optimal medium is CDA with a lipid yield of 21.516. The most optimal incubation time on CDA medium was 5 days with 33.59 lipid productivity containing 58.3 unsaturated fatty acid. The unsaturated fatty acid composition produced on the 5th day was 29.2 oleate 29.1 linoleate and 0.046 EPA."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Miranti
"Zat yang harus terpenuhi untuk proses perkembangan sel terutama sel otak, adalah asam lemak seperti AA, DHA dan EPA. Kapang dapat menjadi sumber alternatif asam lemak tak jenuh seperti omega 3, omega 6, dan omega 9 khususnya AA, DHA dan EPA. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penelitian mengenai variasi kondisi operasi yang sesuai untuk pertumbuhan Aspergillus oryzae dalam produksi asam lemak tak jenuh AA, DHA dan EPA dengan metode Submerged Fermentation menggunakan media sintetis dan ekstrasi bertingkat. Aspergillus oryzae akan dikultivasi pada medium PDA dengan menggunakan sumber karbon pada substrat berupa glukosa dan Ammonium sulfate serta yeast extract sebagai sumber nitrogen. Ekstraksi yang digunakan menggunakan etanol dan n-heksana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laju agitasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 120 RPM dengan yield lipid sebesar 28,28 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 50,36 . Laju agitasi optimum untuk produksi EPA adalah sebesar 120 RPM dengan komposisi EPA yang didapatkan sebesar 2,42. Serta pH medium optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah pH 6 dengan yield lipid sebesar 22,35 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 45,5. Sedangkan Suhu inkubasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 25°C dengan yield lipid sebesar 13,19 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 62,15 . Jenis asam lemak tak jenuh yang diperoleh dari Aspergillus oryzae adalah oleat, linoleat, linolenat dan EPA.
There are several substances that needs to be fulfill to keep the brain cell growth such as AA, DHA and EPA. Fungi is one of the alternative source of omega 3, omega 6, omega 9 especially AA, DHA and EPA. This research variates operating condition that is suitable for the growth of Aspergillus oryzae in AA, DHA, and EPA fatty acid production with Submerged Fermentation using synthetic medium and layered extraction. Aspergillus oryzae will be cultivated in medium using glucose as carbon source and Ammonium sulfate and yeast extract as nitrogen source. The extraction method using ethanol and n hexane as solvent.
The result shows that optimum agitation rate for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 120 RPM, lipid yield 28,28 and unsaturated fatty acid content 50,36. Optimum medium pH for PUFA production of Aspergillus oryzae is 6, lipid yield 22,35 and unsaturated fatty acid content 45,5. Optimum incubation temperature for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 25°C, lipid yield 13,19 and unsaturated fatty acid content 62,15. Unsaturated fatty acids produced from Aspergillus oryzae are oleic, linoleic, linolenic and EPA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shaina Tania
"Gangguan spectrum autisma GSA merupakan gangguan perkembangan neurologis pada anak di mana terdapat perubahan dalam metabolisme asam lemak tak Jenuh dengan rasio EPA Eicosapentaenoic Acid dan AA Arachidonic Acid yang tinggi yang menurunkan produksi ceruloplasmin Cp yang menyebabkan gejala-gejala perilaku dalam individu GSA. Oleh karena itu, gangguan sosial pada penderita GSA dapat ditangani dengan suplementasi AA.
Dalam penilitian ini, akan dilihat kemampuan Aspergillus oryzae dalam memproduksi asam lemak dan PUFA dengan fokus pada AA dengan metode fermentasi tiga tahap serta konsentrasi glukosa optimum untuk propagasi miselium pada medium tahap satu dan akumulasi lipid pada medium tahap dua. Ekstraksi dlakukan dengan menggunakan klroform dan metanol.
Hasil penelitian konsentrasi glukosa optimum untuk propagasi miselium adalah 60 g/L dengan berat biomassa kering 1,079 g. Sedangkan, untuk medium tahap dua konsentrasi glukosa yang optimum adalah 40 g/L dengan perbandingan berat lipid dan biomassa kering 17,18. Dengan metode fermentasi tiga tahap kadar asam lemak tak jenuh yang terbaik mencapai 64,43 dengan 31,67 asam lemak jenuh. Sedangkan produksi AA terbaik didapatkan pada kultur dengan konsentrasi glukosa 60 g/L pada medium tahap dua dengan 0,06.

Acid to AA Arachidonic Acid ratio, this decreases the production of ceruloplasmin Cp that can be cured from AA supplementation. The main source PUFA is fish oil, which is limited, thus an alternative source is needed. A possible source can be found in microorganisms.
In this paper Aspergillus oryzae is evaluated for its ability to produce fatty acids and AA with the three stage fermentation method as well as the optimum glucose concentration for the first and second stage of fermentation. The extraction of lipids is done with a mixtrure of chloroform and methanol.
The results of this research find the optimum glucose concentration for miscellium propagation in the first stage medium is 60 g L resulting in 1,079 g of dry biomass. On the other hand, the optimum glucose concentration for the second stage, which is the lipid accumulation stage is 40 g L resulting in 17,18 of lipid compared to the dry biomass. With the three stage fermentation method, the best unsaturated fatty acid content in the lipid produced is 64,43 with 31,67 of saturated fatty acid. While the highest amount of AA produced is 0,06 with 60g L of glucose in the second stage medium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>