Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Purnama
Abstrak :
Humor merupakan salah satu aktivitas yang digemari oleh masyarakat. Humor digemari karena dapat menghibur, dapat membebaskan kita dari kejenuhan, dan dapat mencairkan suasana. Salah satu jenis humor adalah pelesetan. Pelesetan biasanya digunakan hanya untuk menghibur, bukan untuk menyindir. Cara penyampaian pelesetan ada bermacam-macam, salah satunya adalah melalui tuturan tanya jawab. Pada bentuk ini, jawaban yang diberikan atas pertanyaan biasanya berupa pelesetan. Salah satu faktor penting dalam sebuah pelesetan adalah kesamaan faktor sosial dan budaya antara penutur dan mitra tutur. Apabila tidak ada kesamaan konteks sosial-budaya, pelesetan itu tidak akan berhasil. Dalam menciptakan pelesetan, ada permainan bunyi dan permainan makna yang terjadi. Hal tersebutlah yang menyebabkan kelucuan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menjelaskan pemaknaan kelucuan dan permainan bunyi dalam pelesetan yang ada dalam tuturan tanya jawab. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode simak, dan teknik lanjutannya adalah teknik rekam. Pemilihan data dari tuturan tanya jawab karena tuturan tanya jawab sangat produktif menghasilkan pelesetan dibandingkan cara penyampaian pelesetan yang lain. Pada intinya kelucuan yang dihasilkan dari pelesetan adalah dengan mempermainkan bunyi. Kemudian dari permainan bunyi itu muncul permainan makna kata. Kelucuan dalam pelesetan juga dihasilkan dari kolokasi dua buah jawaban yang tidak biasa untuk berkolokasi
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zifonun, Gisela
Tubingen : Narr , 1987
435 ZIF k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Dewi Sabastian
Abstrak :
Bahasa tubuh merupakan salah satu bagian terpenting dalam komunikasi. Bahasa tubuh dan elemen-elemen verbal membentuk satu kesatuan makna di dalam komunikasi. Bahasa tubuh yang terdiri dari gestik, mimik, dan prosodi berfungsi sebagai alat Bantu berekspresi dalam komunikasi. Dalam skripsi ini saya meneliti pengaruh bahasa tubuh terhadap makna percakapan dalam turn Lippels Traum. Data yang dijadikan objek penelitian berasal dari 10 percakapan dalam film Lippels Traum. Dalam penelitian ini saya menggunakan teori mengenai Bahasa Tubuh dari Wolfgang Boettcher, Teori mengenai Ilubungan antara Bahasa Tubuh dengan Latar Belakang Budaya dari Wallboti, serta Teori-teori dari Apeltauer. Littlejohn, dan Lyons sebagai landasan teori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa tubuh tidak hanya mempengaruhi makna percakapan, tetapi juga merupakan bagian dari makna itu sendiri dalam komunikasi. Dalam suatu masyarakat bahasa, pengetahuan mengenai bahasa tubuh menjadi syarat berhasilnya suatu komunikasi.
Body language is one of the most important parts of communication. It forms the whole meaning of communication along with the verbal elements. It consists of gesture, mime, and prosodic, which function as means of expression and communication. In my thesis I have analyzed the influences of body language to the meaning of verbal conversation in film Lippels 7raum. The data of my analysis is 10 scenes of' conversation of film Lippels Traum. In this analysis, The Theory of Body Language from Wolfgang Boettcher, Theory of 'Ihe Relation between Body Language and Cultural Background from Wallbott, and Theories from Apeltauer, Littlejohn and Lyons arc used as the basic theories. The result shows that body language influences not only the meaning of conversations, but it is also a part of the meaning itself in a communication. In a language community, the knowledge of body language is required for a successful communication.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Konigstein: Ts. Scriptor, 1978
430.7 ANS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Mochthar Ngabalin
Abstrak :
Mengharapkan hadimya seorang Tokoh yang didengar, dihormati, dan disegani, adalah suatu dambaan tersendiri bagi masyarakat di Maluku saat ini. Betapa tidak, negeri yang terkenal, toleran dan konpromis, dalam nuansa heterogenitas masyarakat yang kental tersebut, kini diporak-porandakan oieh konfiik, dan tidak ada seorang pun yang mampu menyelesaikannya. Koniiik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini, hampir dapat dikata berhasil meluluh-lantakan semua tatanan sosial Iokal yang selama ini terbangun mapan di masyarakat meialui proses-proses kultural. Dengan kata lain, pemirnpin dan kepemimpinan di Maluku dalam skala kecil (in grup), maupun masyarakat secara luas, saat ini dipertanyakan.

Padahal, berbicara mengenai pemuka pendapat di Maluku, tidak kurang banyaknya orang yang memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai pemuka pendapat. Berbagai pengalaman telah membuktikan bahwa Iewat kepemukaannya, para pemuka pendapat memperiihatkan peranannya yang dominan dan signiiikan, di masyafakat. Kepemukaan mereka telah banyak dibuktikan dalam hai penyelesaian konfiik yang terjadi di masyarakat, dimana tidak periu mengikutsertakan pihak Iuar (termasuk TNI dan Polri).

Dalam sejarah perjalanan masyarakat di Maluku, kemampuan pemuka pendapat dalam mengelola konflik terlihat sedemikian rupa, sehingga konflik dengan dampak yang negatif sekalipun, mampu dikelola menjadi kekuatan yang positif. Hasilnya adalah, terbangunnya relasi-relasi sosial, kohesi sosial bahkan integrasi sosial. Kenyataan ini yang melahirkan hubungan-hubungan seperti, Pela dan Gandong.

Ketika konflik terus berlanjut, orang lalu menanyakan dimana peran pemuka pendapat yang selama ini ada ? siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai pemuka pendapat, dan bagaimana perannya saat ini? Pertanyaan-pertanyaan ini yang mendorong dilakukannya studi ini.

Dari hasil studi di lapangan, ditemukan seiumlah fakta berkaitan dengan permasalahan sebagaimana diajukan di atas. Pertama, konfiik yang terjadi sejak 19 Januari 1999, adalah konflik yang direncanakan, dengan memanfaatkan sejumlah persoalan sosial seperti, masalah mayoritas- minoritas, masalah kebijakan politik pemerintahan Orde Baru, masalah kesenjangan sosial, ekonomi antara pusat dan daerah, masalah imigran dan penduduk asli, serta masalah politisasi agama. Kedua, Konfiik berhasil membangun fanatisme kelompok yang sempit, dimana setiap orang mengidentifikasi dirinya secara subyektif berbeda dengan orang lain di Iuar kelompoknya. Dengan demikian, kepemukaan seseorang sering mengalami gangguan komunikasi dalam berhadapan dengan kelompok di Iuamya (out group). Ketiga, Masuknya kelompok Iuar dalam jumlah besar dengan kekuatan dan kekuasaan yang besar, adalah faktor kendala tersendiri bagi berperannya seorang-pemuka pendapat secara signiikan di Maluku.

Untuk maksud studi ini, maka tipe penelitian yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Dengan metode ini diharapkan akan dapat dituliskan secara sistimatis semua fenimena konflik yang terjadi di masyarakat pada Iatar alamiahnya, dan bagaimana peran pemuka pendapat dalam upaya penyelesaian konflik tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library