"Regionalisme merupakan satu dari banyak konsep yang sangat identik dengan studi Ilmu Hubungan Internasional. Kajian mengenai regionalisme sendiri telah mengalami proliferasi sejak berakhirnya Perang Dunia 2, dimulai dari upaya negara-negara Eropa untuk mencegah terjadinya konflik antar negara dalam skala besar pada masa yang akan datang, pembuatan kebijakan top-down dari negara menghasilkan institusi-institusi internasional yang berfungsi untuk memfasilitasi dialog dan kerja sama antar negara dalam konteks wilayah-wilayah tertentu. Seiring berjalannya waktu, fenomena regionalisme ini mulai muncul pada sejumlah wilayah-wilayah di dunia, tak terkecuali wilayah-wilayah yang memiliki latar belakang pasca-kolonial seperti Afrika Timur, Asia Tenggara, dan wilayah yang menjadi fokus literatur penulis kali ini, yakni Asia Selatan. Berdasarkan gambaran tersebut, literatur ini bertujuan untuk meninjau literatur-literatur akademik terdahulu dalam yang membahas mengenai fenomena regionalisme di wilayah Asia Selatan. Jenis-jenis literatur yang digunakanpun beragam, dari mulai artikel jurnal hingga bab-bab dalam buku akademik. Secara garis besar, tulisan ini adalah tinjauan literatur akademik yang mengaplikasikan metode pengorganisasian taksonomi yang menyertakan 46 literatur akademik yang terakreditasi dan dikelompokkan menjadi empat tema besar, yakni: (1) Orientasi Regionalisme Asia Selatan, (2) Peran Aktor Regionalisme Asia Selatan, (3) Manifestasi Regionalisme Asia Selatan, dan (4) Reorientasi Regionalisme Asia Selatan. Penulis menemukan bahwa pembentukan regionalisme Asia Selatan kontemporer memiliki asal muasal pada era pra-kolonial, melalui penanaman sejumlah institusi pemerintahan yang dilakukan oleh otoritas kekuasaan lokal pada kala itu. Namun dewasa ini, regionalisme Asia Selatan lebih identik dengan kata-kata seperti “perpecahan”, “persengketaan”, dan minimnya kerja sama antar negara-negara anggotanya secara umum. Situasi ini berdasar kepada tingginya peran aktor negara dalam mengarahkan kebijakan luar negeri di kawasan, yang disertakan dengan tingginya rasa ketidakpercayaan antara dua aktor negara paling dominan di kawasan, yakni India dan Pakistan. Pada akhirnya, tingginya dominasi dan rendahnya tingkat kepercayaan antara kedua negara ini telah menghambat regionalisme Asia Selatan selama lebih dari 7 dekade, terlepas dari keberadaan SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation) sebagai institusi regional selama 4 dekade terakhir.
Regionalism is one of many concepts closely associated with the study of International Relations. The study of regionalism itself has proliferated since the end of World War II, starting with the efforts of European countries to prevent large-scale conflicts among nations in the future. This resulted in a top-down policy-making of states which bring about the creation of international institutions to facilitate dialogue and cooperation among countries in specific regional contexts. Over time, this phenomenon of regionalism began to appear in various regions worldwide, including post-colonial regions like East Africa, Southeast Asia, and the focus of this literature, South Asia. Based on this overview, this literature aims to review earlier academic works that discuss the phenomenon of regionalism in the South Asian region. Various types of literature are used, ranging from journal articles to chapters in academic books. Broadly speaking, this writing is an academic literature review that applies the taxonomy organizing method, including 46 accredited academic literatures which is categorized into four major themes: (1) The Orientation of South Asian Regionalism, (2) The Role of Actors in South Asian Regionalism, (3) South Asian Regionalism’s Manifestations, and (4) The Reorientation of South Asian Regionalism. The author’s findings found out that the formation of contemporary South Asian regionalism has its origins in the pre-colonial era through the establishment of various governance institutions by local authorities at that time. However, today, South Asian regionalism is more-often-thannot, synonymous with words such as “division”, “disputes”, and an overall lack of cooperation among its member countries. This situation is based on the significant role of state actors in directing national foreign policies in the region, accompanied by a high level of distrust between the two most dominant state actors in the region, namely India and Pakistan. Ultimately, the high dominance and the accompanying low level of trust between these two countries have hindered South Asian regionalism for more than seven decades, despite the existence of SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation) as a regional institution for the last four decades."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023