Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shelly Nathassha
Abstrak :
Starch is an additive substance which is use in industry, food, and pharmacy. Despite of it, the use of starch is limited so usually modified into ester starch, one of them is acetate starch which is made of acetate anhydride as substituent compound. Microwave heating is one of method to make acetate starch. To obtain the optimal degree of substitution can be made experimentation with varied temperatures and durations. This method also conducted at amylose from of cassava starch isolation, to know how many acetate group which substitution. The lowest degree of substitution (DS), reached in heating during 1,5 minutes at 85°C, is 0,055 for acetate starch and 0,037 for acetate amylose. The highest degree of substitute for acetate starch obtained in heating during 7 minutes at 140°C is 0,093. The highest degree of substitute for acetate amylosa is 0,059 in heating during 3,5 minutes at 105°C which produce brownish powder.
Pati adalah suatu bahan tambahan yang dapat digunakan dalam industri, pangan dan farmasetika. Namun, penggunaannya terbatas, sehingga biasanya dilakukan modifikasi yang salah satunya adalah pembentukan pati ester, yaitu pati asetat yang dibuat dengan menggunakan asetat anhidrida sebagai senyawa pensubstitusi. Salah satu cara untuk membuat pati asetat adalah dengan pemanasan menggunakan microwave. Untuk memperoleh derajat substitusi (DS) yang optimal dilakukan percobaan dengan variasi waktu dan suhu. Metode ini juga dilakukan pada amilosa hasil isolasi pati singkong, untuk mengetahui seberapa banyak gugus asetat yang tersubstitusi. DS pati asetat terendah diperoleh pada pemanasan selama 1,5 menit pada suhu 85°C yaitu sebesar 0,055 dan untuk amilosa asetat sebesar 0,037. DS tertinggi pati asetat diperoleh pada pemanasan selama 7 menit, pada suhu 140°C yaitu sebesar 0,093, sedangkan amilosa asetat sebesar 0.059 pada pemanasan selama 3,5 menit, pada suhu 105°C dan menghasilkan serbuk yang berwarna coklat muda.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aulung
Abstrak :
ABSTRAK Di sekitar lingkungan hidup kita terdapat banyak damur, karena Iklim tropik sesuai untuk pertumbuhannya. Salah satu maealah yang menarik perhatian pada masa kini adalah maealah infeksi yang dieebabkan oleh Jamur, khusuenya infeksi jamur sietemik. Keberadaan jsmur dalam tubuh sebagai saproba, tidak menimbulkan kelainan, karena adanya pertahanan tubuh. Apabila pertahanan tubuh ditekan, maka jamur dapat menimbulkan infeksi (penyakit). Penekanan sietim imun oleh obat imunosupresif dapat menyebabkan jamur eaproba menjadi patogen CKerkering, 1981, Wasser, 1987 dan Susilo, 1991). Pemakaian antibiotika yang berlebihan akan mengubah keseimbangan mikroflora yang mencolok di dalam tubuh, menyebabkan jamur tumbuh dengan eubur dan berkembang (Janas, 1985 dan Setiabudy, 1987). Sueilo (1991) mengemukakan bahwa penderita yang memerlukan pengobatan antibiotika dan atau kortikosteroid, kemungklnan beear akan mendapat infekei oleh jamur setelah beberapa lama. Peneliti lain aeperti Suprihatin, (1979), Susworo (1990) dan Anaissie (1991), mengemukakan bahwa infeksi jamur (mikoeie sistemik) semakin banyak ditemukan, sehubungan dengan meningkatnya pemakaian obat antibiotika dan obat imunosupresif seperti obat golongan steroid dan aitostatika. Dikatakan selanjutnya bahwa jamur sistemik juga eering ditemukan pada penderita "immunocompromised", yaitu seorang penderita yang sietem kekebalan tubuhnya terganggu sehingga mudah terkena infeksi (Susilo, 1992). Penderita yang mendapat transplantasi organ, penderita kanker dan penderita "Acquired immune deficiency syndrome" (AIDS) adalah beberapa contoh penderita "Immunocompromised". Pada kerusakan eelaput iendir dan kulit oleh tumor ganae di telinga, hidung dan tenggorokan, kemungkinan terjadinya infeksi oleh jamur tidak dapat disangkal lagi dieamping infeksi oleh bakteri. Menurut Munir (1991). Penderita kanker yang menjalani pembedahan di telinga, hidung dan tenggorokan ditemukan jamur Candida dan AspergllluB. Bonadonna (1988) (dalam Ramli dan Darwis 1991) mengemukakan bahwa pada 10 70% penderita yang meninggal karena kanker ditemukan jamur, terutama Candida dan AspergllluB. Beberapa penyelidik mengemukakan bahwa infeksi jamur pada penderita tumor ganas dan AIDS makin meningkat, mortalitas Juga makin meningkat. Kesulitan yang dihadapi ialah infeksi oleh Jamur sulit didiagnosis terutama pada stadium dini (Kenneth, 1991). Keadaan neutropenia sengat potensial untuk terjadinya jamur eistemik yang sering (Munir, 1991). Neutropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah neutrofil menurun. Pemberian terapi kortikosteroid juga dapat mengganggu fungsi neutrofil, eehingga mudah terinfeksi oleh jamur (Ramli dan Darwis, 1991). Infeksi noeokomial adalah suatu infekei yang didapat seseorang di rumah sakit. Jamur udara Juga dapat merupakan pencemar, ditemukan di laboratorium dan rumah sakit. Jamur pencemar ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial pada penderita yang dirawat di rumah sakit yang sistim imunnya terganggu. Infeksi nosokomial oleh jamur dapat terjadi secara endogen, yaitu jamur penyebab telah ada di dalam tubuh, atau secara eksogen bila Jamur penyebab berasal dari luar tubuh. Infeksi nosokomial oleh Jamur dapat timbul bila terdapat faktor predisposisi seperti adanya keganasan, penderita diabetes melitus, higiene mulut yang buruk, pemberian kortikosteroid, antibiotika serta pada pasien-pasien yang memperoleh radioterapi (Roesie, 1987). Jamur Candida sering ditemukan sebagai kausa infeksi nosokomial pada saluran kemih, luka akibat operasi, saluran nafas bagian bawah, darah dan alat tubuh lainnya (Supardi, 1991). Suryatenggara (1991) Melaporkan selain Candida sebagai infeksi nosokomial, ditemukan juga Aaperelllug, Penlclll±wn dan Mucor. Menurut Susilo (1992) selain jamur saproba {Candida) dan (AepergllluB) Juga Jamur lain dapat menyebabkan infeksi noeokomial.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silva Abraham
Abstrak :
Penelitian mengenai eksplorasi senyawa aktif kapang endofit dari tumbuhan mangrove dan aplikasinya sebagai bioinsektisida telah dilakukan. Sebanyak 110 kapang endofit telah diperoleh dari akar, ranting, daun, dan serasah Rhizophora mucronata, Avicennia marina, dan Soneratia alba menggunakan enam jenis media dan lima jenis metode isolasi. Lima dari 110 isolat kapang endofit menunjukkan toksisitas tertinggi (menyebabkan mortalitas lebih dari 90% pada konsentrasi 80 ppm) terhadap larva Artemia salina. Kelima isolat kapang tersebut diidentifikasi berdasarkan data sequence daerah ITS rDNA dan pengamatan morfologi sebagai Emericella nidulans (BPPTCC 6035 dan BPPTCC 6038), Aspergillus flavus (BPPTCC 6036), A. tamarii (BPPTCC 6037), dan A.versicolor (BPPTCC 6039). Hasil pengujian aktivitas insektisida ekstrak etil asetat dari kultur filtrat biakan kelima strain kapang tersebut pada medium cair malt extract terhadap larva neonate dan instar III Spodoptera litura menunjukkan aktivitas sebagai racun lambung, racun kontak, attractant, racun saraf, dan menghambat perkembangan larva. Karakterisasi senyawa aktif dengan metode thin layer chromatography (TLC) yang dikombinasikan dengan beberapa reagen menunjukkan bahwa kelima ekstrak mengandung senyawa triterpenoid yang mengandung saponin; ekstrak yang dihasilkan oleh E. nidulans BPPTCC 6038 mengandung senyawa fenol; dan keempat ekstrak lain mengandung senyawa alkaloid. Formulasi dilakukan dengan menambahkan senyawa adjuvant berupa aseton sebagai pelarut, Tween 80 sebagai surfaktan, dan PEG 6000 sebagai sticker agent. Hasil pengujian aktivitas kelima formulasi terhadap larva neonate dan instar III S. litura menunjukkan bahwa seluruh formulasi memiliki aktivitas insektisida terhadap larva instar III S. litura lebih baik dibandingkan dengan kontrol positif, DeltametrinR (25 g/L). ......A study on the exploration of active compounds from mangrove endophytic fungi and their application as bioinsecticides was conducted. The isolation of mangrove endophytic fungi from roots, twigs, leaves, and leaf litter from Rhizophora mucronata, Avicennia marina, and Soneratia alba was conducted using a combination of six media with five isolation methods. Five of the 110 mangrove endophytic fungal isolates showed the highest toxicity (causing more than 90% larval mortality at 80 ppm) on Artemia salina larvae. Based on the DNA sequence data of the internal transcribed spacers (ITS) region of ribosomal DNA and morphological characteristics, these isolates were identified as Emericella nidulans (BPPTCC 6035 and BPPTCC 6038), Aspergillus flavus (BPPTCC 6036), A. tamarii (BPPTCC 6037), and A. versicolor (BPPTCC 6039). A bioassay on Spodoptera litura neonate and third instars larvae showed that five ethyl acetate of the five fungal filtrate extracts from malt extract broth medium exhibited attractant and insecticidal activities through stomach poisons, contact poisons, neurotoxins, and the inhibition of larval and pupal development. The chemical characterization of the five extracts using thin layer chromatography (TLC) combined with several reagents showed that the five extracts contained triterpenoid with saponin compounds, the extract from E. nidulans (BPPTCC 6038) contained phenolic compounds, and the four other extracts contained alkaloid compounds. Formulations were conducted by the addition of adjuvant: acetone as the solvent, Tween 80 as the surfactant, and PEG 6000 as the sticker agent. The insecticidal activity from five formulations on S. litura third instars larvae showed that the five formulations exhibited better insecticidal activity than DeltamethrinR (25 g/L) as the positive control.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
D2053
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wong Sin Yung
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu alternatif pemanfaatan CO2 dari cadangan gas alam Natuna adalah untuk memproduksi bahan petrokimia dan bahan bakar sintetis secara simultan melalui gas sintesis kaya karbon monoksida. Beberapa produk turunan gas sintesis kaya CO ialah asam asetat, asetat anhidrida, dan dimetil eter. Dalam skripsi ini dikaji aspek teknis dan ekonomis dari proses produksi bahan-bahan diatas. Analisa teknis yang dilakukan meliputi flowsheeting yang didasarkan pada sintetis proses dengan menggunakan lisensi dari Monsanto, Haldor Topsoe, dan NKK, serta analisa kinerja proses yang meliputi efisiensi karbon dan termal. Untuk analisa ekonomi meliputi laju dan waktu pengembalian modal, kepekaan terhadap perubahan harga bahan baku dan produk, kapasitas produksi, dan tingkat suku bunga.

Efisiensi karbon kimiawi dan total unruk pabrik asam asetat ialah sebesar 94.81% dan 78.81%. Berdasarkan analisa ekonomi pabrik ini baru menguntungkan jika kapasitas pabrik asam asetat 5 kali kapasitas dasar (46,942 ton/tahun). Pada kapasitas ini, pabrik asam asetat memiliki kepekaan lerhadap penurunan harga jual produk sebesar 5%. Kenaikan harga beli reaktan sampai 20%, dan tingkat suku bunga sampai 20%.

Untuk pabrik asetat anhidrida efisiensi karbon kimiawi dan total sebesar 78.2% dan 71.14% dan akan menguntungkan bila kapasitas pabrik asetat anhidrida dinaikkan 4 kali dari kapasitas dasar (24275 ton/tahun). Pada kapasitas ini kepekaan terhadap penurunan harga jual produk yang didapat sebesar 1%, kenaikan harga beli reaktan sampai 20%, dan lingkat suku bunga sampai 10%.

Efisiensi karbon kimiawi dan total untuk pabrik DME sebesar 99,55% dan 79,09%, dengan efisiensi panas kimiawi dan totalnya sbesar 86,25% dan 67,96%. Investasi pada pabrik DME ini masih menguntungkan sampai batas kapasitas minimal pabrik DME ½ x kapasitas dasar (900.000 ton/tahun). Pabrik DME memiliki kepekaan terhadap penurunan harga jual produk sebesar 10%, kenaikan harga beli reaktan sampai 40%. dan tingkat suku bunga sampai 20%.
2001
S49147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denisha Elmoiselle Munaf
Abstrak :
Meningkatnya limbah plastik di Indonesia menjadi salah satu masalah di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat membran plastik nanokomposit yang memiliki kemampuan terdekomposisi di alam. Sintesis selulosa asetat murni dan nanokomposit SA/OCT-C16 dengan variasi komposisi organoclay 1 wt%, 3 wt%, 5 wt%, dan 7 wt% telah berhasil dibuat dengan metode solvent casting. Struktur bentonit tetap sama meskipun telah mengalami reaksi pertukaran kation hingga menjadi organoclay. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya pita serapan khas bentonit berupa deformasi SI-O-Si pada bilangan gelombang 500-400 cm-1 dan adanya pita serapan khas dari karbon CH2 yang berasal dari surfaktan heksadesiltrimetil amonium bromida (HDTMA-Br) pada bilangan gelombang 2930 cm-1 dan 2842 cm-1. Difraktogram organoclay menunjukkan peningkatan nilai basal spacing dari 15,19 Å menjadi 20,14 Å. Hasil uji tarik menunjukkan bahwa nanokomposit dengan komposisi organoclay 1 wt% memiliki kuat tarik tertinggi yaitu 44,56 MPa dengan kenaikan sebesar 16% dibandingkan dengan selulosa asetat murni. Hasil uji dekomposisi menunjukkan bahwa selulosa asetat mempunyai kemampuan terdekomposisi paling tinggi, yaitu sebanyak 37% sedangkan nanokomposit dengan 1 wt% organoclay terdekomposisi sebanyak 25% selama 60 hari penguburan. Secara umum massa terdekomposisi nanokomposit lebih tinggi daripada massa terdekomposisi plastik komersial.
This research is based on the increasing problem of plastic waste in Indonesia. The focus of this research is to produce a nanocomposite plastic membranes that have the ability to decompose in nature better than commercial plastic. Synthesis of cellulose acetate and nanocomposite SA/OCT-C16 with variation in composition of 1 wt%, 3 wt%, 5 wt%, and 7 wt% of organoclay has been successfully created with a solvent casting method. Bentonite structure remain visible although it has undergone a cation exchange reaction to be an organoclay. It can be seen with their typical absorption bands of bentonite on the form of the deformation of the Si-O-Si at wave number 500-400 cm-1 and the typical absorption band of carbon CH2 derived surfactant hexadecyltrimethylammonium bromide (HDTMA-Br) at wave number 2930 cm-1 and 2842 cm-1. Difractogram on organoclay show the increase of the value of basal spacing of organoclay from 15,19 Å up to 20,14 Å. The tensile strength test shows that nanocomposite with 1 wt% composition of organoclay has the graetest tensile strength that is equal 44.56 MPa with an increase of 16% compared to pure cellulose acetate. The result of decomposition test shows that pure cellulose acetate has the ability to decompose the highest, which is about 37% whereas nanocomposite with 1 wt% of organoclay only able to decompose as much as 25% during 60 days of burial. In general, the mass of decomposed nanocomposite is higher than the mass of commercial plastic decomposes.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanida
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian pengaruh penambahan beberapa konsentrasi natrium asetat dalam medium Beneck terhadap pertumbuhan Chioreila pyrenoidosa Chick telah dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA UI. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa konsentrasi natrium asetat terhadap kerapatan sel C. pyrenoidosa saat peak dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai peak. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 pert akuan konsentrasi natrium asetat, yaitu: 0% (kontrol), 0.2%, 0.4%, 0.6%, 0.8%, dan I % dengan 4 ulangan pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan set saat peak tertinggi (48 x 106 sel/ml) diperoleh pada perlakuan 0.2% dan kerapatan set terendah (22.8 x 106 sel/mI) dicapai oleh kontrol. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai peak berkisar dari 7.5 hail pada perlakuan 0.4% sampai 30 hari pada pertakuan kontrol. Uji Kruskal Wallis pada a = 0.05, menunjukkan bahwa enam variasi perlakuan konsentrasi natrium asetat tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan sel C. pyrenoidosa saat peak maupun waktu yang dibutuhkan set untuk mencapai peak.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuning Nina D.
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukah penelitian kadar kolesterol total, kolesterol-HDL, kolesteral-LDL dan trigliserida dalam darah pada akseptor Depo Medroksipr Ogesteron Asetat (DMF) dan akseptor AKDR tanpa harmon di Klinik KB RS Moh. Ri dan Maureksa Penelitian bersifat "cross sectional study', dengan Jumlah akseptor DMPA 71 wanita, terdiri dari 28 wanita telah mendapat suntikan DMPA sebanyak 4-8 kali (kelompok DMPA P, 22 wanita yang telah mendapat suntikan DMPA sebanyak 9-16 kali (kelompok DMFA IN dan 21 wanita yang telah mendapat suntikan DMFA lbih dan 16 kali (kelompok DMFA III) Jurnlah akseptor AKDR 72 wanita; terdini dari 22 wanita telah memakai AKDR selama kurang dari 27 bulan (kelompak PKDR Y, 28 wanita telah memakai AKDR selama 28-51 bulan (kelompok AKDR II) dan 22 wanita telah memakai Al-DR selama lebih dari 52 bulan (kelompok AKDR III). Penelitian mi bertujuan untuk menqetahui dan membandingkan kadar kolesterol total, kolesterol-HDL, kolestenol-LDL dan trigliserida pada tiap kelompok aksep tar Dari hasi 1 perhitungan dengan menggunakan metoda statistik Anova dua arah (p 0,5) diperoleh kadar kolesterol total, kolesterolLDL dan triqi iserida akseptor DMPA lebih tinqgi bermakna dibandingkan akseptor Al DR. Kadar trigliserida pemakai DMFA lebih dari 4 tahun (kelompok DMFA III) lebih tinggi bermakna dibandingkan pemakai DNIPA kurang dari 4 tahun (kelompok DMFA I dan II). Kadar kolesterol-HDL pada akseptor DMPA dan AKDR tidak berbeda bermakna. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan karena penelitian penelitian sebelumnya merupakan penelitian prosfektif dengan waktu penggunaan DMPA tidak lebih dari 12 bulan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahrotul Luthfiyah
Abstrak :
Nanokomposit selulosa asetat telah disintesis dengan menggunakan nanofiller organoclayyang dimodifikasi dengan TiO2. Bentonit Tapanuli yang sebelumnyadikenai proses purifikasi dan penyeragaman kation dimodifikasi dengan ditambahkan TiO2 dengan persen berat yakni 0%, 1%, 3%, 5%, 10% dan 7% organoclay terhadap total komposit.. Analisis BET mengindikasikan adanya penambahan luas permukaan bentonit pada penambahan surfaktan dan TiO2 sebesar 16,41 m2/g, 29,49 m2/g, 27,57 m2/g, dan 36,74 m2/g. Analisis FTIR menunjukkan interkalasi surfaktan telah berhasil dilakukan dengan adanya pita serapan baru dari HDTMABr pada 2636 cm- 1 dan 2569 cm-1. Analisis Raman menunjukkan TiO2 telah berhasil diinterkalasi ke dalam organoclay ditunjukkan dengan pita serapan baru khas TiO2 pada panjang gelombang 637cm-1, 516 cm-1, 395 cm-1 dan 147 cm-1. Difraktogram XRD menunjukkan kenaikan basal spasing pada modifikasi bentonit yakni dari 15.7 Å pada bentonit alam menjadi 19,7 Å. Pembuatan nanokomposit dilakukan dengan menggunakan aseton sebagai pelarut dan metode solvent castingsebagai teknik untuk pembuatan film nanokomposit. Aplikasi nanokomposit berupa uji fotodegradasi pada penyinaran sinar matahari langsung, lampu UV, dan tanpa penyinaran selama enam hari. Diketahui, semakin banyak TiO2 semakin besar komposit yang terdegradasi. Persen penurunan berat hasil uji aplikasi pada penyinaran lampu UV sebesar 1,11%, 2,15%, 2,73%, 3,18%, 3,96%, pada penyinaran langsung sebesar 1,03%, 3,03%, 3,88%, 4,53%, 5,57%.Modifikasi nanokomposit dengan penambahan TiO2.
Cellulose acetate nanocomposite has been synthesized using organoclay nanofiller modified with TiO2. Bentonite Tapanuli were previously subjected to processes of purification and unification of cations modified with TiO2 that was added as much as 0%, 1%, 3%, 5%, 10% of the total composite. BET analysis indicated surface area of bentonite was increased with the addition of surfactant and TiO2 of 16.41 m2 / g, 29.49 m2 / g, 27.57 m2 / g, and 36.74 m2 / g. FTIR analysis showed intercalation with surfactant was successfully carried out in the presence of HDTMABr, indicated by new absorption band at 2636 cm-1 and 2569 cm-1. Raman analysis showed TiO2 has been successfully intercalated into the organoclay shown with Raman peaks typical of TiO2 at a wavelength of 637cm-1, 516 cm- 1, 395 cm-1 and 147 cm-1. XRD diffractogram shows the increase in basal spasing on the modification of bentonite, film from 15.7 Å to 19.7 Å, before and after modification. Fabrication of nanocomposite was carried out using acetone as solvent and through solvent casting method. Nanocomposite application in photodegradation test was carried out under direct sunlight radiation, UV light, and without irradiation for six days. It's found that, the greater presence amount of TiO2 in the composites, the more weight loss occured, due to photodegradation. Percent weight loss of UV light irradiation are 1.11%, 2.15%, 2.73%, 3.18%, and 3.96%, while under direct irradiation, the weight loss was 1.03%, 3.03%, 3.88%, 4.53%, and 5.57%. Modification of nanocomposite with the addition of photocatalytic TiO2 as photocatalytic agent has shown the ability of self-photodegradation of nanocomposite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Handayani
Abstrak :
Telah dilakukan evaluasi stabilitas krim Hidrokortison Asetat dari segi fisika dan kimia. Dimana dasar krim yang dipergunakan adalah Hidrophillic ointment, Emulgide, kombinasi Triethanolamina dengan Asam Stearat, dan Aqueous cream. Dengan parameter pemeriksaan seperti homogenitas, konsistensi, besar partikel, temperatur, pH dan penentuan kadar Hidrokortison Asetat setelah pembuatan dan selama penyimpanan. Dari data-data diperoleh hasil bahwa sediaan dengan dasar krim Emulgide dan Aqueous cream menunjukkan hasil yang relatif baik.
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1978
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>