Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustina Retnaningsih
Abstrak :
Bakteriosin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan bakteri penghasil. Bakteri Asam Laktat (BAL) telah diketahui dapat menghasilkan bakteriosin yang memiliki aktivitas antimikroba. Bakteriosin berpotensi digunakan sebagai komplemen antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi serta mengkarakterisasi aktivitas bakteriosin dari BAL galur Leuconostoc dengan optimasi pH dan suhu inkubasi. Penelitian dilakukan melalui penentuan zona hambatan menggunakan metode difusi agar cara sumuran dan penentuan potensinya berdasarkan metode Konsentrasi Hambat Minimal (KHM). Bakteri indikator yang digunakan adalah Leu. mesenteroides TISTR 120 dan JCM 6124, Staphylococcus aureus FNCC 0047, Listeria monocytogenes FNCC 0156, Escherichia coli FNCC 0183, Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063, Salmonella typhi FNCC 0165 dan Bacillus subtilis FNCC 0061. Katalase, Tripsin dan Protease K digunakan sebagai uji konfirmasi berdasarkan hasil skrining pengujian aktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Leu. mesenteroides MBF7-17 dan MBF2-5 menghasilkan bakteriosin yang hanya dapat menghambat Leu. mesenteroides TISTR 120 dan JCM 6124. Hasil penentuan potensi bakteriosin berdasarkan KHM dari BAL penghasil bakteriosin pada pH dan suhu inkubasi optimum yaitu pH 6 dan 32°C adalah 90% untuk Leu. mesenteroides MBF2- 5 dan 80% untuk Leu. mesenteroides MBF7-17. ......Bacteriocin can inhibit bacteria mostly those which have close relationship to the producer bacteria. Lactid Acid Bacteria (BAL) are known to produce bacteriocins which have function as antimicrobial activity. Bacteriocin has potentially been used as antibiotic complement. This research aimed to isolate and characterize bacteriocins activity from Leuconostoc strains. Optimization of pH and incubation temperature have also been carried out. This research used well diffusion agar method and bacteriocin potency assay by performing MIC. Bacterial indicators that used in this research are Leu. mesenteroides TISTR 120, and JCM 6124, Staphylococcus aureus FNCC 0047, Listeria monocytogenes FNCC 0156, Escherichia coli FNCC 0183, Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063, Salmonella typhi FNCC 0165 and Bacillus subtilis FNCC 0061. Catalase, Trypsin and Protease K were also used following the screening assay for confirmation test. Results showed that both Leu. mesenteroides MBF2-5 and MBF7-17 possessed bacteriocin activity although against both Leu. mesenteroides only, the TISTR 120 and JCM 6124 indicators strains. Result for bacteriocin potency assay of bacteriocin producer LAB i.e. Leu. mesenteroides MBF2-5 and MBF7-17 by performing MIC done at optimation pH incubation temperature, i.e. pH 6 and 32°C, showed value of 90% and 80%, respectively.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
T29719
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Novitasari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32740
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rumapea, Daller R
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Kelelahan merupakan salah satu kendala bagi seorang atlet untuk mempertahankan kinerja yang optimal. Kelelahan ditandai dengan terjadinya akumulasi asam laktat dalam otot dan darah, sehingga dibutuhkan suatu metode yang tepat untuk menurunkan kadar asam laktat darah melalui pemulihan pasif dan pemulihan aktif. Untuk ini telah dilakukan penelitian pada 12 orang subyek laki - laki, umur 18 - 24 th atlet balap sepeda DKI Jakarta. Subyek penelitian menjalani pemeriksaan kadar asam laktat darah istirahat dan kemudian melakukan kerja fisik maksimal dengan menggunakan ergometer sepeda, selanjutnya dilakukan analisis perubahan kadar asam laktat darah pada pemulihan pasif dan pemulihan aktif 5,10,15,20 menit. Hasil dan kesimpulan : Pada 12 subyek yang diteliti, perbedaan kadar asam laktat darah pada pemulihan pasif dan pemulihan aktif tidak berbeda bermakna pada 5 menit pertama pemulihan (P-* 0,05 ). Namun pada 10,15,20 menit pemulihan berikutnya terdapat perbedaan yang bermakna ( P < 0,05 ). Hasil ini memperlihatkan bahwa pemulihan aktif lebih banyak dan lebih cepat menurunkan kadar asam laktat darah dibandingkan pemulihan pasif.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika Hestiningtyas
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32474
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Hayatunnufus
Abstrak :
Simvastatin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan untuk menurunkan tingkat kolesterol dalam darah. Simvastatin memiliki waktu paruh yang pendek (2-3 jam) dan bioavailabilitas yang rendah (sekitar 5%). Konsumsi simvastatin dengan dosis tinggi dapat meningkatkan konsentrasi aminotransferase yang dapat menyebabkan myopathy. Hal ini akan dapat menyebabkan efek samping yang merugikan bagi pasien. Mikroenkapsulasi obat dengan menggunakan polimer biodegradable adalah salah satu alternatif untuk meniminalkan kekurangan tersebut. Dalam penelitian ini polipaduan poli (asam laktat) dengan polikaprolaton digunakan sebagai material yang akan mengenkapsulasi simvastatin. Mikrokapsul simvastatin dibuat dengan metode penguapan pelarut minyak dalam air dengan menggunakan larutan Span 80:Tween 80 sebagai emulsifier. Kondisi optimum untuk mengenkapsulasi simvastatin diperoleh pada kecepatan emulsi 700 rpm, waktu emulsi 1 jam, kecepatan dispersi 900 rpm dan wakti dispersi 1 jam. Efisiensi enkapsulasi mikrokapsul simvastatin dengan penyalut polipaduan D,L-PLA/PCL diperoleh sebesar 95,30%. Uji disolusi selama 55 jam menghasilkan profil pelepasan simvastatin pada larutan buffer pH 1,2 sebesar 1,3% dan pH 7,4 sebesar 6,4%. ......Simvastatin is one of the most extensively used drug to reduce blood cholesterol levels. Simvastatin is not well absorbed from the gastrointestinal tract. Its oral bioavailability is only 5%, while the biological half-life is about 2-3 hours. However, overdose of statin causes an increase of aminotransferases concentration which can lead to myopathy. It may cause some adverse effect to the patients. Microencapsulation or drugs by using biodegradable polymers is an alternative to minimize these deficiencies. In this study, polyblend of poly(D,L-lactic acid) and polycaprolactone was used as a material that encapsulate the simvastatin. Microcapsules were produced by using Span 80 : Tween 80 as a mixed emulsifier through oil in water (o/w) solvent evaporation method. The optimum conditions were obtained in the emulsion state of 700 rpm at 1 hour and the dispersion state of 900 rpm at 1 hour with the encapsulation efficiency of 95,30%. The dissolution test for 55 hours presents the result of simvastatin release 1.3% in pH 1.2 buffer solution and 6,3% in pH 7.4 buffer solution.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nisrina Ulfah Budhyono
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan preparasi mikrosfer dengan metode evaporasi pelarut. Mikrosfer dibuat dengan memadukan polimer biodegradable poli(D-asam laktat) dan polikaprolakton, dan span 80 sebagai surfaktan. Optimasi pembentukan polipaduan mikrosfer dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi surfaktan Span 80 (1,2 x 10-2 M, 2,3 x 10-2 M, 3,5 x 10-2 M, 4,6 x 10-2 M, dan 5,8 x 10-2 M), variasi kecepatan pengadukan tahap dispersi (700 rpm, 900 rpm, 1100 rpm dan 1300 rpm) dan variasi lama waktu pengadukan tahap dispersi (30 menit, 60 menit, dan 120 menit). Karakterisasi mikrosfer yang terbentuk dilakukan dengan FTIR, PSA, dan mikroskop optik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi optimum mikrosfer yang baik adalah dengan menggunakan Span 80 pada konsentrasi 5,8 x 10-2 M, kecepatan pengadukan tahap dispersi sebesar 1300 rpm dan lama waktu pengadukan dispersi 60 menit. Kondisi tersebut menghasilkan mikrosfer dengan persen padatan mikrosfer besar (93 ± 2%) dan ukuran yang seragam.
In this study, microspheres were prepared by solvent evaporation method. Microspheres were prepared by blending two biodegradable polymers; poly(D-lactic acid) and polycaprolactone and using span 80 as surfactant. Microspheres polyblend were optimized at various concentrations of span 80 (1,2 x 10-2 M, 2,3 x 10-2 M, 3,5 x 10-2 M, 4,6 x 10-2 M, dan 5,8 x 10-2 M), various stirring speeds during dispersion (700 rpm, 900 rpm, 1100 rpm, and 1300 rpm), and also at various stirring times during dispersion (30 minutes, 60 minutes, and 120 minutes). Characterizations of microsphere obtained were observed by FTIR, PSA and optical microscope. The overall results in this study showed that the formula which used 5,8 x 10-2 M span 80, stirring speed at 1300 rpm and stirring time for 60 minutes at dispersion phase produced microsphere with high percentage of microsphere particles (93 ± 2%) and had the most uniform sizes.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Putra Ramdhani
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini menyelidiki pengaruh penambahan enzim transglutaminase terhadap jumlah bakteri asam laktat serta sifat fisik dan kimia produk minuman yogurt dengan memvariasikan konsentrasi transglutaminase 0; 0,1; 1; 2 UE/gram protein susu serta periode penyimpanan 1, 8, 15 hari penyimpanan. Transglutaminase juga ditambahkan pada dua tahap berbeda, yaitu sebelum fermentasi dengan tahap inaktivasi enzim sebelum ditambahkan kultur bakteri asam laktat dan bersamaan dengan penambahan kultur bakteri asam laktat tanpa proses inaktivasi enzim. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam waktu fermentasi, tetapi konduktivitas sampel tanpa penambahan transglutaminase meningkat lebih cepat dibanding sampel dengan penambahan transglutaminase. Penambahan transglutaminase juga menyebabkan penurunan pH yang semakin melambat serta penurunan jumlah bakteri asam laktat dalam sampel selama periode penyimpanan. Selain itu, transglutaminase menyebabkan sineresis sampel berkurang dan viskositas meningkat, namun tidak menimbulkan perubahan yang berarti terhadap kadar nutrisi dan karakteristik sensori. Struktur yogurt menjadi lebih padat dan kompak akibat terjadinya ikatan silang antar kasein yang juga menyebabkan berat molekulnya meningkat. Semakin tinggi konsentrasi, efek transglutaminase semakin meningkat. Pada sampel dengan penambahan transglutaminase bersamaan dengan penambahan kultur bakteri, transglutaminase terus bekerja selama periode penyimpanan. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa transglutaminase dapat secara efektif digunakan untuk meningkatkan kualitas yogurt.
ABSTRACT
This study was conducted to investigate the effect of transglutaminase addition to total of lactic acid bacteria and physical and chemical properties of yogurt product by varying enzyme concentration 0 0,5 1 2 UE gram milk protein and storage period 1, 8, 15 days storage period. The addition of transglutaminase was conducted at different production steps prior to fermentation with enzyme inactivation process and together with starter culture addition without inactivation process. There was no significant difference in fermentation time, but the conductivity of the sample without transglutaminase addition was increasing faster than other samples. Transglutaminase was resulting in slower acidity development during storage period, decreased syneresis and increased viscosity, but had no significant effect on nutritional value and sensory characteristic of the samples. The structure of yogurt became more compact and denser and molecular weight of casein is increasing. It was also shown that the higher the concentration of transglutaminase added into sample, the effect of transglutaminase activity was getting more reflected in the samples, especially samples without inactivation process that had the enzyme to be active during storage time. From this study, it can be concluded that transglutaminase can be effectively used in yogurt production to increase its quality.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Hening Prameswari
Abstrak :
Eksopolisakarida (EPS) telah banyak diteliti dapat diaplikasikan dalam bidang industri makanan, kesehatan, dan farmasi. Beberapa bakteri asam laktat (BAL) memiliki kemampuan menghasilkan EPS dengan adanya enzim sukrase, baik glukansukrase/ glukosiltransferase (gtf) maupun fruktansukrase/ fruktosiltransferase (ftf). Glukansukrase menghasilkan EPS berupa polimer glukan, sedangkan fruktansukrase menghasilkan polimer fruktan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gen ftf penyandi fruktansukrase dari beberapa galur BAL yang diduga memiliki aktivitas fruktansukrase berdasarkan penelitian menggunakan metode visual. Skrining gen tersebut secara molekuler dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer degenerate yang berasal dari dua sekuens conserved region gen ftf beberapa galur BAL. Galur BAL yang digunakan untuk konstruksi primer adalah Bacillus subtilis, Bacillus stearothermophilus, Bacillus amyloliquefaciens, Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius, dan Lb. reuteri 121. Amplikon berukuran sekitar 700 pb dihasilkan oleh 7dari 21 DNA genomik dari galur yang digunakan, yaitu MBF PDG 3(1), MBF PDG 4, Weissella cibaria MBF WRS 3, Leuconostoc mesenteroides MBF 4-2, Leuconostoc mesenteroides MBF 7-5, Weissella confusa MBF PDG 10(1), dan Leuconostoc mesenteroides MBF WRS 6.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S32689
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hakim
Abstrak :
ABSTRAK Salbutamol sulfat adalah beta-adrenoreceptor agonist yang digunakan sebagai bronkodilator pada penyakit asma, bronkitis, dan penyumbatan saluran udara. Obat ini memiliki waktu paruh biologis yang singkat hanya sekitar 4-6 jam dan bioavailabilitasnya yang rendah, sehingga harus diberikan berulang kali untuk memperoleh efek terapeutik yang diharapkan. Konsumsi yang berulang kali ini dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan atau sistem dalam penghantaran zat terapeutik ke tempat target melalui mode pelepasan obat terkontrol yang berkelanjutan. Salah satu upaya untuk mengembangkan sistem ini yaitu dengan melakukan mikroenkapsulasi salbutamol sulfat menggunakan polimer biocompatible dan biodegradable berupa polipaduan poli(D,L-asam laktat) dan polikaprolakton (PDLLA 60 : PCL 40 % w/w) dengan metode penguapan pelarut minyak dalam air (m/a) dan menggunakan Span 80-Tween 80 sebagai pengemulsi yang akan menghasilkan mikrokapsul. Berdasarkan optimasi mikrosfer diperoleh kecepatan pengadukan emulsi yang optimal sebesar 700 rpm selama 1 jam dan kecepatan ppengadukan dispersi selama 1 jam dengan konsentrasi Span 80-Tween 80 0,1420 mol/L (2% v/v) dengan perbandingan 70:30. Efisiensi enkapsulasi salbutamol sulfat tertinggi sebesar 84,48%, sementara hasil uji disolusi mikrokapsul salbutamol sulfat dengan penyalut polipaduan PDLLA-PCL yang dilakukan secara in-vitro diperoleh sebesar 3,18% dalam larutan HCl pH 1,2 dengan volume 125 mL dan  1,59% dalam larutan buffer fosfat pH 7,4 dengan volume 125 mL. Sementara pada volume masing-masing 900 mL diperoleh berturut-turut sebesar 32,21% pada pH 1,2 dan 17,18% pada pH 7,4. Mekanisme pelepasan obat dari matriks polimer terjadi melalui difusi terkontrol yang mampu menahan laju pelepasan obat. Berdasarkan karakterisasi mikrosfer menggunakan PSA ditemukan ukuran yang ideal sebagai pengantar obat salbutamol sulfat dan hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan interaksi antara kedua polimer adalah interaksi secara fisika, begitupun juga interaksi antara mikrosfer dan obat. Sementara hasil pengamatan menggunakan SEM dan MO menunjukkan bentuk mikrosfer dan mikrokapsul yang cukup bulat, kecil dan seragam. Setelah melalui uji disolusi terlihat mikrokapsul rusak yang ditandai dengan porinya terlihat lebih terbuka, selain itu tekstur permukaannya yang terlihat lebih kasar dibandingkan sebelum didisolusi.
ABSTRACT Salbutamol sulfate is beta-adrenoreceptor agonist that used as a bronchodilator in asthma, thoracic bronchi and airway obstruction . This drug has a short biological half-life of only 4-6 hours and a low bioavailability, so it must be given repeatedly to obtain the expected therapeutic effect. Repeated consumption can cause side effects. Therefore, an approach or system is needed in the delivery of therapeutic substances to the target site through a continuous controlled drug release mode. One effort to develop this system is by microencapsulating salbutamol sulfate using biocompatible and biodegradable polymers in the form of poly (D,L-lactic acid) and polycaprolactone (PDLLA 60 : PCL 40 % w/w) using oil in water (o/w) emulsification and using Span 80 -Tween 80 as an emulsifier will produce microcapsules. Based on the optimization of the microspheres obtained by the stirring speed optimal emulsion of 700 rpm for 1 hour and speed of stirring dispersion for 1 hour with a concentration of Span 80-Tween 80% 0,1420 mol/L (2% v/v) in ratio of 70:30. The highest encapsulation efficiency of salbutamol suphate is 84.48%, while the dissolution test results of salbutamol sulfate microcapsules coated with the PDLLA-PCL polyblend was carried out in-vitro obtained at 3.18% in HCl solution at pH 1.2 with a volume of 125 mL and amounted to 1.59% in phosphate buffer solution at pH 7,4 with a volume of 125 mL. While with the volume of 900 mL was obtained respectively 32.21%  at pH 1.2 and 17.18% at pH 7.4. The mechanism of drug release from the polymer matrix occurs  through controlled diffusion which is able to sustain the rate of drug release . Based on the characterization of the microsphere using PSA found the ideal size as an salbutamol sulfate drug delivery carrier and the results of analysis using FTIR showed the interaction between the two polymers is the physical interaction, as well as the interaction between microspheres and drugs . While the results of observations using SEM and optical microscope show the shape of microspheres and microcapsules that are quite round, small and uniform with smaller pores. After going through the dissolution test, it was seen that damaged microcapsules marked with the pores seem more open, besides the surface texture that seem rougher than before it was dissolved.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>