Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Monika Lumongga Putri
Abstrak :
Konversi gliserol menjadi asam akrilat dilakukan dengan metode one pot process. Pada studi ini, proses konversi gliserol menjadi asam akrilat melibatkan katalis bifungsional untuk mencapai reaksi konversi satu tahap secara simultan dan yield produk yang tinggi. Katalis yang digunakan dalam konversi ini adalah zeolit HY yang dimodifikasi Cu. Zeolit HY disintesis menggunakan prekursor sintetik dan prekursor alternatif dari sumber daya alam, yaitu zeolit alam Bayat dan kaolin. Struktur kristal dan sifat fisikokimia katalis ditentukan dengan barbagai teknik karakterisasi seperti XRD, FTIR, SEM-EDX, TEM, SAA, dan TPD-NH3. Berdasarkan analisa XRD menunjukkan zeolit HY dan CuHY baik prekursor sintetik maupun alternatif dikonfirmasi memiliki puncak khas zeolit Y. Gambaran mapping EDS menunjukkan distribusi Cu yang merata pada permukaan HY. Selain itu, analisa TEM juga menunjukkan ukuran distribusi pori yang merata. Hasil analisa produk konversi gliserol menunjukkan bahwa penggunaan katalis zeolit HY dengan modifikasi Cu pada zeolit HY menghasilkan persen yield asam akrilat yang lebih tinggi. Hasil aktivitas katalitik menunjukkan yield tertinggi produk asam akrilat sebesar 27,51% dan 25,8 % dengan persen konversi gliserol 80,13% dan 79,73% pada waktu dehidrasi selama 3 jam dengan menggunakan katalis CuHY sintetik dan bahan alam secara berurutan. Karakterisasi katalis dengan adanya asam lemah menunjukkan aktivitas katalitik terbaik pada reaksi konversi gliserol menjadi asam akrilat ......The conversion of glycerol to acrylic acid is carried out by the one pot process method. In this study, the process of converting glycerol into acrylic acid involved a bifunctional catalyst to achieve a simultaneous one-stage conversion reaction and a high product yield. The catalyst used in this conversion is Cu modified HY zeolite. HY zeolite is synthesized using synthetic precursors and alternative precursors from natural resources i.e., natural zeolite and kaolin. The crystal structure and physicochemical properties of catalysts are determined by various characterization techniques such as XRD, FTIR, SEM-EDX, TEM, SAA, and TPD-NH3. Based on XRD analysis, it shows that HY and CuHY, both synthetic and alternative precursors, are confirmed to have typical peaks of zeolite Y. EDS mapping images show uniform distribution of Cu on the HY surface. In addition, the TEM analysis also showed uniform pore distribution size. The results of the glycerol conversion product analysis showed that the use of a HY catalyst with Cu modifications in HY resulted in a higher yield of acrylic acid. The results of catalytic activity showed the highest yield of acrylic acid products by 27.51% and 25.8% with glycerol conversion 80.13% and 79.73% at dehydration time for 3 hours using synthetic CuHY catalysts and natural materials respectively. The characterization of catalysts in the presence of weak acids shows the best catalytic activity at the reaction of the conversion of glycerol to acrylic acid.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikfa Nur Fadilla
Abstrak :
Modifikasi selulosa dengan asam akrilat menggunakan pengikat silang Trimethallyl Isocianurate (TMAIC) dengan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu material bersifat adsorben. Pengikat silang TMAIC digunakan untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 60 kGy, konsentrasi TMAIC 0,5 % (w/v), konsentrasi monomer 10 % (v/v), suhu pencangkokan 90°C dan waktu pencangkokan 6 jam, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 65,27 % dan pengembangan dalam air sebesar 922,26%. Hasil sintesis kopolimer selulosa-TMAIC-g-AA telah berhasil dikarakterisasi dengan FTIR, TGA dan SEM. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam Pb2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 2,5954 mg/g pada waktu kontak 2 jam dan pH 5 (konsentrasi awal Pb2+ 10 mg/L). Isoterm adsorpsi yang sesuai dengan adsorpsi Pb(II) dengan kopolimer adalah isoterm adsorpsi Langmuir dengan linearitas 0,9868. ......Modification of cellulose with acrylic acid monomers using Trimethallyl Isocianurate ( TMAIC ) as crosslinker by mean of preirradiation graft copolymerization technique have been successfully carried out. This research aims to produce a material which has adsorbent properties. TMAIC as crosslinking agent can be used to improve the chemical and thermal resistance of cellulose-g-AA. The optimum condition for graft copolymerization is obtained at 60 kGy radiation dose, 0,5 % (w/v) TMAIC, 10 % (v/v) monomer, 90°C grafting temperature and 6 hours reaction time, with 65,27 % grafting average and 922,26 % swelling in water. Synthesized copolymers cellulose-TMAIC-g-AA was successfully characterized by FTIR, TGA and SEM. Crosslinked cellulose-TMAIC-g-AA can be used as Pb2+ metal adsorbent, having adsorption capacity of 2,5954 mg/g at 2 hours contact time and pH 5 (initial concentration of Pb2+ 10 mg/L). Adsorption isotherms in accordance with the adsorption of Pb ( II ) by copolymer is Langmuir adsorption isotherm with linearity 0.9868.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S61752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rizkia Malik Karisma
Abstrak :
Selulosa dapat diisolasi dari sekam padi secara kimiawi dengan tahapan dewaxing, delignin dan dehemiselulosa. Pada tahapan dewaxing, sekam padi diekstrak dengan pelarut toluena : etanol (2:1). Penghilangan lignin dan hemiselulosa dilakukan dengan kalium hidroksida 5% dan hidrogen peroksida 2%. Rata-rata persentase selulosa yang didapatkan adalah sebesar 35%. Berdasarkan analisis FTIR, gugus fungsi serapan hemiselulosa, lignin dan Si-O-Si berturut-turut telah hilang pada bilangan gelombang 1738 cm-1, 1516 cm-1, dan 496 cm-1. Selulosa hasil isolasi digunakan sebagai backbone untuk sintesis selulosa-g-asam akrilat (SAA) dan selulosa-g-akrilamida (SAM) dengan variasi massa selulosa, konsentrasi pengikat silang MBA, dan konsentrasi inisiator KPS untuk mendapatkan komposisi optimum dalam kapasitas swelling dan release yang terbaik. Analisis XRD pada superabsorben yang terbentuk menunjukkan sifatnya yang amorf. Pada morfologi permukaan superabsorben diketahui SAA memiliki pori yang lebih besar dibanding morfologi permukaan SAM. Komposisi terbaik dalam sintesis superabsorben untuk SAA dan SAM adalah dengan menggunakan selulosa 0,3 gram, inisiator KPS 2,65 mmol/L, dan MBA 2,32 mmol/L. Kapasitas swelling air dan urea yang terbaik dari SAA masing-masing adalah sebesar 2353,74 g/g dan 1797,98 g/g, sedangkan untuk SAM adalah sebesar 1471,22 g/g dan 1734,79 g/g. Kapasitas release air dan urea untuk superabsorben SAA sebesar 90,07 % dan 19,63 %, sedangkan superabsorben SAM sebesar 84,35 % untuk release air dan 11,54 % untuk release urea. Dari hasil penentuan kapasitas swelling dan release disimpulkan bahwa monomer asam akrilat adalah monomer terbaik untuk meningkatkan kapasitas swelling, sedangkan monomer akrilamida terbaik dalam kapasitas release. Kinetika swelling dan release superabsorben mengikuti orde pseudo-kedua.
Cellulose can be isolated from rice husk chemically with dewaxing delignin and dehemicellulose step. At dewaxing step, rice husks are extracted with a toluene: ethanol (2: 1) solvent. The removal of lignin and hemicellulose performed with 5% potassium hydroxide and 2% hydrogen peroxide. The average percentage of cellulose obtained is 35%. Based on FTIR analysis, functional groups hemicellulose, lignin and Si-O-Si has removed in cellulose in the wave number 1738 cm-1, 1516 cm-1 and 496 cm-1 respectively. Cellulose insulation results are used as a backbone for the synthesis of cellulose-g-acrylate acid (SAA) and cellulose-g-acrylamide (SAM) with a variation of the mass of cellulose, concentration of crosslinking MBA, and the concentration of initiator KPS to obtain the optimum composition of the best swelling and release capacity. XRD analysis of the superabsorbent forms show amorphous nature. On the surface morphology known tat superabsorbent SAA has larger pores than the SAM surface. The best composition in the synthesis of superabsorbent for SAA and SAM is by using a 0.3 gram cellulose, 2.65 mmol/L of initiator KPS, and 2.32 mmol/L MBA. The best swelling capacity of water and urea from SAA respectively amounted to 2353.74 g/g and 1797.98 g/g, while for SAM are 1471.22 g/g and 1734.79 g/g. Water and urea release capacity for superabsorbent SAA amounted to 90.07% and 19.63%, while the SAM superabsorbent are 84.35% in water and 11.54% in urea. From the results of the determination of the capacity of swelling and release concluded that acrylic acid monomers is best to increase the capacity of swelling, while the acrylamide monomer is the best in the capacity release. Superabsorbent swelling and release kinetics followed a pseudo-second order.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarmaji
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pengaruh jenis inisiator, jenis surfaktan dan waktu feeding monomer dari kopolimer Butil akrilat-Asam metakrilat terhadap kinerja pressure sensitive adhesives berbasis air. Proses polimerisasi dilakukan menggunakan teknik seeding melalui polimerisasi radikal bebas pada temperatur reaksi 85±1 oC dengan kecepatan pengadukan 200 rpm.Tipe inisiator divariasi menggunakan APS dan KPS, surfaktan menggunakan LDBS dan SLS serta waktu feeding dibuat 2, 3 dan 4 jam. Parameter polimer PSA seperti : total padatan, viskositas, pH, tegangan permukaan, ukuran partikel, tack, shear dan adhesion diuji. Variasi inisiator, surfaktan dan waktu feeding tidak mempengaruhi total padatan, viskositas, pH dan tegangan permukaan polimer PSA. Efek variasi inisiator, surfaktan dan waktu feeding monomer mempengaruhi ukuran dan distribusi ukuran partikel dimana ukuran partikel paling kecil diperoleh dari kombinasi antara inisiator KPS, surfaktan SLS dan waktu feeding 3 jam. Sedangkan kinerja secara keseluruhan dari polimer PSA didapat dari kombinasi antara inisiator APS, surfaktan LDBS dan waktu feeding 2 jam dengan parameter tack : 4 cm, shear : 18 menit dan adhesion : 6,56 N
ABSTRACT
A research has been conducted to investigate the effect of various initiator, surfactant and feeding time of Buthyl acrylate-Methacrylic acid copolymer on the performance of water based pressure sensitive adhesives. Polymerization was done by seeding technique through free radical polymerization at the reaction temperature 85±1 oC and the speed of agitation 200 rpm. Initiator was varied by using Ammonium persulfate and Potassium persulfate, surfactant using LDBS and SLS then feeding time was made in 2, 3 and 4 hours. The parameter of PSA polymer i.e solid content, viscosity, pH, surface tension, particle size, tack, shear and adhesion were tested. The variation of initiator, surfactant and feeding time did not effected solid content, viscosity, pH and surface tension of PSA polymer. Variation of initiator, surfactant and feeding time influenced particle size and distribution particle size where the smallest particle size were achieved by combination initiator Potassium persulfate, surfactant SLS and feeding time of monomer 3 hours. Overall, the performance of PSA polymer was achieved by combination initiator Ammonium persulfate, surfactant LDBS and feeding time of monomer 2 hours with parameters tack: 4 cm, shear: 18 minutes and adhesion: 6,56 N.
2012
T 30385
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Purwaningsih
Abstrak :
Telah dilakukan pencangkokan asam akrilat dan akrilamid pada film LDPE yang telah diiradiasi dengan berkas elektron untuk memberikan sifat hidrofilik. Bila film LDPE diiradiasi dalam udara, maka akan menginisiasi reaksi pencangkokan monomer-monomer tersebut. Pencangkokan dilakukan pada dosis 25 kGy dan konsentrasi larutan monomer 30% dalam pelarut air; metanol (90 : 10) pada kondisi atmosfer nitrogen. Persen pecangkokan meningkat dengan iamanya waktu reaksi dan sangat bergantung pada ketebalan film serta laju dosis serap dan energi elektron. Untuk terjadi reaksi pencangkokan, suhu yang diperlukan sekitar 80 °C untuk mendekomposisi peroksida pada film LDPE dan mendorong difusi monomer ke dalam matriks film. Laju dosis serap dan energi elektron menentukan banyaknya peroksida yang terbentuk pada LDPE dan ketebalan film menentukan difusi monomer ke dalamnya. Adapun proses pencangkokan pada film tipis menghasilkan persen pencangkokan yang lebih tinggi dibandingkan film tebal pada kondisi yang sama. Berdasarkan kereaktifannya asam akrilat lebih mudah dicangkokan dibandingkan akrilamid. Spektroskopi IR menunjukkan adanya vibrasi ulur karbonil karboksilat disekitar bilangan gelombang 1700 cm"\asam akrilat) dan vibrasi ulur amida primer pada bilangan gelombang 3365 cm'^ (akrilamid). Film LDPE yang telah tercangkok menjadi bersifat hidrofilik sehingga mengalami pengembangan (swelling) di dalam air. Kapasitas penyerapan air untuk PE-g-AA (asam akrilat) lebih tinggi dibandingkan PE-g- AAm (akrilamid) , namun kecepatan penyerapan air oleh PE-g-AAm lebih tinggi. Hal ini mendukung dugaan bahwa pencangkokan asam akrilat pada permukaan film dimulai dari permukaan ke arah dalam pada persen pencangkokan tertinggi, sedangkan pencangkokan akrilamid hanya pada permukaan dan daerah sekitar permukaan. Pada penelitian ini, hasil pencangkokan telah diuji cobakan sebagai , membran penukar ion pada air limbah industri elektroplating
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kopolimerisasi cangkok asam akrilat (AA) pada serat polipropilen isotaktik (PP) dipelajari menggunakan sinar Y dari sumber CO dengan teknik pra-iradiasi dalam atmosfir nitrogen. PP yang telah dihidrasi direaksikan dengan larutan AA dalam air. Proses pecangkokan ditentukan sebagai fungsi dosis total konsentrasi monomer temperatur dan waktu reaksi. Serat PP-g-AA dikarakterisasi dengan FTIR, DSC, SEMEDAX dan kapasitas penukaran ionnya terhadap ion Cu. Meningkatnya kadar pencangkokan akan meningkatkan pula kestabilan termal dan ketebalan serat. Serat yang telah dicangkok menunjukkan kinetika penularan ion yang tinggi terhadap ion Cu. Serat PP-g-AA dengan kadar pencangkokan 316.7% menunjukkan kapasitas penukaran ion sebesar 6.73 mek/g dan ion Cu terikat dan terdistribusi secara merata pada permukaan serat.
Graft copolymerization of acrylic acid (AA) onto polypropylene (PP) has been studied by using gamma rays from Co source by preirradition technique in nitrogen atmosphere . The preirradiated PP was treated with aqueous solution of AA . The precentage of grafting was determined as a function of total dose., monomer concentration,temperature and reaction periode PP-g-AA fibre was characterized by FTIR,DSC,SSEM-EDAX and the exchane capacity towards Cu ions.It was observed that the increase of percentage of grafting is followed by the increase of thermal stability and fibre thickness.High exchange kinetics towards Cu ions was shown.PP-g-AA fibre with degree of grafting of 316.7% showed exchange capacity of 6.73 meq/g and the binding copper ions were distributed homogenously in the fibre surface.
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1997
SAIN-II-2-Mei1997-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
Abstrak :
Isolasi α-selulosa dari jerami padi telah berhasil dilakukan, menghasilkan rendemen sebesar 26,95%, indeks kristalinitas 74,28% dan berat molekul relatif 28.517 g/mol. Selulosa kemudian dimodifikasi, dengan tujuan untuk menghasilkan serat penukar ion, dengan mencangkokkan monomer asam akrilat pada selulosa menggunakan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 30 kGy, konsentrasi monomer 10% volum, suhu 60oC dan waktu reaksi 120 menit, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 84,12 % dan berat molekul sebesar 45.295 g/mol. Kapasitas pertukaran ion selulosa-g-AA yang dihasilkan dari pencangkokan sebesar 3,54 mek/g. Selanjutnya, untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA, dilakukan pengikatan silang menggunakan agen pengikat silang N,N?-metilenbisakrilamida (MBA). Kondisi optimum pengikatan silang terdapat pada dosis radiasi 15 kGy dan konsentrasi MBA 5%, dengan fraksi terikat silang yang diperoleh sebesar 68,27%, swelling dalam air sebesar 346,42% dan kapasitas pertukaran ion sebesar 2,99 mek/g. Pengikatan silang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam sebesar 3%, indeks kristalinitas sebesar 2,12%, suhu transisi gelas sebesar 20,43oC, dan suhu dekomposisi akhir sebesar 12,14oC. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai penyerap ion logam Cu2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 16,5 mg/g (konsentrasi awal Cu2+ 100 mg/L), yang diperoleh dengan dosis pengikatan silang 10 kGy dan konsentrasi MBA 3%. ......Isolation of α-cellulose from rice straw has been successfully carried out having 26.95% yield, with 74.28% crystallinity index and relative viscosity average molecular weight 28,517 g/mol. The α-cellulose is then chemically modified to be a fiber ion exchanger, by grafting acrylic acid monomer onto cellulose using pre-irradiation graft copolymerization technique. The optimum condition for grafting is obtained at 30 kGy radiation dose, 10% monomer concentration, 60°C grafting temperature and 120 minutes reaction time, with 84.12% grafting average and relative viscosity average molecular weight 45,295 g/mol. The ion exchange capacity of cellulose-g-AA obtained from grafting is 3,54 meq/g. Furthermore, to improve thermal and chemical resistance of cellulose-g-AA, the sampel is crosslinked using N,N?-methylenebisacrylamide (MBA) crosslinking agent. The optimum condition is obtained at 15 kGy radiation dose and 5% MBA concentration producing 68.27% crosslinked fraction, 346,42% swelling in water and 2,99 meq/g ion exchange capacity. The crosslinking process increases acids resistance by 3%, crystallinity index by 2.12%, glass transition temperature by 20.43°C, and final decomposition temperature by 12.14oC. Crosslinked cellulose-g-AA can be used as Cu2+ adsorbent having adsorption capacity of 16.5 mg/g (initial concentration of Cu2+ 100 mg/L). This capacity is achieved with crosslinking dose of 10 kGy and MBA concentration of 3%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasridah
Abstrak :
Telah dilakukan kopolimerisasi cangkok pada serat rayon terikat silang N,N?-metilenbisakrilamida (NBA) dengan teknik ozonasi menggunakan monomer akrilamida dan asam akrilat untuk menghasilkan suatu serat penukar kation. Optimasi kondisi ikat silang diperoleh pada laju alir 0,3 L/min, waktu ozonasi 90 menit, konsentrasi NBA 5%, suhu 80oC dan waktu reaksi 60 menit dengan persen pencangkokan rata-rata 49,50. Serat rayon terikat silang menunjukkan ketahanan dalam asam dan basa yang lebih baik dan derajat pengembangannya dalam air lebih rendah. Ozonasi kembali pada serat rayon terikat silang digunakan untuk mencangkokan monomer-monomer. Pada pencangkokan akrilamid dengan konsentrasi 30% pada suhu 70oC selama 90 menit diperoleh persen pencangkokan sebesar 152,46 % dan pencangkokan asam akrilat dengan konsentrasi 30% pada suhu 50oC selama 90 menit diperoleh persen pencangkokan sebesar 169,77 %. Melalui spektrum FT-IR, pada R-NBA muncul bilangan gelombang 1533,41 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus amida sekunder dari NBA, pada R-NBA-g-AAm terdapat puncak serapan yang tajam pada bilangan gelombang 1685,79 cm-1 yang menunjukkan munculnya gugus karbonil (C=O) dari amida sedangkan pada R-NBA-g-AA muncul puncak pada bilangan gelombang 1641,42 cm-1 menunjukkan pita serapan vibrasi rentang gugus karbonil (C=O) dari asam karboksilat. Kapasitas pertukaran ion yang diperoleh sebesar 1,1mek/g untuk RNBA-g-AAm dan 0,7 mek/g untuk R-NBA-g-AA. Penentuan tetapan distribusi ion Cu2+ pada pH 5 memberikan nilai sebesar 4,41 L/g untuk R-NBA-g-AAm dan 2,82 L/g untuk R-NBA-g-AAm. ......Graft copolymerization on cross linked rayon fiber with N,N?-metilenbisacrylamide (NBA) carried out with ozonisation technique using monomer acrylamide and acrylic acid to produce a cation exchange fiber. Optimization conditions of cross- linked fiber obtained at flow rate of 0.3 L/min, ozonation time of 90 minutes with reaction temperature 80oC and reaction time of 60 minutes produces grafting percentage of 49.5. Cross-linked rayon fiber shows resistance towards acid and alkaline solution better and decreases degree in the of swelling. Further ozonation on cross-linked rayon fiber is use to graft the monomers. The grafting percentage for acrylamide is 152.46% (acrylamide concentration is 30% on 70oC for 90 minutes grafting time) and for acrylic acid is 169.77 % (acrylic acid concentration is 30% on 50oC for 90 minutes grafting time) respectively. The FT-IR spectrum of wave numbers 1533.41 cm-1 indicate the presence of secondary amide groups of the NBA, a sharp absorption peak at wave numbers 1685.79 cm-1 for the carbonyl group (C = O) of the amide from R-NBA-g-AAm, and wave numbers 1641.42 cm-1 for vibration absorption band of the carbonyl group (C = O) of the carboxylate from R-NBA-g-AAm. Ion exchange capacity obtained are 1.1 meq/g for R-NBA-g-AAm and 0.7 meq/g for R-NBA-g-AA. Distribution constant for Cu2+ ions at pH 5 gave a value of 4.41 L/g R-NBA-g-AAm and 2.82 L/g for R-NBA-g-AA.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29070
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Pada penelitian ini, komposit superabsorben berbasis selulosa jerami padi dan bentonit telah berhasil disintesis. Selulosa jerami padi berhasil diisolasi dengan rendemen rata-rata sebesar 30,332%. Selanjutnya, selulosa hasil isolasi dipolimerisasi masing-masing menggunakan monomer asam akrilat dan akrilamida serta kalium persulfat digunakan sebagai inisiator dan N-N? dimetil bisakrilamida sebagai agen pengikat silang. Pada uji kapasitas swelling didapatkan bahwa superabsorben selulosa isolasi memiliki kapasitas swelling maksimum untuk air sebesar 189,894 g/g untuk monomer asam akrilat dan 149,77 g/g untuk monomer akrilamida. Kapasitas swelling maksimum untuk urea didapatkan nilai sebesar 604,543 g/g untuk monomer asam akrilat dan 137,308 g/g untuk monomer akrilamida. Kapasitas release superasorben selulosa jerami padi untuk air didapatkan nilai sebesar 77,508% untuk monomer asam akrilat dan 69,106% untuk monomer akrilamida. Kapasitas swelling untuk larutan urea diperoleh nilai 47,034% untuk monomer asam akrilat dan 18,835% untuk monomer akrilamida. Kinetika swelling dari superasorben didapatkan mengikuti kinetika pseudo orde satu untuk masing-masing superabsoben dengan hukum laju v=k[absorbat]. Dengan menggunakan metode kecepatan, didapat orde terhadap aborbat untuk swelling superabsorben monomer asam akrilat adalah 1,440 dan monomer akrilamida memiliki orde 1,476. Orde terhadap superabsorben didapatkan sebesar -0,777 pada monomer asam akrilat dan -0,065 pada monomer akrilamida. Superabsorben yang disentesis diuji menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi, XRD untuk mengetahui derajat krstalinitas, SEM untuk mengetahui morfologi permukaan dan DSC untuk mengetahui fenomena dari pemanasan.
ABSTRAK
In this research, composite superabsorbent cellulose-based rice straw and bentonite have been successfully synthesized. Rice straw cellulose was isolated obtained an average yield 30.332%. After that, cellulose is polymerized using acrylic acid and acrylamide as monomer ,potassium persulfate as initiator and N-N 'dimethyl bisacrylamide as crosslinking agent. Through swelling capacity test,it was known that maximum swelling capacity of the rice straw cellulose superabsorbent grafted acrylic acid for water was about 189.894 g / g and by superabsorbent grafted acrylamide was about 149.77 g, while the maximum swelling capacity of urea by superabsorbent grafted acrylate acid was about 604,543 g/g and by superabsorbent grafted acrylamide was about 137,308 g/g. Then, the release capacity of water by superabsorbent grafted acrylic acid was about 77.508% and superabsorben grafted acrylamide was about 69.106%. The release capacity of urea by superabsorbent grafted acrylic acid was about 47.034% and superabsorbent grafted acrylamide was about 18.835%. The swelling kinetic from superabsorbent was obtained following the kinetic of pseudo first-order for each superabsorbent using rate law v=k[absorbat]. By using initial velocitiy method is obtained the order for the swelling superabsorbent grafted acrylic acid and acrylamide is 1,440 and 1,476 of the order for absorbate. Order of the superabsorbent obtained by -0.777 for superabsorbent grafted acrylic acid and superabsorbent grafted acrylamide is -0.065. Superabsorbent was tested using FTIR to determine the functional groups, XRD for knowing the degree of cristalinity, SEM to determine the surface morphology and DSC for knowing the the heat phenomenon
2016
S63695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Leonardo
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan konversi gliserol menjadi asam akrilat menggunakan katalis Ag(0)/HZSM-5, AgO/HZSM-5 dan Ag2O/HZSM-5 yang disintesis melalui metode impregnasi basah serta dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM-EDX, SAA dan TEM. Katalis dengan HZSM-5 sebagai penyangga memiliki situs asam Brønsted pada kerangkanya yang berperan dalam aplikasi reaksi dehidrasi-oksidasi gliserol. Sedangkan, logam Ag memiliki sifat redoks yang baik serta dapat meningkatkan akitivitas katalis dan selektivitasnya. Hasil analisis SEM-EDX menunjukan telah terbentuknya katalis dengan spesi perak yang tersebar secara merata. Analisis SAA menunjukan adanya penurunan luas area permukaan katalis Ag(0)/HZSM-5, AgO/HZSM-5 dan Ag2O/HZSM-5 yang dibandingkan dari luas area permukaan penyangga HZSM-5 sebesar 358,3014 m2/g menjadi 300,4281 m2/g; 341,5996 m2/g; 283,542 m2/g yang menunjukan terisinya sebagian pori-pori HZSM-5 oleh nanopartikel perak. Aplikasi reaksi dehidrasi-oksidasi gliserol pada penelitian ini dilakukan dengan memvariasi jumlah katalis, waktu dan suhu menggunakan katalis Ag(0)/HZSM-5 dan Ag2O/HZSM-5. Katalis Ag2O/HZSM-5 dengan berat 15 wt.% yang diaplikasikan pada konversi gliserol menghasilkan persen yield asam akrilat sebesar 26,4% selama 6 jam reaksi pada suhu 180 0C. ......In this research, glycerol conversion to acrylic acid was conducted using Ag(0)/HZSM-5, AgO/HZSM-5 and Ag2O/HZSM-5 catalysts that were synthesized using wet impregnation method and characterized by FTIR, XRD, SEM-EDX, SAA and TEM. The HZSM-5 catalyst has important Brønsted Acid site in its framework which plays a role in the glycerol dehydration-oxidation reaction. Meanwhile, the metallic Ag as the active site has good redox properties that can increase the catalyst activity and selectivity. The results of SEM-EDX analysis showed that the silver species was evenly distributed on the HZSM-5 support. SAA analysis showed a decrease in the surface area of HZSM-5 after impregnation with silver, from 358.3 m2/g to 300.4 m2/g, 341.6 m2/g and 283.5 m2/g for Ag(0)/HZSM-5, AgO/HZSM-5 and Ag2O/HZSM-5, respectively which indicates that silver species partially filled in to HZSM-5 pores. The glycerol dehydration-oxidation reactions were carried out by varying the amount of catalyst, reaction time and temperature using Ag(0)/HZSM-5 and Ag2O/HZSM-5 catalysts. The best reaction condition was obtained using 15 wt.% Ag2O/HZSM-5 catalyst in a 6-hour reaction at 180 0C which resulted in acrylic acid yield of 26.4%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>