Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Budi Utomo
Jakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan pariwisata, 2002
729 BAM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soegijanto
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999
R 690.21 SOE b (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Soegijanto
"Buku yang berjudul "Bangunan di Indonesia dengan iklim tropis lembab ditinjau dari aspek fisika bangunan" ini ditulis oleh Soegijanto. Buku ini membahas tentang struktur bangunan di Indonesia."
[Place of publication not identified]: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
R 720 SOE b (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma, B.
"Buku yang berjudul "Menguak keindahan arsitektur dunia" ini ditulis oleh B. Kusuma. Buku ini berisikan arsitektur-arsitektur dari berbagai negara di dunia, dilengkapi dengan gambar-gambar."
Jakarta: Depdikbud, 1997
R 720.22 KUS m (2)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Joko Susilo
"Masa ketika agama Hindu dan Buddha berkembang dan dipeluk masyarakat di wilayah yang saat ini kita kenal sebagai Jawa Tengah, menduduki posisi panting dalam studi arkeologi dan sejarah perkembangan sebuah bangsa yang kini bernama Indonesia. Peninggalan-peninggalan dari periode itu sedikit banyak mampu membantu kita memahami kronologi berkembangnya kebudayaan yang menjadi bagian jatidiri bangsa kita. Salah satu peninggalan tersebut dan menjadi data dalam skripsi ini adalah Candi Ngawen. Kompleks Candi Ngawen terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Kompleks Candi Ngawen ini terdiri dari lima hangman yang berjejer dari utara ke selatan dan semuanya menghadap ke timur. Berdasarkan sisa-sisa bangunannya, dapat diidentifikasi bahwa dalam kompleks tersebut terdapat dua bentuk bangunan yang berbeda. Bentuk yang pertarna terdiri dari Candi Ngawen I, III, dan V yaitu memiliki denah kaki candi berbentuk bujursangkar. Sedangkan bentuk kedua adalah denah kaki candi berbentuk palang yang dimiliki Candi Ngawen II dan IV.
PermasaIahannya adalah dengan bentuk-bentuk arsitektur demikian para ahli menduga bahwa kelima bangunan tersebut merupakan tempat pemujaan bagi kelima Tathagata, yaitu Vairocana, Aksobhya, Ratnasambhava, Amitabha dan Amoghasiddhi. Hal tersebut didasarkan pads penemuan arca Ratnasambhava dan Amitabha. Padahal berdasarkan data-data yang dapat kita jumpai, setiap Tathagata tersebut memiliki tempat tersendiri yang secara garis besar adalah Vairocana memiliki posisi di pusat, Aksobhya menguasai arah timur, Ratnasambhava menguasai selatan, Amitabha menguasai arah barat, dan Amoghasiddhi arah utara. Dengan demikian mungkinkah pendapat para ahli tersebut benar? Selanjutnya, pada kerangka waktu yang mana kompleks Candi Ngawen tersebut dapat ditempatkan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah benar pendapat para ahli tersebut berdasarkan bukti-bukti yang terdapat di Indonesia serta untuk mengetahui pada kerangka waktu yang mana kompleks Candi Ngawen tersebut dapat ditempatkan, sehingga dapat diketahui sejarah perkembangan kebudayaan masa Hindu-Buddha khususnya di Jawa Tengah dan di Indonesia pada umumnya.
Ruang iingkup penelitian ini adalah sebatas pada bentuk-bentuk arsitektur sebagai salah satu unsur yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kronologi relatif sebuah bangunan kuno. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sesuai dengan latar belakang pendidikan peneliti yaitu metode penelitian arkeologi. Metode ini terdiri dari tiga tahap yaitu pertama, melakukan pengurnpulan data (observasi) balk melalui studi pustaka maupun studi lapangan. Kedua, pengolahan data yang berhasil dikumpulkan dalam tahap penelitian sebelumnya. Dan tahap ketiga,penafsiran data benapa penarikan kesimpulan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini.
Kesimpulan yang dihasilkan dan penelitian ini adalah kemungkinan besar kompleks Candi Ngawen dibangun pada dua masa yang berbeda, dengan catatan masa pembangunan terakhimya sekitar abad 9, tepatnya setelah Candi Borobudur dan sebelum Candi Prambanan. Selain itu dari penelitian ini juga dapat dibuktikan bahwa pendapat para ahli yang menganggap bahwa kelima bangunan Candi Ngawen berisi area Tathagata kemungkinan besar kurang tepat. Dengan kata lain di kompleks Candi Ngawen memang hanya terdapat dua area Tathagata, Ratnasambhava dan Amitabha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S12028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Ruyani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Tjahjono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Tjahjono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Regulus Nathan Hidayat
"Pada dasamya didalam hidup ini manusia dibagi menjadi 2 jenis, yaitu laki-Iaki dan wanita, dan keduanya memiliki ekspresi seksual yang berbeda. Melalui sifat-sifat, perbuatan, penampilan, dan periakuan, seksualitaspun dapat bisa diekspresikan. Tanpa disengaja sebuah rancangan muncul seperti naluri, melalui tarikan garis, pemikiran bentuk, dan konsep. Dan semua itu tidak bisa dipungkiri keluar begitu saja, karena keinginan seseorang untuk mengekspresikannya. Demikian pula dengan seksualitas manusia_ yang tanpa sengaja muncul diantara rancangan-rancangannya. maka dari itu bisa kita Iihat bangunan-bangunan yang begitu sensual, begitu kokoh, begitu memikat, dan memperdaya, semua itu muncul dari hasrat si perancang. Akan tetapi ranczngan itu sudah tidak mumi lagi, terlalu banyak faktor Iain berpezan dalam arsitektur sekarang ini, oleh karena itu untuk melihat eskpresi seksual yang mumi, kita memerlukan arsitektur yang juga belum banyak dipengaruhi oleh pemikiran modem.
Seperti halnya di masyarakat tradisional, dalam bangunannya dan pemukimannya masih bisa kita rasakan kekokohan dan kelembutan dari arsitekiumya, ha! itu tidak terlepas dari pada pola hidup dalam masyarakatnya itu sendiri, apakah Iaki-laki yang berkuasa didalamnya atau justm waniia memegang peranan yang penting. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukkan karakter dari seksualitas bangunan dan pemukimannya. Sepeni halnya dalam masyarakat Kalimantan dan Flores Wolotopo yang dibahas, memiliki sistem patriarchy didalamnya, terlihat dari beberapa aspek bangunan dan polanya bahwa sifat yang muncul dominan Iaki-taki. Meskipun dalarn telaahannya di Kalimantan memiliki penyimpangan sifat wanita pada pemukimannya, juga seperti di Wolotopo bangunannya juga mengalami penyimpangan dalam penggambarannya. Bangunan di Wolotopo dianggap sebagai sosok wanita. Sedangkan dalam masyarakat Flores Bena yang memiliki sistem matriarchy terlihat bahwa sifat dominan dalam bangunan dan pola pemukimannya adalah wanita."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uketsu
"Seorang kenalan ingin membeli rumah seken di Tokyo dan memperlihatkan denah rumahnya padaku karena merasa ada yang ganjil. Sekilas, rumah ini kelihatan seperti rumah-rumah lain pada umumnya dengan interior yang luas dan terang. Namun, ketika mencermatinya baik-baik, aku mendapati bahwa memang ada keanehan di sana-sini. Keanehan demi keanehan itu bertumpuk, kemudian terjalin membentuk satu “kenyataan”. Kenyataan yang teramat sangat mengerikan, dan sama sekali tidak ingin kupercaya. Masalah yang Diceritakan Seorang Kenalan Saat ini, aku berprofesi sebagai penulis lepas spesialis occult— hal-hal gaib. Tuntutan profesi membuatku kerap bersinggungan dengan cerita hantu maupun pengalaman mistis. Dan di antaranya, aku paling sering mendengar cerita supranatural yang terjadi di ”rumah”. ”Aku mendengar bunyi langkah di lantai dua, padahal di sana tidak ada orang.” ”Rasanya seperti ada yang memperhatikanku waktu aku berada di ruang tamu sendirian.” ”Terdengar suara orang bicara dari dalam lemari.” Tak terhitung banyaknya kisah-kisah mengenai bangunan yang dibayangi sejarah kelam. Namun, cerita tentang ”rumah” yang kudengar pada waktu itu agak berbeda dari cerita-cerita serupa lainnya. Pada bulan September tahun 2019, seorang kenalan bernama Yanaoka-san menghubungiku karena ada masalah yang ingin dibahas. Yanaoka-san bekerja sebagai staf sales di sebuah agensi editorial. Kami berdua berteman dekat dan sesekali pergi makan bersama sejak berkenalan beberapa tahun lalu dalam urusan pekerjaan. Tidak lama lagi Yanaoka-san akan menyambut kelahiran anak pertamanya. Sehubungan dengan peristiwa itu, Yanaokasan pun memantapkan diri untuk membeli rumah pertamanya Setelah menghabiskan waktu setiap malam sampai larut melihat lihat informasi properti, Yanaoka­san akhirnya menemukan satu rumah yang ideal di kawasan Tokyo. Rumah dua lantai itu berada di daerah permukiman yang tenang. Banyak hutan di sekitarnya meskipun berlokasi di dekat stasiun, serta usia bangunannya sendiri terbilang baru meskipun berstatus rumah second. Ketika Yanaoka­san beserta istri datang melihat lihat rumah itu, mereka berdua langsung jatuh hati pada interiornya yang lega dan terang. Hanya saja, terdapat satu bagian pada tata letak ruangan di rumah itu yang menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka."
Jakarta: PT Gramedia, 2023
895.6 UKE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>