Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmeang, Boris A.
"Program telah menjadi anak emas dalam perancangan arsitektur masa kini. Perancang sangat tertolong dengan arahan yang diberikannya. Program juga memungkinkan arsitektur untuk berubah sepanjang waktu, sesuai dengan informasi yang terus‐menerus diterimanya. Informasi mengenai hal teraga maupun tak teraga pada tapak menjadi masukan bagi program. Dengan begini arsitektur dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Namun, selidik punya selidik, program dahulu tidak memungkinkan arsitektur untuk berubah.
Dahulu, program kaku adanya. Kakunya program disebabkan oleh hasrat perancang untuk memenuhi persyaratan fungsi saja, melupakan budaya. Kalaupun teringat, lambat laun perancang akan melupakannya. Akibatnya makna pada arsitektur sirna. Dengan demikian, program yang semula sesuai dengan pemicu menjadi mentah dan tak layak lagi di mata waktu. Hal ini telah terjadi dari masa ke masa, terlihat jelas di era arsitektur modern dan postmodern. Perubahan zaman menuntut arsitektur untuk berubah pula. Dengan berubah, arsitektur dapat terus menerus menghasilkan makna.
Budaya yang menjadi bagian penting pada perancangan, terlebih pemrograman, mendorong timbulnya pertanyaan mengenai kemampuan program untuk mengolah masukan tersebut. Dipertanyakan pula bagaimana program berubah dan memaksa arsitektur berubah sehingga makna dapat diciptakan lagi dan lagi.

No such doubts can be inquired of the program?s popularity. Program is helpful for it provides directions for designers. Program is lithe by allowing architecture to change through time by its perpetual endeavor to import informations. Any site‐specific informations, whether physical or non‐physical, can be the input for the program. Consequently, change is surmountable because architecture is adaptive. Nevertheless, this quality wasn?t always there.
Program has been inflexible, caused by the search for functional perfection. Designers have forgotten another factor: the culture. Remembrance was futile, for it only lasted a while, short enough for meanings to vanish. The program which was once considered suitable became irrelevant and inappropriate. We have seen triumphant thought and theories at the times of modern and post‐modern architecture turned old and obsolete, which occuring has been witnessed through each eras which is known in history. As time goes on, architecture insist on change. Hence, it enable architecture to produce fresh meanings persistently.
Significantly, culture affects program. That very sentence provokes certain questions regarding the ability of program to process cultural inputs and to change architecture and its meanings."
2008
S48438
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adika Ramaghazy
"Kajian perancangan ini mengangkat narasi mimpi sebagai basis operasi dalam perancangan arsitektur. Melalui kajian ini, saya mencoba melakukan pendalaman terhadap kehadiran dreamscape sebagai suatu gagasan situasi surealis yang menjadi dasar perancangan arsitektural. Jika selama ini arsitektur hadir melalui operasi yang terstruktur dan rigid, pemahaman akan dreamscape sebagai medium perancangan memposisikan pentingnya operasi eksploratif yang menghadirkan narasi keruangan yang berbeda. Dalam perancangan ini, Morpheus merupakan sebuah pemrograman arsitektur secara eksperimental melalui spekulasi rangkaian operasi mimpi. Narasi mimpi berbasis sketsa memungkinkan pengembangan bahasa pemrograman arsitektur yang baru, dari eksplorasi awal, mematerialisasikan arsitektur bersamaan dengan refleksi yang menyertainya. Dalam prosesnya, arsitektur akan dilihat sebagai instrumen eksperimental berbasis operasi tidak terstruktur, yang mengantarkan pembaca dalam suatu proses penjelajahan metode alternatif dalam membangun rangkaian eksposisi narasi dalam suatu situasi alam mimpi.

This study explores the narrative of dreams as a basis of architectural design operation. Through this study, I investigate the existence of dreamscape as a surrealist situation that becomes the basis of architectural design. Current architectural discourse has explored design based on some structured and rigid operations. However, the understanding of dreamscape as a design medium, positions the importance of explorative and unstructured operations as the basis of alternative spatial narrative. In this design, Morpheus exists as a form of experimental architecture programming through a series of speculative dream operations. Dream narratives based on sketches become an essential basis in the development of architectural programming languages, from the initial exploration to materialising architecture along with accompanying reflections. In the process, architecture will be seen as an experimental instrument based on speculative and unstructured operations, leading the reader into a process of exploring alternative methods in constructing narrative relationships in a dreamscape situation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library