Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Anindhita Nugroho
"Seiring dengan majunya teknologi serta globalisasi menyebabkan lahirnya peluang bagi para pelaku di Industri musik untuk menyesuaikan karya ciptanya pada era digital. Salah satunya adalah kegiatan pengaransemenan atau daur ulang suatu karya cipta lagu menjadi karya yang baru. Dalam melakukan kegiatan aransemen diperlukan adanya teknik serta keahlian yang dilakukan oleh Arranger maupun Komposer. Sebagai bentuk dari pelestarian suatu karya musik, Undang-Undang Hak Cipta menyertakan adanya Hak Eksklusif yang dimiliki oleh Pencipta maupun Pemegang Hak Cipta dimana salah satunya adalah kegiatan untuk mengaransemen sebuah karya cipta lagu. Kegiatan aransemen kemudian menjadi hak bagi para pihak yang memiliki wewenang untuk melakukan daur ulang tersebut. Namun, pada Industri Musik saat ini banyak sekali pihak-pihak yang melakukan aransemen hingga mendapatkan hasil ekonomi dari karya tersebut tanpa adanya prosedur yang dilakukan sesuai dengan keberlakuan Undang-Undang Hak Cipta. Terhadap adanya karya aransemen yang lahir atas karya turunan dari sebuah ciptaan dimana karya tersebut merupakan hasil fiksasi oleh Arranger. Problematika yang mendasari penelitian ini berkaitan dengan bentuk ciptaan dari Aransemen Musik serta kedudukan Arranger sebagai Pihak utama tetapi bukan sebagai Pencipta atas adanya ketidaksesuain dalam Undang-Undang Hak Cipta. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian yuridis-normatif dengan data yang diperoleh dengan studi kepustakaan dan waawancara serta perbandingan dengan Undang-Undang di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa hasil dari karya cipta aransemen merupakan ciptaan tersendiri karena lahir dari Hak Eksklusif Pencipta maupun Pemegang Hak Cipta. Namun, yang menjadi problematika adalah kedudukan Arrangersebagai pihak utama yang tidak termasuk dalam Pencipta dalam Undang-Undang Hak Cipta. Kemudian adanya keterkaitan pada Hak Ekonomi serta Hak Moral dari Pencipta untuk kemudian dapat mengklasifikasikan apakah benar adanya pelanggaran Hak Cipta atau tidak.

Along with the advancement of technology and globalization, it causes the birth of opportunities for actors in the music industry to adapt their creative works to the digital era. One of them is the activity of arranging or recycling a song into a new work. Arranging activities require techniques and expertise carried out by arrangers and composers. As a form of preservation of a musical work, the Copyright Act includes the existence of Exclusive Rights owned by the Creator and Copyright Holder where one of them is the activity to arrange a song copyrighted work. The arrangement activity then becomes the right for the parties who have the authority to recycle it. However, in the Music Industry today there are many parties who make arrangements to get economic results from the work without any procedures carried out in accordance with the enforceability of the Copyright Act. Against the existence of arrangement works that are born on derivative works of a work where the work is the result of fixation by the Arranger. The problems underlying this research relate to the form of creation of the Music Arrangement as well as the position of the Arranger as the main party but not as the Creator for the existence of inconsistencies in the Copyright Law. This research was conducted using juridical-normative research method with data obtained by literature study and interviews as well as comparison with the Law in the United States. The results of the research show that the results of the copyrighted work of arrangement is a separate creation because it was born from the exclusive rights of the creator and copyright holder. However, what is problematic is the position of Arranger as the main party that is not included in the Creator in the Copyright Act. Then there is a connection to the Economic Rights and Moral Rights of the Creator to then be able to classify whether there is a true copyright infringement or not."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelle Aulia Darma
"Skripsi ini mengeksplorasi potensi alam untuk melakukan storytelling lewat lanskap. Penelitian ini menggunakan pendekatan arsitektur naratif sebagai tools untuk membaca lanskap sebagai sebuah cerita, di mana dua lanskap pasca-industri—yaitu Landschaftspark Duisburg-Nord dan Parc des Iles—dipelajari melalui studi literatur, observasi interaksi pengguna, dan analisis grafis berbasis data. Melalui studi ini, dapat ditunjukkan bahwa narasi lanskap dapat ditentukan jika menggunakan naturalisasi, yang melibatkan penguatan elemen-elemen alami, atau denaturalisasi, yang melibatkan rekayasa elemen-elemen buatan, atau bahkan mampu menghasilkan narasi lanskap yang kompleks dengan menggabungkan keduanya secara harmonis. Landschaftspark Duisburg-Nord menggarisbawahi transisi dari bekas lokasi industri menjadi ruang hijau publik yang ramah lingkungan, sementara Parc des Iles menumbuhkan ikatan yang dalam antara manusia dengan alam sekitarnya lewat rekayasa elemen alam. Melalui integrasi elemen-elemen yang berwujud (tangible), seperti vegetasi dan air, dan elemen-elemen yang tidak berwujud (intangible), termasuk emosi dan ingatan, yang diaransemen secara revealing and concealing, lanskap mampu menenun narasi yang mendalam dan kompleks, menjadikannya sebagai medium bercerita yang kuat secara tiga dimensi. Sehingga, alam dapat dibuktikan sebagai sebuah entitas yang mampu bercerita secara aktif dalam lanskap yang secara substansial tentunya dapat dibaca oleh pengguna selayaknya sebuah cerita yang utuh.

This thesis explores the potential of nature for storytelling through landscape. This research uses a narrative architecture approach as a tool to read the landscape as a story, where two post-industrial landscapes—Landschaftspark Duisburg-Nord and Parc des Iles—are studied through literature review, user interaction observation, and data-driven graphical analysis. Through this study, it can be shown that landscape narratives can be defined by either naturalization, which involves the reinforcement of natural elements, or denaturalization, which involves the engineering of artificial elements, or even be able to generate complex landscape narratives by harmoniously combining both. Landschaftspark Duisburg-Nord underscores the transition from a former industrial site to an environmentally friendly public green space, while Parc des Iles fosters a deep bond between people and their natural surroundings through the engineering of natural elements. Through the integration of tangible elements, such as vegetation and water, and intangible elements, including emotions and memories, arranged in revealing and concealing ways, the landscape is able to weave a deep and complex narrative, making it a powerful three-dimensional storytelling medium. Thus, nature can be proven as an entity capable of actively telling a story in the landscape that can be substantially read by the user like a story. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athira Askari
"ABSTRACT
Flexible Work Arrangements: The Perceived Impact of Alternative Work Schedule and Flexible Workplace on Job Satisfaction Balancing work and life circumstances have become a critical aspect of businesses today. This study provides the first investigation of two essential forms of flexible work arrangements, mainly alternative work schedule and flexible workplace, and the relationship with job satisfaction. Drawing on Herzbergs two-factor theory, spillover, and work-family enrichment theory, this study proposes that flexible work arrangements are positively related to job satisfaction. A final sample of 31,212 workers in the 28 EU Member States were utilized to test the interrelationships between alternative work schedule, flexible workplace, and job satisfaction; using data from the 6th European Working Condition Survey (2015). The research finds that the relationship between alternative work schedule and job satisfaction is positive. The relationship of a flexible workplace and job satisfaction is also positive. These findings emphasize the importance of different forms of flexible work arrangements to increase satisfaction on job-related aspects.

ABSTRACT
Menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan telah menjadi suatu aspek kritis dalam bisnis masa kini. Studi ini memberikan investigasi pertama mengenai dua bentuk esensial aransemen kerja yang fleksibel, yaitu jadwal kerja alternatif dan tempat kerja yang fleksibel, dan hubungannya dengan kepuasan kerja. Mengacu kepada teori dua faktornya Herzberg, spillover, dan teori elvetica work-family enrichment, studi ini mengajukan bahwa aransemen kerja yang fleksibel memiliki: Helvetica hubungan yang positif terhadap kepuasan kerja. Sampel akhir dari 31.212 pekerja di 28 Negara Anggota Uni Eropa (UE) digunakan untuk menguji hubungan timbal balik antara jadwal kerja alternatif, tempat kerja yang fleksibel, dan kepuasan kerja; menggunakan data dari Survei. Kondisi Kerja Eropa ke-6 (2015). Riset tersebut menemukan bahwa hubungan antara jadwal kerja alternatif dan kepuasan kerja adalah positif. Hubungan tempat kerja yang fleksibel dan kepuasan kerja juga positif. Temuan ini menekankan pentingnya berbagai bentuk aransemen kerja yang fleksibel dalam meningkatkan kepuasan pada aspek yang terkait dengan pekerjaan."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library