Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Natalia Poerawinata
"Mengingat penggunaannya yang begitu sering dan mudah dijumpai untuk pewarna dan pevvangi makanan Serta kandungan utama dari marga Pandanus, seperti tanin, saponin, alkaloid, dan flavonoid dapat dimanfaatkan sebagai senyawa antioksidarm Penelitian ini dilakukan di Iaboratorium Bahan Alam LIPI Biologi, Cibinong. Isolasi dilakukan menggunakan ekstraksi dalam pelarut n-heksana, etil asetat, dan metar1o|_ Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode radical scavenger menggunakan senyavva DPPH dan diukur dengan alat spektrofotometer UV Vis pada panjang gelombang i 515 nm. Senyavva yang aktif sebagai antioksidan yaitu etil asetat, selanjutnya dilakukan pemisahan dengan kromatografi ko|om. Hasil pemisahan dilakukan pengujian aktivitas antioksidan, dan uji tersebut memberikan nilai |C50 sebesar 8,9241 pg/ml untuk senyavva B sedangkan senyavva C sebesar 8,5989 pg/ml. Identifikasi isolat menggunakan alat spektrofotometer UV Vis, FT IR, dan GC IVIS yang sebelumnya dilakukan uji kualitatif terhadap senyavva f|avonoid. Dari hasil identifikasi diduga senyawa B yaitu 4-4'-clihidroksi-2’-hidroksikalkon, sedangkan senyawa C diduga 7-hidroksi-3'4'-climetoksiflavorm.
......Remind that we often use of it and easy to find for colouring and food fragrant along with main contain of genus pandanus, like tanin, saponin, alkaloid, and flavonoid can be used as antioxidant compound. This result is done in ‘Natural Product LIPI Biology Laboratory, Cibinong. Isolation is done by using extract on n-heksan solvent, etil acetat, and methanol. The test of antioxidant activity using radical scavenger method using DPPH compound and measure by spectrophotometer UV Vis tool on wavelength i 515 nm. The compound that active as antioxidant are etil acetat, and next separation is done by kromatografi kolom.The separation result is done by antioxidant activity test, and that test give value lC50 amount 8,9241 ug/ml, for compound B, vvnile compound C amount 6,5989 ug/ml. lsolat identification using spectropnotometer UV Vis, FT IR, GC IVIS and previously tne qualitative test tnat nas done before on flavonoid compound. The identification result of compound B is 4-4'-dinydroxy-3'4'-dinydroxy-2'-nydroxycalcone, vvnile compound C is 7-nydroxy-3'4'-dimetnoxyflavone."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Yanuarti Dewi
"Kulit manggis (Garcinia Mangostana L.) terbukti kaya akan kandungan xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi terutama pada hasil fraksinasi diklorometana. Sampo adalah kosmetik yang digunakan untuk mencuci rambut, menghilangkan kotoran dari kulit kepala dan rambut, serta mempertahankan rambut dalam keadaan yang bersih dan mudah diatur. Pada penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil) untuk mengetahui nilai IC50 dari hasil fraksinasi diklorometana ekstrak metanol kulit buah manggis. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi hasil fraksi diklorometana ekstrak metanol kulit buah manggis ke dalam 3 formula sampo yang berbeda konsentrasi yaitu 0,010; 0,050 dan 0,252% kemudian dihitung aktivitas antioksidan masing-masing formula dengan metode peredaman DPPH. Uji stabilitas fisik dipercepat dilakukan pada sampo yang disimpan pada suhu yang berbeda (suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar dan suhu tinggi (40±2ºC)) dan uji cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan sampo fraksi diklorometana ekstrak metanol kulit buah manggis 0,01; 0,050 dan 0,252% memiliki kestabilan setelah dilakukan pengujian pada suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar dan suhu tinggi (40±2ºC) serta uji cycling test. Nilai IC dari ketiga sampo pada konsentrasi 0,010, 0,050; 0,252% dan blangko positif adalah sebesar 98,680; 81,963; 76,172 dan 92,037 ppm. Berdasarkan Nilai IC50, disimpulkan bahwa sampo fraksi diklorometana ekstrak metanol kulit buah manggis 0,252% memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan sampo fraksi diklorometana ekstrak metanol kulit buah manggis 0,010; 0.050% dan kontrol positif (vitamin C).
......Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved rich in compounds of xanthone that have very high potential of antioxidant activity, especially the fraction of dichlormethane from methanol extract of mangosteen pericarp. Shampoo is a type of cosmetics which has function to wash and removes dirt from hair and scalps. Shampoo also can maintain hair in good condition so it will be easy to manage. The method was used in this study was the reduction of DPPH (2,2-diphenyl-1-picryl hydrazyl) to determine the IC50 value of the fraction of dichlormethane from methanol extract of mangosteen pericarp. The aim of this study to formulate the fraction of dichlormethane from methanol extract mangosteen pericarp into three different concentration which are 0.010; 0.050 and 0.252% respectively. The antioxidant activity of each concentration of shampoo also calculated by DPPH reduction method. Accelerated physical stability test was done at different temperatures including (low temperature (4±2ºC), room temperature, and high temperature (40±2ºC)) and also cycling test. IC value of shampoo containing dichlormethane fraction from methanol extract of mangosteen pericarp of 0.010; 0.050 0.252% and positive control are 98.680; 81.963; 76.172 and 92.037 ppm respectively. Based on IC50values, it was concluded that shampoo containing dichlormethane fraction from methanol extract of mangosteen pericarp of 0.252% have the highest antioxidant activity compared to shampoo containing dichlormethane fraction from methanol extract of mangosteen pericarp of 0.010; 0.050% and the positive control (vitamin C)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Afidya Indina Harumanti
"Kanker merupakan penyebab kematian utama di negara maju dan penyebab kematian kedua di negara berkembang. Metode pengobatan kanker yang umum digunakan adalah kemoterapi, namun memiliki banyak efek samping. Obat herbal pun diupayakan sebagai alternatif pengobatan kanker, salah satunya senyawa bioaktif asetogenin yang berasal dari tanaman sirsak Annona muricata L. Jenis obat herbal yang berpotensi untuk antikanker salah satunya diukur dengan parameter sitotoksisitas, yaitu parameter yang dihubungkan dengan pengurangan sel kanker di dalam tubuh. Pada banyak penelitian sebelumnya, asetogenin telah dilaporkan menunjukkan kemampuan sitotoksik tinggi terhadap sel kanker. Namun, kemampuan sitotoksik tinggi yang telah dibuktikan tersebut membuat senyawa ini perlu dilakukan uji lebih lanjut terkait aktivitas sitotoksiknya dengan pengujian lain yang lebih terarah untuk mengetahui aktivitas spesifiknya. Uji antioksidan terhadap senyawa bioaktif dilaporkan memiliki korelasi yang baik terhadap aktivitas antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk menguji lebih jauh aktivitas antikanker yang dimiliki oleh hasil fraksinasi yang kaya akan senyawa bioaktif asetogenin dari daun sirsak menggunakan uji aktivitas antioksidan dan uji flavonoid serta pengaruh variasi yang dilakukan terhadap uji antioksidan. Dari penelitian didapat bahwa terdapat korelasi antara aktivitas sitotoksik dengan aktivitas antioksidan, namun tidak dibuktikan dengan menggunakan uji flavonoid, sementara variasi yang dilakukan pada fraksi ekstrak memberikan efek menurunnya aktivitas antioksidan.

Cancer is the leading cause of death in developed countries and the second leading cause of death in developing countries. Methods commonly used for cancer treatment is chemotherapy, but it has many side effects. Herbal drugs were sought as an alternative for cancer treatment, one of which is acetogenins bioactive compounds derived from plants soursop Annona muricata L. Herbal drug possessing any potential for cancer treatment measured one of which by cytotoxicity parameter, that is parameter associated with removal of cancer cells in the body. In many previous studies, it has been reported that acetogenins showed high cytotoxic ability against cancer cell. However, the high cytotoxicity that has been proven is necessary to make further test related to its cytotoxicity to determine the specific activity. Antioxidant test of bioactive compounds reported to have a good correlation to the anticancer activity. This study aims to further examine the anticancer activity owned by fractination result that rich in acetogenins bioactive compounds from soursop leaves using antioxidant test and flavonoid test as well as the effect of variation conducted to antioxidant test. From this research acquired that there is a correlation between cytotoxic activity with antioxidant activity, but not proved by using the flavonoid test, while the variation conducted to extract fraction show an antioxidant activity reduction effect."
Lengkap +
2013
S46806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Rahma
"Fenomena stres oksidatif berperan dalam berbagai patogenesis penyakit termasuk infertilitas pada pria. Meningkatnya peroksidasi lipid pada membran sel spermatozoa menyebabkan penurunan kualitas sperma. Tingkat kerusakan sel akibat stress oksidatif dapat diukur dengan kadar malondialdehid (MDA). Bekatul merupakan hasil samping proses penggilingan padi yang diketahui memiliki kandungan antioksidan; vitamin E dan oryzanol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bekatul terhadap kadar MDA testis tikus yang diinduksi CCl4. Dua puluh empat sampel tikus dibagi ke dalam 6 kelompok; kontrol (K), bekatul 200 mg/kg BB (P1), bekatul 400 mg/kg BB (P2), CCl4 (P3), 200 mg/kg BB+ CCl4 (P4), dan 400 mg/kg BB+CCl4 (P5). Tikus diadaptasi selama 7 hari. Pemberian bekatul pada kelompok P1, P2, P4, dan P5 dilakukan selama 8 hari setelah adaptasi. Sedangkan induksi CCl4 0,55mg/kg BB pada kelompok P3, P4, dan P5 dilakukan pada hari ke 9-11. Pemberian CCl4 pada kelompok P3 menghasilkan kadar MDA yang lebih tinggi bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,028). Pemberian bekatul pada kelompok P2 menunjukkan kadar MDA yang lebih rendah bermakna dibandingkan kontrol (p=0,046). Kadar MDA yang lebih rendah secara signifikan juga terlihat pada kelompok P4 dan P5 dibandingkan kelompok P3 dengan nillai p berturut-turut 0,037 dan 0,005.
Hasil penelitian menunjukkan pemberian bekatul dapat menghasilkan kadar MDA yang lebih rendah pada testis tikus yang diinduksi CCl4. Ini membuktikan potensi bekatul sebagai agen protektif terhadap peroksidasi lipid pada jaringan testis tikus.
......
The phenomenon of oxidative stress involves in pathogenesis of several diseases including infertility in men. High lipid peroxidation on membrane of spermatozoa decreases sperm quality. Cell damage caused by oxidative stress can be measured with malondialdehyde (MDA). Rice bran as a byproduct of the rice milling process is known to have antioxidant properties;vitamin E and oryzanol.
This research aimed at evaluating the effect of rice bran on MDA level in rat?s testes induced by CCl4. Twenty four male Sprague dawley rats were divided into six groups; Untreated (K), rice bran 200 mg/kg BW (P1), rice bran 400 mg/kg BW (P2), CCl4 (P3), rice bran 200 mg/kg BW+ CCl4 (P4), and rice bran 400 mg/kg BW+ CCl4 (P5). Rats were adapted on 7 days. Group P1, P2, P4, and P5 were administered with rice bran on 8 days after adaptation. Group P3, P4, and P5 were administered with CCl4 0,55mg/kg BW from day 9-11. Administration of CCl4 on group P3 caused a greater MDA level compared to the untreated group (p=0.028). Administration of rice bran on group P2 showed a lower MDA level compared to the untreated group (p=0.046). The MDA levels of group P4 and P5 were also significantly lower compared to group P3 with p value consecutively 0.037 and 0.005.
This study shows that the administration of rice bran results in a lower MDA level in rat?s testis induced by CCl4. It proves the potency of rice bran as protective agent against lipid peroxidation in rat?s testes."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Melia Utami
"Radikal bebas merupakan senyawa reaktif yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Peningkatannya dalam tubuh menimbulkan kerusakan oksidatif. Salah satu organ yang rentan adalah otak. Antioksidan endogen tidak cukup menetralkan radikal bebas. Konsumsi antioksidan eksogen dibutuhkan untuk membantu menangkal radikal bebas, salah satunya adalah bekatul.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bekatul terhadap otak tikus yang diinduksi CCl4 dengan parameter kadar MDA. Sampel menggunakan 24 ekor tikus jantan Sprague-Dawley berusia 6 - 8 minggu dengan BB + 100 - 200 g yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kontrol normal (P1), kontrol negatif diberi CCl4 (P2), bekatul 200 mg/kgBB (P3), bekatul 400 mg/kgBB (P4), bekatul 200 mg/kgBB+CCl4 (P5), bekatul 400 mg/kgBB+CCl4 (P6). Setelah perlakuan dilakukan pengukuran kadar MDA.
Hasil penelitian diperoleh kadar MDA pada P3 dan P4 lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol normal. Dan kadar MDA pada kelompok P2 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol normal. Selain itu, kadar MDA pada kelompok P5 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol negatif sedang pada kelompok P6 lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif. Penelitian diuji dengan One-Way Anova memperoleh perbedaan bermakna dengan nilai p<0,05. Pemberian bekatul 400mg/kgBB pada otak yang diinduksi CCl4 menurunkan kadar MDA. Hal ini mengindikasikan potensi bekatul sebagai antioksidan.
......
Free radical is a reactive compound which has unpaired electron in its outer orbital. Its increased in the body cause oxidative stress. One of the organs which at risk to have oxidative stress is brain. Endogenous antioxidants are insufficient to neutralize free radicals in the body. Consumption of exogenous antioxidant is needed to support neutralizing free radicals, one of them is rice bran.
This study was aimed to measure the effect of rice bran extract as antioxidant in rat's brain induced by CCl4. The parameter used was MDA levels. Samples were 24 male Sprague-Dawley 6-8 year old rats weighted + 100-200 g. Samples were divided into 6 groups. Those were normal control (P1), negative control were given CCl4 (P2), 200 mg/kg BW rice bran (P3), 400 mg/kg BW rice bran (P4), 200 mg/kg BW rice bran+CCl4 (P5), 400 mg/kg BW rice bran+CCl4 (P6). MDA levels were measured after intervention.
The result shows MDA levels in P3 and P4 group lower than normal control group. And MDA levels in P2 group higher than normal control group. Moreover, MDA levels in P5 group higher than negative control group and MDA levels while in P6 group lower than negative control group. According to One-Way Anova test result, there was a significant difference with p value < 0.05. Effect of 400 mg/kg BW rice bran feeding to brain induced by CCl4 may reduce MDA levels. Those results indicated a potential rice bran as antioxidant."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yani Mansur
"Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang pada kulit terluarnya tidak memiliki pasangan elektron sehingga menyebabkan ketidakstabilan. Radikal bebas yang berlebihan dapat menimbulkan sejumlah penyakit seperti penyakit kardiovaskular, gangguan ginjal, diabetes, dll. Antioksidan berperan dalam menetralkan sifat radikal dari radikal bebas dengan mendonorkan elektronnya. Kulit buah Garcinia mangostana (manggis) dikenal memiliki aktivitas antioksidan tinggi sehingga produk herbal kulit buah Garcinia mangostana banyak dijual bebas di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk herbal tersebut terbukti memiliki aktivitas antioksidan serta membandingkan aktivitas antioksidan dan kadar tanin dengan ekstrak segarnya, menggunakan metode DPPH. Ekstrak Etanol Kulit Buah Garcinia mangostana, Produk A, Produk B, dan Produk C divariasikan menjadi 5 konsentrasi dan direaksikan dengan DPPH. Absorbansi sampel digunakan untuk mencari aktivitas inhibisi antioksidan terhadap DPPH. Nilai EC50 setiap sampel dianalisis secara statistik dengan uji One-Way ANOVA dan dilanjutkan dengan post hoc analysis LSD. Hasil analisis menunjukkan Produk B memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dari Ekstrak Etanol, Produk A, dan Produk C dengan nilai p < 0,05. Sedangkan, kadar fitokimia tanin pada semua sampel terlalu kecil sehingga dapat diabaikan.

Free radicals are atoms or molecules that have no outer shell electron pair, causing instability. Excessive free radicals can cause a number of diseases such as cardiovascular disease, kidney disorders, diabetes, etc. Antioxidants play a role in neutralizing the radical nature of free radicals by donating electrons. Garcinia mangostana (mangosteen) rind is known to have high antioxidant activity that many herbal products rind of Garcinia mangostana sold freely on the market. This study aims to determine whether the drugs were shown to have antioxidant activity and to compare the antioxidant activity and tannin content of herbal products with fresh extracts, using DPPH method. Ethanol extract of Garcinia mangostana rind, Product A, Product B, and Product C was varied to 5 concentration and reacted with DPPH. Sample absorbance was used to search for inhibitory activity against DPPH antioxidant. EC50 values of each sample were analyzed statistically by One-Way ANOVA test followed by post hoc LSD analysis. The analysis showed Product B has a better antioxidant activity than extract Ethanol, Product A, and Product C with p <0.05. Meanwhile, tannin content in all samples were too small, so that it can be ignored."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Riza Pratama
"Jengkol merupakan makanan yang cukup populer karena rasa khasnya dan bau yang kuat di Indonesia. Meskipun diketahui punya pengaruh buruk terhadap saluran kemih, jengkol mengandung banyak gizi seperti protein, asam amino, lemak, mineral, dan juga beberapa vitamin. Selain itu jengkol mengandung suatu zat yg bernama asam jengkolat. Struktur molekular dari zat ini sangat mirip dengan struktur sistin, yang telah diketahui memiliki efek antioksidan. Oleh karena itu, jengkol memiliki potensi memiliki sifat antioksidan.Percobaan ini ingin melihat apakah ekstrak jengkol mampu memberikan efek antioksidan kepada sel darah merah domba SDMD . SDMD tersebut juga diberikan paparan oksidatif dengan menggunakan hidrogen peroksida dan divariasikan menjadi beberapa kelompok. Dengan begitu, efek protektif dan kuratif dari jengkol terhadap SDMD akan terlihat.Namun, hasil percobaan tidak seperti ekspektasi. SDMD yang diberikan jengkol saja memiliki tingkat methemoglobin yang tinggi, bahkan lebih tinggi daripada yang diberikan hidrogen peroksida saja. Campuran keduanya tentu menyebabkan tingkat methemoglobin yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian, tidak terbukti bahwa jengkol memiliki sifat antioksidan, bahkan menurut hasil ternyata jengkol kemungkinan besar bersifat peroksidan.
......Jengkol is a popular food in Indonesia, known for its distinctive taste and strong odor. Despite being known to give bad effect to the urinary tract system, jengkol contain vital nutritions such as protein, amino acid, fat, minerals, and several vitamins. Other than that, its bean is known to contain a substance called Djenkolic acid. This substance is molecularly similar to cystine, which has been known to have antioxidant effect. Therefore, Jengkol has potential to have antioxidant characteristic.This study want to see whether jengkol water extract is able to give antioxidant effect to sheep red blood cells SRBC . These SRBC also exposed to oxidative stress with the help of hydrogen peroxide and the treatments are varieted into several groups. Therefore, the protective and curative effect of jengkol can be observed.Unfortunately, the results are not what is expected. SRBC treated with only jengkol have a high methemoglobin level, even higher than treated with only hydrogen peroxide. A combination of both also shows high methemoglobin level. Therefore, it is not proven that jengkol have antioxidant characteristics. Even from the result, indicate that jengkol may very well be peroxidant."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julyana Ruth Lydia Margareta
"Senyawa turunan 1,3,4-tiadiazol telah banyak diteliti karena diketahui menunjukkan aktivitas biologis yang luas, salah satunya yaitu aktivitas antioksidan. Senyawa ini dapat disintesis menggunakan monoterpen, yang umumnya terkandung dalam minyak esensial, sebagai prekursor. Pada penelitian ini, sintesis senyawa turunan 1,3,4-tiadiazol dilakukan dengan menggunakan senyawa prekursor kamfen dan variasi aldehida aromatik berupa benzaldehida, sinamaldehida, 2-hidroksibenzaldehida, dan vanilin. Reaksi sintesis yang dilakukan pada penelitian ini diperantarai oleh beberapa senyawa intermediet berupa isotiosianokamfen, kamfen tiosemikarbazid, dan tiosemikarbazon yang diidentifikasi oleh kromatografi lapis tipis (KLT) dan dikarakterisasi menggunakan FTIR dan spektrofotometer UV-Vis. Pada tahap akhir sintesis, katalis FeCl3/SiO2 digunakan untuk membantu reaksi siklisasi senyawa tiosemikarbazon menjadi produk senyawa turunan 1,3,4-tiadiazol. Produk akhir tersebut kemudian diidentifikasi menggunakan KLT dan dikarakterisasi menggunakan FTIR, spektrofotometer UV-Vis, dan LC-MS. Keempat produk akhir, yaitu benzaldehida tiadiazol, sinamaldehida tiadiazol, 2-hidroksibenzaldehida tiadiazol, dan vanilin tiadiazol memiliki yield masing-masing sebesar 16,1%; 27,6%; 6,4%; dan 10,1%. Berdasarkan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, diketahui bahwa vanilin tiadiazol memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 18,11 ppm. Produk benzaldehida tiadiazol dan sinamaldehida tiadiazol memiliki aktivitas antiosidan yang lemah dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 196,54 ppm dan 197,97 ppm. Sedangkan, 2-hidroksibenzaldehida tiadiazol diketahui tidak memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 1003,78 ppm.
......1,3,4-thiadiazole derivatives compounds have been widely studied because they are known to exhibit broad biological activities, one of which is antioxidant activity. These compounds can be synthesized using monoterpene, which commonly contained in essential oils, as the precursor. In this study, the synthesis of 1,3,4-thiadiazole derivative compounds was carried out using camphene as the precursor and a variety of aromatic aldehydes in the form of benzaldehyde, cinnamaldehyde, 2-hydroxybenzaldehyde, and vanillin. The synthesis reaction that carried out in this study was mediated by several intermediate compounds in the form of isothiocyanocamphene, camphene thiosemicarbazide, and thiosemicarbazone which were identified by thin layer chromatography (TLC) and characterized using FTIR and UV-Vis spectrophotometer. In the final stage of the synthesis reaction, FeCl3/SiO2 catalyst was used to assist the cyclization reaction of thiosemicarbazone compounds into 1,3,4-thiadiazole derivatives. The final products were then identified using TLC and characterized using FTIR, UV-Vis spectrophotometer, and LC-MS. The four final products, namely benzaldehyde thiadiazole, sinamaldehyde thiadiazole, 2-hydroxybenzaldehyde thiadiazole, and vanillin thiadiazole had yields of 16.1%; 27.6%; 6.4%; and 10.1%, respectively. Based on evaluation of antioxidant activity using DPPH method, it was known that vanillin thiadiazole has very strong antioxidant activity with IC50 value of 18.11 ppm. The benzaldehyde thiadiazole and sinamaldehyde thiadiazole products have weak antioxidant activity with IC50 values of 196.54 ppm and 197.97 ppm, respectively. Meanwhile, 2-hydroxybenzaldehyde thiadiazole was found to have no antioxidant activity with an IC50 value of 1003.78 ppm."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinsa Raudha Anca
"Pendahuluan : Oksigen adalah zat penting yang dibutuhkan oleh sel tubuh untuk dapat bertahan hidup. Saat terjadi hipoksia, otak merupakan organ yang paling rentan terjadinya cidera sel. Kondisi ini membuat ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang akan memicu stress oksidatif dan berujung pada kematian sel jika sel tidak mampu beradaptasi. Elektroakupunktur memiliki efektifitas terhadap perbaikan sel dan membantu mitokondria dalam rantai pernafasan. Penelitian ini menilai pengaruh elektroakupunktur terhadap perbaikan sel secara histologi dan kadar antioksidan (SOD) pada otak tikus dengan kondisi hipoksia sistemik.
Metode : Penelitian ini adalah uji eksperimental dengan post test design dan kelompok kontrol yang menggunakan hewan coba berjumlah 24 ekor wistar yang dibagi secara acak kedalam kelompok kontrol (n=6), kelompok hipoksia (n=6), kelompok sham (n=6) dan kelompok elektroakupunktur (n=6). Kelompok hipoksia, sham, dan elektroakupunktur mendapat induksi hipoksia dalam hypoxia chamber selama 7 hari berturut-turut. Perlakuan sham dan elektroakupunktur dilakukan pada hari ke 8 selama 7 hari berturut-turut pada titik ST36 dan sehari setelahnya dilakukan penilaian.
Hasil : Pada pengukuran histologi tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok elektroakupunktur (p=1.000) dan pada penilaian SOD didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok elektroakupunktur dengan kelompok hipoksia (p=0.015).
Kesimpulan : elektroakupunktur dapat berperan dalam perbaikan sel secara histologi dan meningkatkan nilai SOD pada sel otak yang mengalami hipoksia.
......ntroduction : Oxygen is an important substance needed by body cell to survive. When hypoxia occurs, brain is the most susceptible to cell injury. This condition creates an imbalance between free radicals and antioxidants that will trigger oxidative stress and lead to cell death if cells are unable to adapt. Electroacupuncture is effective for cell repair and helps mitochondria in the respiratory chain. This study assessed the effect of electroacupuncture on histological cell repair and antioxidant leves (SOD) in systemic hypoxia rat brain.
Methods : This study is an experimental test with a post test design and a control group using 24 wistars which were divided randomly into the control group (n=6), hypoxia group (n=6), sham group (n=6) and electroacupuncture group (n=6). The hypoxia, sham, and electroacupuncture groups received hypoxia induction in the hypoxia chamber for 7 consecutive days. Sham and electroacupuncture group were given on the 8th day for 7 consecutive days at the ST36 point and the day after that the assessment was carried out.
Results: On histological measurement, there was no significant difference between the control group and the electroacupuncture group (p=1.000) and on the SOD assessment, there was a significant difference between the electroacupuncture group and the hypoxic group (p=0.015).
Conclusion: electroacupuncture can play a role in histological cell repair and increase SOD values ​​in hypoxic brain cells.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>