Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Dea Firdaus
"

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup tinggi. Untuk mengobatinya, tanaman herbal seringkali digunakan, salah satunya tanaman kenikir (Cosmos caudatus) yang diketahui memiliki aktivitas antidiabetes dan antioksidan yang tinggi. Namun, perbandingan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi daun tanaman ini belum dipelajari secara utuh. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap aktivitas antidiabetes dan antioksidan ekstrak daun kenikir. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan 3 pelarut yang berbeda, yaitu air, etanol 50%, dan etanol teknis selama 3 malam, kemudian dilakukan beberapa pengujian kuantitatif: perhitungan total fenolik dan flavonoid; aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH; dan aktivitas antidiabetes dengan metode inhibisi enzim α-glukosidase. Selanjutnya dilakukan pengujian LCMS/MS untuk memprediksi senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan kadar total fenolik dan flavonoid serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes paling tinggi dimiliki oleh ekstrak etanol 50%. Analisis LCMS/MS menunjukkan prediksi senyawa fitokimia yang terkandung dalam masing-masing ekstrak dengan kuersetin adalah senyawa yang paling dominan yang terdeteksi pada ekstrak etanol 50%. Daun kenikir yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50% memiliki banyak keunggulan berupa kandungan zat aktif yang lebih banyak, serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak air dan etanol.


Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is one of the most common degenerative disorders. For therapeutic use, herbs are commonly used in Indonesia for T2DM treatment, one of them is (Cosmos caudatus) kenikir’s leaves. In previous studies, kenikir's leaves have high antidiabetic and antioxidant activity. However, a comparison of antidiabetic activity from many extracts of kenikir's leave is remain unclear. This study will compare the antidiabetic and antioxidant properties of various kenikir’s leave extract. Kenikir’s leaves are extracted by maceration methods for three days using three different solvents: boiling water, ethanol 50%, dan ethanol 100%. Then, phenolic and flavonoid content will be measured, as well as antioxidant properties by DPPH radical scavenging activity assay, and antidiabetic properties by α-glucosidase inhibition assay, also LCMS/MS will be used to predict the compound from each extract. The result shows that ethanol 50% extract has highest phenolic and flavonoid content than others. It also has significantly higher antioxidant (p<0.05) and antidiabetic (p<0.05) properties than others. Meanwhile, LCMS/MS result of ethanol 50% extract predicts 6 chemical component, which quercetin is the most dominant compound. Ethanol 50% extract of kenikir’s leaves is superior from other extracts on phenolic and flavonoid content, antioxidant properties, and antidiabetic properties.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Susilo Adi
"Kanker terutama kanker payudara merupakan penyakit mematikan nomor satu pada wanita di Indonesia. Sejauh ini masih sedikit infomasi mengenai baham alam yang dapat digunakan sebagai pengobatan kanker khususnya kanker payudara. Blumeodendron toksbraii merupakan tanaman berkayu dari keluarga Euphorbiaceae yang dapat ditemui di Kalimantan. Tanaman tersebut diketahui mengandung alkaloid, terpenoid, steroid dan glikosida setelah dilakukan penapisan fitokimia pada tanaman tersebut. Saat ini belum ada penelitian mengenai kandungan senyawa yang tedapat pada tanaman tersebut. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan identifikasi senyawa yang terdapat pada tanaman tersebut, serta rmenguji efek sitotoksisitas secara in vitro dari senyawa tersebut. Proses ekstraksi serbuk kulit batang dilakukkan dengan cara maserasi dengan kepolaran bertingkat. Ekstrak yang diperoleh diuji aktivitas antioksidan dan sitotoksik untuk mencari ekstrak yang paling aktif. Hasil uji antioksidan pada ekstrak heksan, diklorometan, dan methanol menunjukkan nilai IC50 secara berturut turut yaitu sebesar 88,33 μg/mL, 74,54 μg/mL, dan 94 μg/mL, serta uji sitotoksik sebesar 121,24 μg/mL, 55 μg/mL,dan 70,71 μg/mL. Ekstrak teraktif diklorometan difraksinasi dengan kromatografi kolom sehingga didapatkan dua isolate, dimana isolat satu merupakan campuran dari dua senyawa, yaitu β-sitosterol, asam 3,4-dihidrobenzoat, dan isolat kedua merupakan campuran dan diduga merupakan paeonilatone-A. Kedua isolat tersebut diuji aktifitas terhadap sitotoksik pada sel kanker MCF-7. Hasil uji sitotoksik terhadap MCF-7 memperoleh nilai IC50 pada masing masing isolat 1 dan 2 sebesar 71 μg/mL, dan 135 μg/mL. Dari data tersebut menyatakan bahwa isolat 1 lebih aktif. Berdasarkan data tersebut, disimpulkan bahwa senyawa 1 lebih aktif, mungkin dikarenakan adanya senyawa fenol yaitu 3,4-dihidroxy benzoat.

Cancer, especially breast cancer, is the number one deadly disease for women in Indonesia. So far there has been little information about natural drugs that can be used to treat cancer, especially breast cancer. Blumeodendron toxbraii is a woody plant of the Euphorbiaceae family that can be found in Kalimantan. The plant has been known to contain alkaloids, terpenoids, steroids and glycosides. Currently there has been no research on the compound contents found in these plants. The aim of this research is to isolate and identify the compounds contained in these plants, and to test the cytotoxicity effects of these compounds in vitro. The process of extracting bark powder is done by maceration with different polarities. The extract obtained was tested for antioxidant and cytotoxic activity to find the most active extract. The results of antioxidant tests on hexane, dichloromethane, and methanol extracts showed IC50 values of 88,33 μg/mL, 74,54 μg/mL, and 94,1 μg/mL, and cytotoxic test showed 121,24 μg/mL, 55 μg/mL, and 70,71 μg/mL respectively. The most active extract of dichloromethane was fractionated by column chromatography to obtain two isolates, where the first isolate was a mixture of two compounds, namely β-sitosterol, 3,4-dihydrobenzoic acid, and the second isolate was a mixture and suspected to be paeonilatone-A. Both isolates were tested for cytotoxic activity in MCF-7 cancer cells. The cytotoxic test results of MCF-7 obtained IC50 values in isolates 1 and 2 respectively 71 μg/mL, and 135 μg/mL. From these data it was stated that isolate 1 was more active. Based on these data, it was concluded that compound 1 was more active, possibly due to the presence of a phenolic compound, namely 3,4-dihydroxy benzoate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library