Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Identifikasi petanda permukaan sel yang dikenal sebagai kelompok antigen diferensiasi (clusters of differentiation antigens, CD) dapat digunakan untuk mengklasifikasi dan subklasifikasi leukemia. Walaupun antigen yang sama juga diekspresikan pada permukaan sel normal, fenotip pada permukaan sel ganas pada umumnya diekspresikan secara abnormal dan seringkali diekspresikan asinkron atau dalam kombinasi yang tidak lazim dijumpai pada sel-sel darah atau sumsum tulang normal. Ekspresi antigen secara abnormal ini dihubungkan dengan respons terapeutik yang buruk dan ketahanan hidup yang pendek. Penentuan petanda permukaan sebagai pelengkap pemeriksaan morfologi dan sitokimia dapat meningkatkan kemampuan untuk menentukan karakteristik keganasan hematologi. Dalam makalah ini akan dibahas tinjauan pustaka mengenai makna diagnostik pemeriksaan imunofenotip pada leukemia disertai ilustrasi pengalaman pemeriksaan ini di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Data dari 225 pasien yang telah mengalami pemeriksaan hematologi lengkap termasuk morfologi, sitokimia dan pemeriksaan imunofenotip dikumpulkan antara tahun 1994-2001 dan dianalisis. Berdasarkan pemerikssan morfologi dan sitokimia diagnosis leukemia mielositik akut (AML) dan leukemia limfositik akut (ALL) ditegakkan masing-masing pada 51,1% dan 48,9% pasien. Berdasarkan pemeriksaan imunofenotip AML dijumpai pada 49,0%, sedangkan ALL dapat dikelompokkan dalam 4,9% pre-B ALL, 18,7% B-ALL dan 14,7% T-ALL. Jumlah kasus yang menunjukkan antigen dengan kombinasi tidak lazim atau “cross lineage” dijumpai pada 12,7%. Makna prognostik kasus dengan ekspresi antigen abnormal ini masih harus ditelaah, tetapi sebagian dari kasus tersebut ternyata memberikan respons yang kurang baik terhadap terapi. Pemeriksaan imunofenotip merupakan sarana untuk : 1) membedakan klon leukemik dari klon normal; 2) menentukan jalur perkembangan /asal-usul dan maturasi sel ; 3) mengidentifikasi ekspresi abnormal dari antigen permukaan; 4) mendapatkan informasi lebih banyak yang diperlukan untuk menentukan diagnosis dan prognosis leukemia dibanding metode baku. (Med J Indones 2004; 13: 195-202)

The identification of cell surface markers, defined as clusters of differentiation antigens (CD’s) could be used to classify and sub-classify leukemia. Although the same antigens are expressed on normal cells, the phenotype on malignant cells are aberrantly and frequently asynchronously expressed and may be present in combinations not observed in normal blood or bone marrow. Aberrant expression of surface antigens corresponds with poor therapeutic response and short survival. Additional surface marker analysis complementary to morphologic evaluation and cytochemical staining has greatly improved our ability to characterize hematologic malignancies. A review and illustration on the diagnostic significance of immunophenotyping in leukemia will be presented. Data from 225 patients having complete assessments including morphology, cytochemistry and immunophenotyping in the period of 1994-2001 were collected and analyzed. Based on morphologic evaluation and cytochemistry, the diagnosis of acute myeloid leukemia and acute lymphoblastic leukemia were established in 51,1% and 48,9% of cases, respectively. Based on immunophenotyping AML was found in 49,0% of the cases. ALL could be classified into 4,9% pre-B-ALL, 18,7% B-ALL, and 14,7% T-ALL. Cases expressing cross-lineage antigens were found in 12,7%. The prognostic significance of these aberrant expression of antigens for those cases has yet to be established but some of the cases responded poorly to therapy. Immunophenotyping provides the tool to: 1) distinguish normal from clonal populations of leukemic cells; 2) define lineage and reveal the stage of maturation; 3) identify inappropriate expression of lineage associated antigens; 4) provides more informations to establish diagnosis and prognosis compared to standard methods. (Med J Indones 2004; 13: 195-202)"
Medical Journal of Indonesia, 13 (3) Juli September 2004: 195-202, 2004
MJIN-13-3-JulSep2004-195
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Paul Kosma, editor
"Anticarbohydrate antibodies provides a cohesive overview of current knowledge on the immunological recognition of carbohydrates by the adaptive immune system. The text provides fundamental insight needed for advancing clinically relevant diagnostics and therapeutic applications. "
Wien: [, Springer], 2012
e20417995
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Puspita Anggarsari
"Infeksi parasit usus merupakan infeksi yang banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis terutama daerah dengan fasilitas sanitasi, air dan kebersihan yang tidak adekuat. Terbatasnya sumber air konsumsi diperkirakan menjadi penyebab tingginya infeksi. Anak-anak merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi parasit usus. Penelitian bertujuan mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada anak-anak dan hubungannya dengan sumber air konsumsi.
Penelitian dilakukan di TPA Bantar Gebang Bekasi, Jawa Barat tahun 2012. Metode penelitian yaitu Cross-Sectional. Pengambilan data melalui kuesioner dan pemeriksaan feses yang melibatkan 139 anak usia 0-15 tahun. Pemeriksaan feses menggunakan metode Kato Katz dan teknik identifikasi protozoa usus dengan larutan lugol atau eosin. Data yang diperoleh diproses dengan SPSS versi 16.0 dan dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukan prevalensi infeksi parasit usus 72,7%. Infeksi disebabkan oleh Blastocystis hominis 53,5%, Giardia lamblia 30,9%, Trichuris trichura 20,9%, Ascaris lumbricoides 4,3% dan Entamoeba histolytica 2%. Uji Chi-square tidak menunjukan perbedaan bermakna antara prevalensi infeksi parasit usus yang dihubungkan dengan sumber air konsumsi (p>0,05).
Disimpulkan bahwa prevalensi infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar Gebang tinggi dengan Blastocystis hominis merupakan parasit yang paling banyak menginfeksi. Selain itu, sumber air konsumsi tidak berhubungan dengan infeksi parasit usus.

Intestinal parasitic infection is the most infection in tropic and subtropics regions where sanitation facilities, water and hygiene are inadequate. Limited of consumption water resource is estimated to be the cause of high infection. Children is a susceptible population of intestinal parasitic infection. The aim of this study was determine the prevalence of intestinal parasitic infection among children and its relationship with consumption water resource.
This study was conducted in TPA Bantar Gebang Bekasi, West Java on 2012. The method of study was cross-sectional. Data was collected by questioner and stool examination on 139 children within 0-15 years old. Stool examination was determined using Kato Kats method and intestinal protozoa identification technique using lugol or eosin solution. Data was processed by SPSS version 16.0 and analyzed by Chi-square test.
The result showed prevalence of intestinal parasitic infection was 72,7%. The infection caused by Blastocystis hominis (53,5%), Giardia lamblia (30,9%), Trichuris trichura (20,9%), Ascaris lumbricoides (4,3%) and Entamoeba histolytica (2%). Chi-square test did not showed significant difference of prevalence of intestinal parasitic infection and its relationship with consumption water resource (p>0,05).
In conclusion, prevalence of intestinal parasitic infection among children in TPA Bantar Gebang was high that mostly caused by Blastocystis hominis. Moreover, consumption water resource had not relationship with prevalence of intestinal parasitic infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library