Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lia Gardenia Partakusuma
"Untuk mengetahui aplikasi klinis pemeriksaan serologi dalam mendeteksi antibodi IgG spesifik terhadap Tuberkulosis ( TB ) dengan kit Pathozyme-TB yang menggunakan antigen 38 kDa, kit Pathozyme-Myco yang menggunakan antigen 38 kDa dan Lipopolisakarida ( LPS ), serta kit MycoDot yang menggunakan antigen Lipoarabinomanan ( LAM ) , dilakukan penelitian pada penderita TB paru di Jakarta. Bahan penelitian berupa 194 serum dari 79 orang penderita TB paru dengan BTA positip, 61 orang penderita TB paru dengan BTA negatip, 31 orang penderita penyakit paru non-TB dan 23 orang sehat yang kontak dengan penderita TB minimal 1 tahun, diperoleh dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Pada ke empat kelompok tersebut penelitian dilakukan secara crosssectional. Penelitian longitudinal dilakukan terhadap 39 penderita TB paru dengan BTA dan biakan positip selama terapi dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) 3 dan 6 bulan. Hasil penelitian didapatkan nilai batas diagnosis yang sebaiknya digunakan untuk kit Pathozyme-Myco adalah serapan kontrol positip rendah ( SKPR ) dibagi dengan 1,5 sedangkan untuk kit Pathozyme-TB adalah SKPR dibagi dengan 3. Menggunakan kit Pathozyme-Myco didapatkan nilai sensitivitas sebesar 78 % dan spesifisitas 78 % pada penderita TB dengan BTA positip dan negatip, sensitivitas 82 % dan spesifisitas 78 /o pada penderita TB paru dengan BTA positip, sensitivitas 72 % dan spesifisitas 78 % pada penderita TB paru dengan BTA negatip. Menggunakan kit Pathozyme-TB didapatkan sensitivitas sebesar 44 % dan spesifisitas 91 % pada pendenta TB paru dengan BTA positip dan negatip, sensitivitas 51 % dan spesifisitas 91 % pada penderita TB paru dengan BTA positip dan sensitivitas 34 % dan spesifisitas 91 % pada penderita TB paru dengan BTA negatip. Menggunakan kit Myco-Dot didapatkan sensitivitas sebesar 67,8 % dan spesifisitas 95,6 % pada penderita TB paru dengan BTA positip dan negatip, sensitivitas 75,9 % dan spesifisitas 95,6 % pada TB paru dengan BTA positip, sensitifitas 57,4 % dan spesifisitas 95,6 % pada penderita TB paru dengan BTA negatip. Sensitivitas kit Pathozyme-Myco dan MycoDot cukup tinggi terutama pada TB paru dengan BTA positip, sedangkan sensitivitas Pathozyme-TB kurang tinggi terutama pada TB paru dengan BTA negatip. Spesifisitas pemeriksaan menggunakan ketiga macam kit yaitu Pathozyme-Myco, Pathozyme-TB dan MycoDot cukup baik.Menggunakan kit Pathozyme-Myco dan Pathozymc-TB didapat nilai diagnosis dan interval kepercayaan cukup baik yaitu berturut-turut 0,847 (0,771-0,923) dan 0,725 (0,629- 0,821). Nilai prediksi positip pada kit Pathozyme-Myco, Pathozyme-TB dan MycoDot baik yaitu berturut-turut 74,6 - 88%, 70,8 - 88,9% dan 94,6 - 97,9%. Nilai prediksi negatip pada kit Pathozyme-Myco dan MycoDot cukup baik yaitu berturut-turut 56,5 - 75,0 % dan 53,6 - 85,2 %. Tetapi nilai prediksi negatip pada kit Pathozyme-TB tidak cukup baik, yaitu 35,9 - 54,0 % . Ketiga macam kit yaitu Pathozyme-Myco, Pathozyme-TB dan MycoDot dapat digunakan untuk serodiagnostik TB. Menggunakan kit Pathozyme-Myco dan Pathozyme-TB, tidak didapatkan perubahan kadar antibodi IgG terhadap TB setelah terapi OAT 3 bulan dan tidak didapatkan kadar antibodi IgG TB di bawah nilai batas diagnosis setelah terapi OAT 6 bulan, sehingga pemeriksaan ini tidak dapat digunakan pada pemantauan terapi dan tidak dapat membedakan penderita TB paru aktif dengan bekas TB paru yang baru sembuh. Pada penelitian ini tidak dijumpai adanya pengaruh status gizi pada hasil pemeriksaan dengan menggunakan kit Pathozyme-Myco, Pathozymc-TB dan MycoDot.

To determine the clinical application of serologic test by detection of IgG antibodies for tuberculosis (TB), researeh was done on TB patients in Jakarta, using 38 kDa antigen in Pathozyme-TB, 38 kDa and Lipopolysaccharides (LPS) antigens in Pathozyme-Myco and Lipoarabinomannan (LAM) antigen in MycoDot kit. One hundred and ninety four sera were collected from 79 pulmonary TB patients with positive sputum smears, 61 patients with negative sputum smears, 31 patients with pulmonary disease other than TB and 23 healthy persons who had minimal 1 year contact with TB patients. All patients were got from Persahabatan Hospital Jakarta. The study was done cross-sectionally. Longitudinal study was accomplished to 39 TB patients with positive sputum smears and culture, during their 3 months and 6 months oral anti tuberculosis therapy. The detection limit for diagnosis using Pathozymc-Myco and Pathozyme-TB kit are the absorbance oflow positive control devidcd by 1.5 and 3 repectivcly. Pathozyme-Myco kit had sensitivity of 78 % and 78 % specificity in pulmonary TB patients with either positive or negative sputum smears, 82 % sensitivity and 78 % specificity in positive sputum smears pulmonary TB patients, 72 % sensitivity and 78 % specificity in smearnegative pulmonary TB patients. Pathozyme-TB kit had 44 % sensitivity, 91 % specificity in pulmonary TB patients with either positive or negative sputum smears, 51 % sensitivity and 91% specificity in smear-positive pulmonary TB patients, 34 % sensitivity and 91 % specificity in smear-negative pulmonary TB patients. MycoDot kit had 67.8 % sensitivity and 95.6 % in either positive or negative sputum smears pulmonary TB patients, 75.9 % sensitivity and 95.6 % specificity in smear-positive pulmonary TB patients, 57.4 % sensitivity and 95.6 % specificity in smear-negative pulmonary TB patients. Pathozymc-Myco and MycoDot had a high sensitivity especially for pulmonary TB patients with positive sputum smears, while the sensitivity of Pathozyme-TB was lower especially for negative sputum smears pulmonary TB patients. All the kit had a good specificity. Pathozyme-Myco and Pathozyme-TB had a diagnosis value and confidence interval of 0.847(0.771-0.923) and 0.725(0.629-0.821) respcctivcly. Positive predietive value for PathozymeMyco, Pathozyme-TB and MycoDot are 74.6 - 88 %, 70.8-88.9 % and 94.6-97.9 %. Negative predietive value for Pathozyme-Myco and MycoDot (56.5- 75.0 % and 53.6 - 85.2 %) were better than Pathozyme-TB (35.9-54 %). From these results, it was concluded that the detection of IgG antibodies against 38 kDa, LPS and LAM are uscful for serodiagnosis of pulmonary TB. Pathozyme-Myco and Pathozyme-TB kits did not show IgG TB antibodies dccreased lower than detection limit for diagnosis after 3 and 6 months therapy, so it cannot be used for therapy monitoring and for differentiated the active TB from currently recovcrcd TB patients. There is no nutrional status effect to the result ofthe three kits. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Andriyanto
"ABSTRAK
Deteksi antigen betanodavirus pada 26 ekor ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang diduga terinfeksi telah dilakukan dengan metode imunohistokimia. Tanda klinis pada benih yang terinfeksi sering menunjukkan perilaku berenang yang tidak normal, seperti posisi vertikal, berputar dan terjadi beberapa perubahan pigmentasi. Metode screening yang dilakukan oleh RT-PCR memberikan hasil positif dengan munculnya band pada hasil elektroforesis pada 230 bp. Secara histopatologi terdapat sel-sel yang mengalami nekrotik dengan vakuolasasi di organ otak dan mata. Deteksi imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal spesifik untuk betanodavirus menunjukkan reaksi positif dengan pembentukan warna coklat di jaringan organ otak dan mata. Pengujian imunohistokimia adalah salah satu metode yang cocok untuk deteksi dan diagnosis infeksi betanodavirus pada ikan.

ABSTRACT
Detection of betanodavirus antigen on the 26 heads of infected tiger grouper fish (Epinephelus fuscoguttatus) by immunohistochemistry was done. Clinical sign of the infected larva and juvenile stages often show abnormal swimming behaviour, including vertical positioning, spinning and some change in pigmentation. Methods of screening done by RT-PCR give result showed by electrophoresis band with all most sample give positif in 230 base pairs. Histopathologically, there were necrotic area with vacuolation in brain and retine organs. Immunohistochemistry detection using specific monoclonal antibody to betanodavirus showed positif reaction with brown colours formation in the internal organs like brain and retine. Immunohistochemistry assay is one of the suitable methods for detection and diagnose of betanodavirus infection in fish. "
2017
T47641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iris Rengganis
Pusat Penerbitan llmu Penyakit Dalam , 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Soenardi Moeslichan
"ABSTRAK
Perkembangan transplantasi organ saat ini telah mencapai keberhasilan yang sangat memuaskan. Di dalam buku Transplantation Proceedings 1979 telah dibahas keberhasilan transplantasi ginjal, hati, pankreas, jantung, dan sumsum tulang. Di samping kemampuan ketrampilan yang diandalkan dari para ahli bedah dalam teknik operasi, maka kemampuan lain yang bersifat multidisiplin juga diperlukan (Cortesini, 1979; Rapaport, 1979).
Salah satu disiplin yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah laboratorium HLA (Human Leukocyte Antigen). Peran utamanya adalah mencocokkan antigen jaringan donor dan resipien dengan cara pemeriksaan HLA. Hal tersebut didasari oleh penelitian van Rood dkk., yang mengemukakan bahwa ketahanan transplantasi kulit di antara saudara, yang memiliki sistem HLA dan golongan darah ABO yang identik, secara bermakna akan berlangsung lebih lama, dibandingkan dengan yang tak identik. Hal itu menggambarkan bahwa sistem HLA (ditambah dengan sistem golongan darah ABO) merupakan suatu sistem histokompatibilitas mayor (van Rood dkk., 1966). Demikian pula Mathe dkk. (1967) mengemukakan, bahwa untuk mencapai suatu keberhasilan transplantasi sumsum tulang diperlukan golongan HLA donor dan resipien yang identik. Selanjutnya data keberhasilan van Rood pada tahun 1967 menyatakan, bahwa keberhasilan transplantasi ginjal sangat dipengaruhi oleh kecocokan sistem HLA donor dan resipien. Atas dasar keberhasilan tersebut, van Rood untuk pertama kalinya mendirikan suatu organisasi internasional Eurotransplant, yaitu suatu organisasi yang mengatur pertukaran organ tubuh manusia, untuk keperluan transplantasi, terutama transplantasi ginjal. Organisasi ini mencatat orang yang potensial akan menjadi resipien ginjal, dan orang yang mencatatkan diri sebagai donor ginjal. Mereka ditentukan sistem HLA-nya. Apabila oleh karena sesuatu musibah seorang donor meninggal, maka dicarikanlah melalui komputer resipien yang paling cocok sistem HLA-nya untuk menerima transplantasi ginjal tersebut (van Rood, 1967).
Mengenai besarnya jumlah kasus yang mendambakan transplantasi organ di Jakarta tidak sedikit. Misalnya Wahidiyat pada tahun 1985 melaporkan terdapatnya 40 kasus baru talasemia mayor setiap tahun di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI. Sebenarnya diperkirakan akan terdapat 115 kasus baru talasemia mayor setiap tahun. Semuanya itu mendambakan kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu usaha pengobatannya yang dinilai baik pada saat.ini adalah transplantasi sum-sum tulang (Thomas dkk., 19$2; Modell dan Petrou 1983; Markum dkk., 1987).
Sebenarnya usaha untuk memeriksa HLA tersebut telah mulai dirintis oleh Markum di Jakarta sejak tahun 1970, dengan menggunakan tekn i k leukoaglutinasi (Markum dkk., 1971). Teknik ini sudah ditinggal kan pada saat ini. Publikasi pertama tentang frekuensi antigen HLA pada suatu populasi Indonesia di Jakarta telah dilaporkan oleh Abdulsalam dkk. 1975, tetapi sarana laboratorium yang digunakan pada saat itu adalah laboratorium imunohematologi St. Louis, Paris. Sedangkan nomenklatur HLA pada publikasi tersebut saat ini sudah ditinggalkan.
Di Laboratorium Bagian Ilmu Kesehatan Anak sendiri, baru tahun 1979 mulai dilakukan penelitian tentang HLA dengan menggunakan teknik mikrolimfositotoksisitas. Antiserum yang digunakan adalah sumbangan dari Akademische Ziekenhuis Leiden (van Rood, 1979). Mula-mula disusun calon anggota panel antigen HLA yang terdiri dari para anggota staf pengajar dan peserta program studi Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Berbagai kesulitan dialami, terutama terbatasnya antiserum yang dimiliki, sehingga diperoleh kesan bahwa kelangsungan laboratorium HLA ini tidak terjamin apabila tidak ditunjang dengan kemampuan untuk memperoleh antibodi HLA secara mandiri. Dukungan ke arah tersebut selanjutnya diperoleh dari Cornain, sebagai Konselor Asia Oceania Histocompatibility Workshop Conference (AOHWC). Pada tahun 1985 diperoleh satu set baterai antiserum asal AOHWC, untuk pemeriksaan HLA-A, B, C, dan DR. Selanjutnya Colombani pada tahun 1986 telah ikut menyumbang baterai antiserum asal Paris. Sementara itu berbagai pihak mulai menggunakan sarana pemeriksaan HLA ini untuk berbagai pemeriksaan penunjang klinis, antara lain untuk keperluan transplantasi ginjal, pemeriksaan HLA-B27 dalam kaitannya dengan penyakit sendi, dan beberapa permintaan uji paterniti yang dapat menguji garis keturunan. Untuk pelayanan masyarakat tersebut antiserum yang digunakan adalah antiserum komersial dari Behring dan Biotest, Jerman Barat. Harga antiserum tersebut sangat mahal. Terbatasnya antiserum sumbangan dan mahalnya antiserum komersial, menimbulkan pemikiran untuk mulai meneliti kemungkinan memperoleh antibodi HLA secara mandiri. Antibodi inilah nantinya diharapkan menjadi modal dasar penyusunan baterai antiserum untuk pemeriksaan HLA selanjutnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
D213
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari Angka, translator
"Cases of coronavirus disease 2019 (COVID-19) in Indonesia are still increasing and even higher in the last few weeks. Contact tracing and surveillance are important to locate cases in the community, including asymptomatic individuals. Diagnosis of COVID-19 depends on the detection of viral RNA, viral antigen, or indirectly, viral antibodies. Molecular diagnosis, using real time, reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), is the common standard method; however, it is not widely available in Indonesia and requires a high standard laboratory. Rapid, point-of-care antibody testing has been widely used as an alternative; however, interpretation of the results is not simple and now it is no longer used by the Indonesian government as a screening test for people travelling between locations. Thus, the rapid antigen detection test (Ag-RDT) is used by the Indonesian government as a screening test for travellers. As a result, many people buy the kit online and perform self-Ag-RDT at home. This raises the question of how safe and accurate it is to perform self-Ag-RDT at home. Before a test is applied, it is suggested to research its sensitivity and specificity, as compared to gold standard, and its limitations. In this article, laboratory diagnosis of severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) is discussed, with an emphasis on Ag-RDT and the recommendation to use it properly in daily practice."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2021
610 UI-IJIM 53:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Ariani
"ABSTRAK
Latar belakang: Berdasarkan Jakarta Cancer Registry tahun 2012, kanker kolorektal merupakan kanker terbanyak keempat pada wanita dan kedua pada pria di Indonesia. Penelitian menggunakan mRNA fekal sebagai penanda kanker kolorektal bersifat non invasif namun cukup representatif menggambarkan kelainan pada usus. Tujuan: Mengevaluasi peran pemeriksaan mRNA CEA feses pada pasien terduga keganasan kolorektal menggunakan nested RT-PCR. Metode: Uji diagnostik ini melibatkan 93 pasien terduga keganasan kolorektal yang ditentukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh klinisi. Ekstraksi mRNA CEA fekal menggunakan metode Kanaoka dan sintesis DNA menggunakan metode cyclic temperature reverse transcription 2 CTRT-2 . Pemeriksaan mRNA CEA menggunakan metode nested RT-PCR. Hasil: mRNA CEA fekal positif ditemukan pada 22 pasien 23,7 . Penelitian ini mendapatkan sensitivitas 51,61 , spesifisitas 90,32 , nilai prediksi positif 72,73 dan nilai prediksi negatif 78,87 . Meskipun sensitivitas yang diperoleh rendah tetapi spesifisitas mRNA CEA fekal yang tinggi dapat mengkonfirmasi diagnosis lesi neoplastik pada pasien terduga keganasan kolorektal. Kesimpulan: Pemeriksaan mRNA CEA fekal tidak dapat digunakan sebagai penanda tunggal dalam skrining keganasan kolorektal. Pemeriksaan mRNA CEA fekal perlu dikombinasikan bersama penanda diagnostik lainnya agar dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan. Kata kunci: carcinoembryonic antigen; penanda fekal; nested
Background Based on the 2012 Jakarta Cancer Registry, colorectal cancer is the fourth of most common cancer in women and the second in men. Fecal carcinoembryonic antigen mRNA assay is a non invasive method, yet representatively describes abnormalities of the intestine. Objective To evaluate the role of fecal mRNA CEA assay in suspected colorectal cancer patients using nested RT PCR. Methods The diagnostic study included 93 suspected colorectal cancer patients which were determined by anamnesis and physical examination from the clinician. The fecal mRNA were extracted by Kanaoka method and cDNA were synthesized with cyclic temperature reverse transcription 2 CTRT 2 method. The fecal mRNA CEA assay used nested RT PCR method. Results Positive fecal mRNA CEA was detected in 22 patients 23.7 . Sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value were 51.61 , 90.32 , 72.73 , and 78.87 respectively. This study had low sensitivity but with high specificity. Therefore, fecal mRNA CEA could be used as a confirmatory assay. Conclusions It was not recommended to use fecal mRNA CEA as a single marker in colorectal cancer screening. A fecal mRNA CEA assay should be combined with other diagnostic markers in order to improve the sensitivity and specificity of the assay. Keywords carcinoembryonic antigen fecal marker nested "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Amirulloh
"ABSTRAK
Hepatitis C virus HCV menginfeksi lebih dari 170 juta penduduk dunia dan menyebabkan penyakit hati kronis yang berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Diagnosis yang akurat sangat diperlukan untuk memberikan penanganan tepat secara dini, termasuk mencegah penularan virus tersebut secara lebih luas. Pada penelitian ini plasmid pQE80L-HCV_ME telah berhasil dibuat untuk produksi antigen rekombinan HCV. Gen pengkode antigen tersebut dirancang berdasarkan multiepitop yang bersifat imunodominan, lestari, mewakili subtipe HCV di Indonesia dan global. Gen tersebut dibuat dengan teknik DNA sintetik kemudian diklona dari plasmid pUC57 ke pQE80L. Pengklonaan dilakukan menggunakan situs restriksi BamHI dan HindIII dalam sel E. coli Top10. Plasmid pQE80L-HCV_ME kemudian diverifikasi dengan PCR koloni, analisis restriksi, dan sekuensing.

ABSTRACT
Hepatitis C virus HCV have been infected more than 170 million people in the world and caused chronic liver disease that lead to liver cirrhosis and hepatocellular carcinoma. Accurate diagnosis is very important to give early proper treatment and to prevent HCV transmission broadly. In this research pQE80L HCV ME plasmid has been successfully created to produce HCV recombinant antigen. Gene that encodes antigen was designed based on multiepitop sequences from immunodominat region, conserve, and represent the most prevalence HCV subtypes in Indonesia and global. The gene was generated through synthetic DNA then be cloned from pUC57 plasmid to pQE80L. Cloning was performed by using BamHI dan HindIII in E. coli Top10 cell. pQE80L HCV ME plasmid then be verified by colonies PCR, restriction analysis, and sequencing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhawati
"Candida albicans adalah salah satu spesies Candida yang paling banyak menimbulkan kandidosis. Manifestasi klinis kandidosis dapat berupa kandidosis superfisialis yang meryerang kulit, kuku dan mukosa, namun juga dapat menyebabkan infeksi sistemik yang mempunyai angka kematian tinggi. C. albicans mempunyai dua bentuk, yang dianggap penting yaitu blastokonidia dan hifa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Syafitri Evi Gantini
"Pendahuluan: Transfusi darah pada hakekatnya adalah suatu proses pemindahan darah dari seorang donor ke resipien. Untuk memastikan bahwa transfusi darah tidak akan menimbulkan reaksi pada resipien maka sebelum pemberian transfusi darah dari donor kepada resipien, perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta uji silang serasi antara darah donor dan darah resipien. Walaupun golongan darah donor dan pasien sama, ternyata dapat terjadi ketidakcocokan(inkompatibilitas) pada uji silang serasi.Sehingga perlu dilakukan analisis penyebab ketidakcocokan pada uji silang serasi antara darah donor dan pasien.
Cara kerja : Hasil pemeriksaan terhadap 1.108 sampel darah pasien yang dirujuk ke laboratorium rujukan unit transfusi darah daerah (UTDD) PMI DKI dari bulan Januari-Desember 2003 dikumpulkan, kemudian dikaji penyebab terjadinya inkompatibilitas pada uji silang serasi.
Hasil dan diskusi: Dari 1.108 kasus yang dirujuk, 677 (61.10%) kasus menunjukkan adanya inkompatibilitas pada uji silang serasi. Sisanya 431 (38.90 %) menunjukan adanya kompatibilitas (kecocokan) pada uji silang serasi. Dari 677 kasus inkompatibel, 629 (92.90%) kasus disebabkan karena pemeriksaan antiglobulin langsung (DAT-Direct Antiglobulin Test) yang positif. Sisanya yaitu 48 (7.10%) kasus disebabkan karena adanya antibodi pada darah pasien yang secara klinik berpengaruh terhadap transfusi darah dari donor ke pasien. Kasus inkompatibel yang menunjukan hasil positif pada uji antiglobulin langsung (DAT=Direct Antiglobulin Test )sebanyak 629 kasus (92.90%), dengan perincian hasil positip DAT terhadap IgG pada ditemukan sebanyak 493 kasus (78.38%), hasil positip DAT terhadap komplemen C3d sebanyak 46 kasus (7.31%), dan hasil positip DAT terhadap kombinasi IgG dan C3d sebanyak 90 kasus (14.31%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>