Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Indra Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi jangka panjang. Penggunaan obat antidiabetik oral ADO dengan golongan lain dapat menyebabkan interaksi obat yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia dan menginduksi hiperglikemik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat antidiabetik oral ADO pada pasien rawat jalan yang terdiagnosa diabetes mellitus tipe 2 di RSPAD Gatot Soebroto. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara prospektif dari lembar resep. Sampel penelitian sebanyak 450 lembar resep. Kriteria inklusi sampel yaitu resep pasien BPJS rawat jalan yang terdiagnosa DM tipe 2, dengan jumlah total obat dan jumlah ADO lebih dari dua obat. Analisis interaksi obat menggunakan aplikasi Micromedex . Pengolahan data dilakukan dengan Microsoft Excel . Prevalensi penderita diabetes mellitus tipe 2 banyak terjadi pada perempuan sebesar 50,63 dengan usia lebih dari 61-70 tahun sebesar 37,40 . Metformin banyak diberikan secara tunggal sebesar 15,77 . Akarbose dengan Metformin merupakan antidiabetik oral yang banyak dikombinasikan dalam resep sebesar 9,11 . Kombinasi 3 ADO yang banyak diresepkan yaitu Gliklazid, Akarbose dan Metformin yaitu sebesar 6,44 . Interaksi sedang yang banyak ditemukan dalam resep yaitu Akarbose dengan Insulin Lispro sebesar 5,81 . Interaksi ringan yang banyak ditemukan dalam resep yaitu Metformin dengan Glukosamin sebesar 4,75 . Interaksi berat yang banyak ditemukan dalam resep yaitu Glimepirid dengan Asam asetilsalisilat sebesar 5,64
ABSTRACT<>br> Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease that need long term therapy. Usage of oral antidiabetic alongside other drugs could cause potential drug interaction that leads to increased hypoglycemia risk or hyperglycemia induction. This study intends to analyze the potential occurence of drug interaction on RSPAD Gatot Subroto outpatients with type 2 diabetes mellitus complications. The design of this study is descriptive with prospective data collection from sample prescriptions which is BPJS outpatient presriptions from January April 2016 whom diagnosed with type 2 DM and take oral antidiabetic drug OAD alongside another 2 or more medicines. There are 450 prescriptions meet the inclusivity criteria that was analyzed. Diabetes mellitus prevalence is higher among women 50,63 and in age group 61 70 years old 37,40 . Metformin is the most used single OAD with 15,77 . Acarbose with Metformin are the most used OAD combination with 9,11 . Furthermore, Gliclazide, Acarbose, and Metformin are also often combined OAD with 6,44 percentage. Most common mild interaction found in prescription is between Metformin and Glukosamine with 4,75 percentage, moderate interaction is between Acarbose and Lispro insulin with 5,81 percentage, and severe interaction is between Glimepiride and Acetylsalicylic acid with 5,64 percentage
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sihotang, Retta C.
Abstrak :
ABSTRAK
Pemilihan obat antidiabetik oral (OAD) pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan penyakit ginjal kronik (PGK) sangatlah penting karena sebagian besar OAD diekskresikan melalui ginjal sehingga diperlukan penyesuaian dosis. Di Indonesia, sulfonilurea (SU) kerja pendek umum dipakai untuk pengelolaan DMT2 dengan PGK. Tinjauan pustaka ini membahas perbandingan efektivitas dan keamanan beberapa jenis SU dengan OAD lainnya pada pasien DMT2 dengan PGK. Golongan obat yang dievaluasi adalah SU, tiazolidindion (TZD), penghambat DPP-IV, dan penghambat SGLT-2. Sulfonilurea kerja pendek (gliklazid dan glipizid) dan penghambat SGLT-2 (empaglifozin dan canaglifozin) dapat menghambat progresi PGK pada DMT2. Pioglitazon dan sitagliptin dikaitkan dengan progresi PGK yang lebih tinggi, sementara linagliptin berefek netral terhadap perburukan PGK. Namun, sitagliptin dan linagliptin memiliki risiko lebih rendah dalam menyebabkan hipoglikemia dibandingkan SU kerja pendek. Dengan demikian, dapat disimpulkan OAD golongan SU kerja pendek, seperti gliklazid dan glipizid masih dapat menjadi pilihan utama untuk pengelolaan glukosa darah pada pasien DMT2 dengan PGK di Indonesia.
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Rahma Sesha
Abstrak :
Salah satu komoditi pangan yang telah diteliti memiliki khasiat sebagai nutrasetika dalam pencegahan risiko diabetes adalah daun murbei Morus alba Linn. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula tablet effervescent dari ekstrak daun murbei. Tablet effervescent dibuat dalam 3 tiga formula yang dibedakan berdasarkan konsentrasi effervescent mix nya yaitu formula I 50 formula II 60 dan formula III 70. Ketiga formula dievaluasi berdasarkan persyaratan tablet effervescent yang baik dan diuji waktu larutnya. Formula yang terpilih diuji kesukaan terhadap parameter penampilan aroma dan rasa pada 30 panelis. Hasil evaluasi tablet menunjukkan ketiga formula memenuhi persyaratan tablet berdasarkan parameter organoleptis keragaman bobot keseragaman ukuran kekerasan dan keregasan. Hasil pengujian terhadap waktu larut yang diperoleh yaitu formula I 4 03 0 15 menit formula II 3 85 0 10 menit dan formula III 3 71 0 10 menit. Selanjutnya pengujian terhadap pH larutan diperoleh nilai pH berkisar antara 5 26 0 03 hingga 5 76 0 02. Hasil uji kesukaan berdasarkan parameter penampilan aroma dan rasa secara berurutan menunjukkan nilai uji kesukaan 4 70 3 83 dan 3 73. Berdasarkan nilai uji kesukaan dapat disimpulkan bahwa sediaan tablet effervescent dapat diterima oleh panelis Oleh karena itu ekstrak daun murbei dapat digunakan sebagai bahan aktif dari tablet effervescent sebagai sediaan nutrasetika antidiabetik. ...... One of potential plant which can be used as nutraceutical dosage form's ingredient is mulberry leaves. Mulberry leaves have been suggested for preventing diabetes. The aim of this study was to optimize formula of effervescent tablet which contain mulberry leaves extract Effervescent tablets were made in three formulas. Formulas which were differentiated by its effervescent mix content are 50 effervescent mix content as formula I 60 effervescent mix content as formula II and 70 effervescent mix content as formula III. Thus each formula was evaluated by its effervescent tablet's characteristic and its disintegration time. Selected formula would have been tested by hedonic test to 30 panels. The result of effervescent tablet's evaluation showed that tablets have a good characteristic in term of appearance weight uniformity diameter size and thickness hardness and friability. Moreover pH of effervescent solution were in acceptable range between 5 26 0 03 and 5 76 0 02. The result of disintegration time of each formula was 4 03 0 15 minutes in formula I 3 85 0 10 minutes in formula II and 3 71 0 10 minutes in formula III. The scores of hedonic test for appearance smell and taste were 4 70 3 83 and 3 73 respectively. Based on the hedonic scores the effervescent tablet were acceptable for panels. Therefore mulberry leaves extract could be used as an active ingredient of effervescent tablets as anti diabetic nutraceutical dosage form.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivony Jeremia
Abstrak :
ABSTRAK
Pasien yang terdiagnosa diabetes dan hipertensi mengalami kombinasi obat dalam masa terapi sehingga meningkatkan resiko terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan maupun meningkatkan resiko terjadinya komplikasi akibat penggunaan kombinasi obat yang tidak tepat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis potensi interaksi obat antidiabetik oral dengan antihipertensi pada resep pasien di Apotek ldquo;X rdquo; periode Februari-April 2017. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yang dilengkapi dengan uji Chi-Square pada data resep pasien periode Februari-April 2017 yang mendapatkan minimal 1 obat antidiabetik oral dan minimal 1 obat antihipertensi dengan metode total sampling. Analisis dilakukan terhadap 263 lembar resep. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peresepan antidiabetik dengan antihipertensi memiliki potensi interaksi obat pada 106 lembar resep 40,34 dengan total kasus sebanyak 162 kasus yang terdiri dari 0 kasus interaksi mayor 0 , 138 kasus interaksi moderat 85,18 dengan interaksi paling banyak antara metformin-bisoprolol sebanyak 37 kejadian 22,84 dan 24 kasus interaksi minor 14,81 dengan interaksi paling banyak antara metformin-furosemid sebanyak 17 kejadian 10,49 . Uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara jumlah obat per lembar resep dengan potensi interaksi obat p= 0,009 , tetapi tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan umur pasien dengan potensi interaksi obat p= 0,260; 0,814.
ABSTRACT
Patients with diabetes and hypertension acquired more than 1 drug within therapies so that increasing the risk of potential drug drug interaction. Drug interaction could generate undesirable effect or increase complication risk as a result of inappropriate drug combination. This study aimed to analyze the potential of drug drug interaction in oral antidiabetics with antihypertensives in patients rsquo prescriptions at Pharmacy ldquo X rdquo in period of February April 2017. This study uses analytical descriptive method with Chi Square test on prescriptions of patients who were prescribed of minimum 1 oral antidiabetic and minimum 1 antihypertensive in period of February April 2017 by total sampling. The analysis conducted on 263 prescriptions. This study concluded that prescriptions of antidiabetics and antihypertensives has potential drug drug interaction on 106 prescriptions 40,34 with total of 162 cases, which are consisted of 0 case of mayor interactions 0 , 138 cases of moderate interactions 85,18 with most interaction occur between metformin bisoprolol of 37 cases 22,84 and 24 cases of minor interactions 14,81 with most interaction occur between metformin furosemide of 17 cases 10,49 . The statistic test showed there is a significant relationship between total of drug prescribed in one prescription with potential drug drug interaction p 0,009 , but there is no significant relationship between gender and age of the patients with potential drug drug interaction p 0,260 0,814.
2017
S69214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Karlina Dwi Putri
Abstrak :
Waktu tunggu pelayanan obat (racikan dan non racikan) dan kehilangan penjualan obat atau obat lost sales dapat mempengaruhi kepuasan pasien/pelanggan. Indikator ini termasuk dalam standar pelayanan minimal (SPM) farmasi rumah sakit yang diatur dalam Permenkes No. 129 tahun 2008. Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) memiliki salah satu pelayanan yaitu depo (Departemen Pengambilan Obat) yang memberikan pelayanan BPJS Kesehatan. Pengkajian evaluasi data waktu tunggu dan obat lost sales pasien BPJS di Depo rawat jalan RSUI dalam periode 3 bulan bertujuan untuk melatih kemampuan dan keterampilan para calon apoteker agar dapat meningkatkan juga menjaga kualitas SPM sebagai standar mutu pelayanan sehingga dapat mencegah kerugian finansial rumah sakit serta penurunan kepuasan pelanggan. Seluruh data dikaji dengan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dan hasilnya disesuaikan dengan kriteria SPM. Dari evaluasi ini diketahui jika waktu tunggu pelayanan obat non racikan tidak memenuhi standar SPM tetapi obat racikan memenuhi dan tingkat obat lost sales pasien BPJS sebanyak 69% yang disebabkan oleh peresepan yang tidak sesuai dengan Formularium Nasional (Fornas). Pentingnya kualitas SPM di rumah sakit sama halnya dengan di apotek salah satunya yaitu Apotek Roxy Pondok Labu. Di apotek ini penggunaan obat yang banyak dibeli pasien salah satunya adalah obat antidiabetik. Berdasarkan analisa penggunaan obat antidiabetik periode september 2021 dengan cara pengkajian yang sama seperti sebelumnya diketahui bahwa penggunaan obat terbanyak dipegang oleh obat DM (Diabetes Melitus) golongan guanida yang termasuk obat generik dosis tunggal yaitu metformin 500 mg sebanyak 8.770 tablet dengan persentase 51,49 % dengan tingginya penggunaan obat jenis ini maka perlu ketersedian barang yang banyak untuk menghindari terjadinya kekosongan stok yang dapat menyebabkan terjadinya lost sales. ......Respond time drug services (prescription and non prescription) and lost drug sales can affect patient/customer satisfaction. This indicator is included in the hospital pharmacy Minimum Services Standard (MSS) which is regulated in Permenkes number 129 of 2008. The University of Indonesia Hospital (RSUI) has one service, namely a Depot (Drug Collection Department) which provides BPJS Health services. The study of evaluation of respond time and lost drug sales of BPJS patients at outpatient depots RSUI for a period of 3 months aims to train the abilities and skills of prospective pharmacists in order to improve and maintain the quality of MSS as a service quality standard so as to prevent hospital financial losses and decrease customer satisfaction. All data were examined by observational research method by descriptive and the results were adjusted according to the MSS criteria. From this evaluation, it is known that the respond time for non prescription drugs does unqualified the MSS standards but the prescription drugs qualified and the level of drug lost sales for BPJS patients is 69% due to prescribing that is not in accordance with the National Formulary (Fornas). The importance of the quality level of MSS in hospitals is the same as in pharmacies, one of which is the Roxy Pondok Labu Pharmacy. In this pharmacy, the use of drugs that many patients buy is antidiabetic drugs. Based on the analysis of the use of antidiabetic drugs for the period of September 2021, with same method as before, it was found that the most drug use was held by DM (Diabetes Melitus) drugs of the guanide group, which included single dose generic drugs, namely metformin 500 mg as many as 8.770 tablets with a percentage of 51.49% with a high number of drug use. With this type, it is necessary to have a lot of availability to avoid stock emptiness which can cause lost sales.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library