Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernawati
"Sintesis senyawa antibiotika pada penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil mengisolasi senyawa UK-3 yang memiliki aktifitas sebagai antibiotika dan antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa analog UK-3 yang diharapkan memiliki aktivitas yang sama atau lebih tinggi dari senyawa asal dengan biaya yang lebih murah dan tahap reaksi yang lebih pendek. Pada penelitian ini sintesis yang dilakukan menggunakan 2 jenis asam amino yaitu, asam amino L-glutamat dan L-serin. Untuk senyawa yang menggunakan L-glutamat reaksi dilakukan melalui dua tahap reaksi; tahap pertama esterifikasi L-glutamat dengan n-butanol dan n-oktanol menggunakan pelarut benzena dan katalisator p-TsOH menghasilkan senyawa dibutil dan dioktil glutamat ester sebesar 77,7 % dan 70%. Tahap kedua reaksi amidasi dibutil dan dioktil glutamat ester p-TsOH masing-masing dengan asam 2- hidroksibenzoat (asam salisilat) menggunakan DCC/DMAP dalam pelarut piridin pada suhu 55 °C selama 48 jam menghasilkan senyawa ER-1 dan ER-2 masing-masing sebesar 61,22 % dan 69%. Untuk sintesis senyawa yang menggunakan L-serin dilakukan melalui tiga tahap reaksi; tahap pertama esterifikasi L-serin dengan n-oktanol menggunakan katalisator p-TsOH dalam pelarut benzena menghasilkan senyawa oktil serin ester p-TsOH sebanyak 73%, dan tahap kedua reaksi amidasi oktil serin ester p-TsOH dengan asam 2-hidroksibenzoat menggunakan DCC/DMAP dalam pelarut piridin pada suhu 55 °C selama 48 jam menghasilkan senyawa ER-3 sebanyak 7 4 %. Pada tahap ketiga yaitu esterifikasi senyawa ER-3 masing-masing dengan asam oktanoat dan asam 3-fenilpropionat menghasilkan senyawa ER-4 dan ER-5 sebanyak 67% dan 58 %. Produk hasil sintesis diidentifikasi dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KL T), spektrofotometer infra merah, Ultra Violet, dan spektrometer Nuclear Magnetic Resonance ( 1H- dan 13c- NMR) dan spektrometer massa (MS). Pengujian aktivitas senyawa ER-1, ER-2, ER-3, ER-4 dan ER-5 dilakukan dengan uji antimikroba terhadap beberapa mikroba dan uji toksisitas terhadap Brine Shrimp. Senyawa ER-3 aktif menghambat pertumbuhan terhadap bakteri E. coli, B.subtilis, S.aureus sampai konsentrasi 50 ppm, sedang ER-4 menunjukkan aktivitas paling tinggi terhadap uji Brine Shrimp dengan nilai LCso pada konsentrasi 45,56 ppm.

The synthesis of antibiotic compunds in this research based on the previous research that had suscesfully isolated UK-3 compound from Streptomyces sp. 517-02 and it's found active as anticancer and antibiotics. The aim of this research is synthesis of UK-3 analogues which expected to have higher activities than the original compound, with less expensive production cost and shorter step of reactions. In this research synthesis was done with two kinds of amino acid ; L- · glutamat and L-serin. The synthesis of compound using the L-glutamat amino acid was done in two steps reaction ; the first step was esterification L-glutamat with n-butanol or n-oktanol .p-TsOH as catalyst in benzenaa produced dibutyl and dioctyl glutamat ester in 77,7% and 70%. The second step was the amidation between dibutyl or dioctyl glutamat ester with 2-hidroxybenzoic acid (salicylic acid) with DCC/DMAP in pyridin at 55 °C for 48 hours. The yield was ER-1 and ER-2 in 61,22% and 69% respectively. The synthesis of compound using L-serin was done in three steps reactions ; first step was esterfication Lserin with octanol and p-TsOH as catalyst in benzenaa produced octyl-serinester. p-TsOH in 73%, the second step was amidation of octyl-serin-ester.p-TsOH with 2-hidroxybenzoic acid with DCC/DMAP in pyridine resulted in ER-3 in 74%, and the third step was the esterification of ER-3 with octanoic acid and Phenylpropionic acid produced ER-4 and ER-5 compound in 67% and 68%. Each products was identified and characterized by means of Infra Red spectrophotometer (FT-IR), 1H & 13C -NMR spectrometer, UV spectrophotometer and Mass spectrometer. The activity of ER-1, ER-2, ER-3, ER-4 and ER-5 as antimicroorganism and their toxicity were tested against Brine Shirmp. ER-3 was found active against E. coli , B.subtilis, S.aureus up concentrations of 50 ppm, while_ ER-4 indicated the highest activity on Brine Shrimp with the value of LC50 of 45,56 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T40307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Rosalina
"ABSTRAK
3-Hidroksipikolinil dialkil glutamat ester dan 2-hiaroksinikotliilf'cHalkil 'giutamat ester adalah senyawa baru yang diperoleh dari modifikasi struktur molekul senyawa antibiotika UK-3 yang telah diketahui mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri dan sel kanker. Dari penelitian ini diharapkan didapatkan senyawa analog yang lebih aktif, stabil dan aman dari pada senyawa aslinya.
Sintesis senyawa ini dihasilkan melalui 2 tahap reaksi kimia. Tahap pertama yaitu esterifikasi antara L-glutamat dan n-butanol atau n-oktanol dalam pelarut benzena dengan katalisator asam p-toluenasulfonat. Masing-masing reaksi menghasilkan senyawa dibutil glutamat ester p-TsOH sebesar 72,47% dan senyawa dioktil glutamat ester p-TsOH sebesar 70,16%. Tahap reaksi kedua yaitu pembentukan amida antara senyawa dialkil glutamat ester p-TsOH dengan asam 3-hidroksipikolinat atau asam 2-hidroksinikotinat dalam pelarut piridin dan aktivator/katalisator DCC/DMAP menghasilkan senyawa LR-1 (57,78%), LR-2 ( 56,79%), LR-3 (73,07%) dan LR-4 (71,78%).
Analisis pendahuluan dilakukan dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang kemudian dilanjutkan dengan pemurnian hasil sintesis secara kromatografi kolom silika gel, menggunakan fasa gerak campuran kloroform dan metanol atau kloroform dan heksana. ldentifikasi hasil sintesis dilakukan dengan spektrofotometer UV, FT-IR, spektrometer 1H-NMR/13C-NMR dan spektrometer massa.
Uji aktivitas biologi meliputi uji aktivitas antimikroba menggunakan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis dan Candida a/bicans dan uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina Leach. Didapat hasil uji aktivitas antimikroba secara umum relatif rendah. Hanya senyawa LR-4 dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan B. subtillis dengan nilai MIC yang sama dengan standar Antimycin A sebesar 250 f.lg/ml, tetapi lebih rendah dari senyawa antibiotika UK-3. Hasil uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina juga rendah yaitu sebesar 892,86 - 515,15 ppm dan nilai LC50 senyawa LR-4 menunjukkan lebih toksik dari pada senyawa LR-1, LR-2 dan LR-3.

ABSTRACT
The novel compounds of 3-hydroxypicolinyl dialkyl glutamic ester and 2-hydroxynicotinyl glutamic ester were obtained from modification of molecule stucture of UK-3 antibiotic that had been known to inhibit bacterial and cancer cells' growth. From this research it is expected to obtain analogous compounds that have higher activities, more stable and safer than that of the original compound.
Synthesis of these compounds were carried out in a two step reaction. The first step was esterification of L-glutamic acid with n-butanol or n-octanol inbenzene with p-toluenesulfonic acid as catalyst. The reactions yielded 72,47% of dibutyl glutamic ester p-TsOH and 70,16% of dioctyl glutamic ester p-TsOH, respectively. The second step was the formation of amides from dialkyl glutamic ester p-TsOH by adding 3-hydroxypicolinic acid or 2-hydroxynicotinic acid with DCC/DMAP as catalysUactivator in pyridine to produce LR-1 (57,78%}, LR-2 (56,79%), LR-3 (73,07%) and LR-4 (71,78%).
Preliminary analysis was carried out with thin layer chromatography and followed by purification using column chromatography on silica gel, eluted with chloroform and methanol or chloroform and hexane. The synthesis products were qualitatively analyzed using infrared, ultra violet, nuclear magnetic resonance spectrometer CH-NMR and 13C-NMR) and mass spectrometer.
Biological assays consist of antimicrobial activity test using Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus subtil/is and Candida albicans and toxicity test using Artemia salina Leach. The results of antimicrobial activity test were in general unpromising. Only LR-4 compound showed inhibition activity toward of S. aureus and B. subtillis with MIC value of 250 J.!glml or as high as that of the standar of Antymicin A but lower than that of antibiotic of UK-3. Toxicity test against Artemia salina also showed low activity with LC50 value between 892,86- 1515,15 ppm. LC50 value of LR-4 indicated that the substance was more toxic than LR-1, LR-2 and LR-3."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Surya Negara
"Pemakaian antibiotika tidak rasional menyebabkan resistensi antibiotika. Implementasi kebijakan penggunaan antibiotika di RSUP Sanglah Denpasar belum pernah di evaluasi. Tujuan penelitian ini mengetahui implementasi kebijakan penggunaan antibiotika, mencegah resistensi antibiotika dan mengetahui penerapan intervensi WHO untuk peningkatan penggunaan obat rasional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara dan penelusuran dokumen. Analisa data dengan content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan implementasi kebijakan penggunaan antibiotika dan penerapan intervensi WHO belum berjalan baik. Pencegahan resistensi antibiotika belum terkoordinir baik dari empat pilar Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba. Diperlukan revisi dan sosialisasi pelaksanaan kebijakan pengguna anantibiotika, juga pencegahan dan pengendalian infeksi.

Irrational use of antibiotics lead to antibiotic resistance. Implementation of the policy on the use of antibiotics in Sanglah Hospital in Denpasar has never been evaluated. The purpose of this study to know the implementation of policy on the use of antibiotics, preventing antibiotic resistance and determine the application ofthe WHO interventions to improve rational drug use. This research is aqualitative descriptive study, with interviews and document searches. Data analysis with content analysis.
The results showed the use of antibiotics policy implementation and application of WHO intervention has not gone well. Prevention of antibiotic resistance have not been well coordinated team of four pillars of Antimicrobial Resistance Control Program. Required revision and dissemination of antibiotic usage policy enforcement, as well as prevention and control of infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendratni Sulistianti
"ABSTRAK
Telah diketahui bahwa pemakaian antibiotika- yang
tidak rasional dan terus menerus dapat menimbulkan keresistenan kuman terhadap antibiotika tereebut.
Karena itu usaha pencaharian antibiotika baru dilakukan secara terus menerus untuk mengatasi persoalan ini.
Penelitian mengenai "Aktifitas antibakteri Sefotak
Sim terhadap pelbagai kuman yang diasingkan dari penderita di Jakarta" merupakan salah satu usahfi ini dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai salah satu antibiotika pilihan pada situasi gawat dlmana pengobatan dengan antibiotika lain mengalami kegagalan.
Pada penelitian terhadap 500 strain kuman yang terdiri dari 30 strain Streptococcus alfa-haemolvticus. 20 strain Streptococcus beta-haemolyticus. 30 strain Streptococcus pneumonias, 30 strain Staphylococcus aureus. 20 strain Staphylococcus epidei-midis. 30 strain Escberichia coli, 30 strain Salmonella spp, 30 strain Proteus spp. 30 strain P_seudomonas spp. 30 strain Klebsiella snp. 20 strain Pifteroid, yang semuanya diasingkan dari para penderita yang datang dibagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Uni versitas Indonesia Jakarta, ternyata bahwa dari semua strain kuman yang diperiksa.Pseudomonas sun merupakan kuaan yang menuniukan persentase resistensi tinggi terhadap
Sefotaksim yaitu 6 strain ( 20% ), sedangkan kuman yang la in pada umumnya adalah sensitif terhadap Sefotaksim. Inx menunjukkan, bahv/a Sefotaksim secara keseluruhan efektif terhadap semua strain kujran yang dicoba, keruali untuk beberapa strain kuman Pseudomonas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maksum Radji
Depok: UI-Press, 2012
PGB 0005
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Surya Negara
"Pemakaian antibiotika tidak rasional menyebabkan resistensi antibiotika. Implementasi kebijakan penggunaan antibiotika di RSUP Sanglah Denpasar belum pernah di evaluasi. Tujuan penelitian ini mengetahui implementasi kebijakan penggunaan antibiotika, mencegah resistensi antibiotika dan mengetahui penerapan intervensi WHO untuk peningkatan penggunaan obat rasional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara dan penelusuran dokumen. Analisa data dengan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan implementasi kebijakan penggunaan antibiotika dan penerapan intervensi WHO belum berjalan baik. Pencegahan resistensi antibiotika belum terkoordinir baik dari empat pilar Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba. Diperlukan revisi dan sosialisasi pelaksanaan kebijakan penggunaan antibiotika, juga pencegahan pserta engendalian infeksi."
Depok: Pusat kajian administrasi kebijakan kesehatan (FKM_UI), 2014
351 JARSI 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Tandi Arrang
"Abstrak
Swamedikasi adalah upaya pengobatan yang dilakukan sendiri untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan, seperti batuk, flu, demam, nyeri, sakit maag, kecacingan, diare, biang keringat, dan beberapa penyakit ringan lainnya. Dari hasil data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2013), sejumlah 103.860 dari 294.959 rumah tangga (35,2%) di Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi (termasuk obat keras sebesar 35,7% dan antibiotika 27,8%). Provinsi tertinggi yang menyimpan obat adalah DKI Jakarta (56,4%). Beberapa penelitian menemukan bahwa sekitar 40% sampai 62% antibiotika tidak digunakan secara tepat. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat dapat menyebabkan risiko resistensi antibiotika dan dapat mengancam jiwa seluruh masyarakat di setiap belahan dunia. Oleh karena itu, dilakukan pengabdian kepada masyarakat untuk memberikan informasi tentang swamedikasi penyakit influenza (flu) dan batuk demi meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenaipenggunaan antibiotika yang tepat (rasional). Kegiatan ini dilaksanakan berupa ceramah dan pengisian kuesioner tentang pengetahuan terkait antibiotika. Kegiatan ini dihadiri oleh 34 peserta, tetapi hanya 32 peserta yang mengisi kuesioner. Sebanyak 13 peserta (40,6 %) menjawab dengan benar kegunaan antibiotika, 26 peserta (81,25%) menyatakan pernah menggunakan antibiotika, 14 peserta (53,85%) mengakui pernah membeli antibiotika tanpa resep dari dokter. Antibiotika tersebut digunakan untuk mengobati keluhan, seperti hidung berair, batuk, nyeri tenggorokan, demam, dan beberapa kondisi lainnya. Sebanyak 7 perserta(26,92%) mengakui kadang-kadang mengubah aturan penggunaan antibiotika yang dianjurkan dan 8 orang peserta (30,77%) mengganti antibiotika dengan jenis antibiotika lainnya. Simpulannya adalah pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotika yang rasional masih kurang. Untuk itu, perlu ditingkatkan edukasi mengenai penggunaan antibiotika yang rasional."
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019
300 JPM 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simon, C.
New York: Schattauer, 1993
615.329 SIM a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Afida Kalisya
"ABSTRAK
Latar Belakang. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri komensal yang hidup pada manusia. Penggunaan antibiotika diikuti dengan resistensi terhadap antibiotika mengakibatkan munculnya infeksi lain, salah satunya ialah infeksi Staphylococcus aureus resisten Metisilin (MRSA). Bakteri MRSA merupakan bakteri yang resisten terhadap antibiotika metisilin, namun seiring berkembangnya waktu juga terjadi resistensi terhadap antibiotika lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kepekaan bakteri pada infeksi MSSA dan MRSA terhadap antibiotika golongan fluorokuionolon dan vankomisin. Metode. Penelitian retrospektif potong lintang (cross-sectional) ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Januari 2018 sampai Juni 2019 dengan menggunakan data sekunder dari WHONET 5.6. Hasil. Pada tahun 2018, terdapat 45 spesimen klinik yang terinfeksi Staphylococcus aureus, dengan 43 spesimen merupakan infeksi MSSA dan 2 spesimen positif MRSA. Sementara itu, pada tahun 2019 (Januari sampai Juni 2019), terdapat 17 spesimen klinik yang terinfeksi Staphylococcus aureus, dengan 15 spesimen merupakan infeksi MSSA dan 2 spesimen positif MRSA. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis, ditemukan tidak terdapat perbedaan signifikan sensitivitas MSSA terhadap antibiotika golongan fluorokuinolon dan vankomisin (p=0,34) dan tidak terdapat perbedaan sensitivitas MRSA terhadap antibiotika tersebut (p=0,39). Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada MRSA dan MSSA terhadap semua golongan antibiotika yang diujikan periode Januari 2018 hingga Juni 2019.

ABSTRACT
Background. Staphylococcus aureus are commensal bacteria that live in human body. Mass use of antibiotic followed by antibiotic resistance results in infections, such as Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Like the name implies, MRSA develops resistance towards Methicillin. As time goes by, it also develops resistance towards other family of antibiotics. This research aims to compare the sensitivity of MRSA and MSSA to the family of fluoroquinolones and vancomycin. Method. This retrospective cross-sectional research was conducted in Clinical Microbiology Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia using secondary data from WHONET 5.6 on January 2018 until June 2019. Results. In 2018, there were 45 specimens of Staphylococcus aureus infection collected. 43 specimens were infected by MSSA and 2 specimens were MRSA positive. Meanwhile, in 2019 (January 2019 to June 2019) there were 17 specimens of Staphylococcus aureus infection collected, with 2 specimens were MRSA positive and 15 specimens were infected by MSSA. Based on Kruskal Wallis test, it was found that the sensitivity of MSSA towards fluoroquinolones and vancomycin was not significant (p=0,34) and the sensitivity of MRSA towards fluoroquinolones and vancomycin was also not significant (p=0,39). Conclusions. There is no significant difference towards fluoroquinolones and vancomycin antibiotics to MRSA and MSSA in LMK FKUI during Janury 2018 until June 2019."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mo Tualeka
"ABSTRAK
Latar Belakang: Mortalitas pasien perforasi tukak peptik (PTP) masih stabil pada
angka 20-50% dimana penyebab terbanyak adalah sepsis. Tantangan ini memicu para
ahli bedah untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas dan
morbiditas penyakit ini. Selain pembedahan untuk kontrol infeksi, antibiotika
preoperatif diketahui menurunkan angka mortalitas. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan kesesuaian antibiotika empiris dengan hasil kultur sensitifitas
antibiotika terhadap ketahanan hidup 30 hari pasien perforasi tukak peptik di RSUPN
Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Metode: Studi kohort terhadap pasien
PTP sejak Januari 2012 hingga Agustus 2015 di Departemen Bedah FKUI/RSCM
Jakarta, dimana PTP akibat keganasan dan trauma tembus dieksklusikan. Pola kuman
dan antibiotika pada pasien PTP disajikan sebagai studi pendahuluan. Hasil: dari 45
pasien yang didapat, angka mortalitas pasien PTP di RSCM sebesar 31,1% dan
ketahanan hidup sebesar 68,9%. Pola kuman pada pasien PTP adalah Escherichia coli
sebagai kuman Gram negatif terbanyak (35,85%) dan Streptococcus alfahemolytic
sebagai kuman Gram positif terbanyak (15,09%). Antibiotika lini kedua yang sesuai
untuk pasien PTP adalah Sulbactam/Ampicillin.
Tidak terdapat hubungan antara skor
Boey dan ketahan hidup, namun syok preoperatif memengaruhi ketahanan hidup
(nilai OR 14,67). Begitu juga dengan komorbiditas memengaruhi ketahanan hidup
sebesar 10,54 kali. Lama persiapan operasi tidak bermakna terhadap ketahanan hidup,
sedangkan durasi operasi memengaruhi ketahanan hidup sebesar 7,5 kali. Antibiotika
empiris yang sesuai dengan hasil kultur memengaruhi ketahanan hidup sebesar 12,57
kali. Kesimpulan: Pemberian antibiotika empiris yang tepat terbukti berhubungan
dengan ketahanan hidup pasien perforasi tukak peptik.;

ABSTRACT
Background: Mortality of patients with peptic ulcer perforation (PUP) was stable at
20-50%, which is the most common cause is sepsis. This challenge prompted the
surgeon to examine the factors associated with mortality and morbidity of this
disease. In addition to surgery to control infection, preoperative antibiotics are
known to reduce mortality. This study aims to determine the suitability of empiric
antibiotics relationship with antibiotic sensitivity culture results to the 30 days
survival of perforated peptic ulcer patients in Dr Cipto Mangunkusumo General
Hospital (RSCM) in Jakarta. Methods: A cohort study of patients PUP since January
2012 to August 2015 at Department of Surgery Faculty of medicine/RSCM Jakarta,
where PUP due to malignancy and penetrating trauma were excluded. Patterns of
bacteria and antibiotics in PUP patients presented as a preliminary study. Results:
45 patients were obtained, the mortality rate of patients in RSCM PUP by 31.1% and
amounted to 68.9% survival. Patterns of bacteria in a patient PUP is Escherichia
coli as most Gram-negative bacteria (35.85%) and Streptococcus alfahemolytic as
most Gram-positive bacteria (15.09%). The second line antibiotics are appropriate
for the PUP patients is sulbactam/ampicillin. There was no relationship between
Boey?s score and survivability, but the preoperative shock affect survival (OR 14.67).
Likewise with comorbidities affecting the survival of 10.54 times. Time to surgery on
survival was not significant, while the duration of surgery affecting the survival of 7.5
times. Empiric antibiotics in accordance with the culture results affects survival of
12.57 times. Conclusion: The provision of appropriate empiric antibiotic shown to be
associated with survival in patients with peptic ulcer perforation.
;Background: Mortality of patients with peptic ulcer perforation (PUP) was stable at
20-50%, which is the most common cause is sepsis. This challenge prompted the
surgeon to examine the factors associated with mortality and morbidity of this
disease. In addition to surgery to control infection, preoperative antibiotics are
known to reduce mortality. This study aims to determine the suitability of empiric
antibiotics relationship with antibiotic sensitivity culture results to the 30 days
survival of perforated peptic ulcer patients in Dr Cipto Mangunkusumo General
Hospital (RSCM) in Jakarta. Methods: A cohort study of patients PUP since January
2012 to August 2015 at Department of Surgery Faculty of medicine/RSCM Jakarta,
where PUP due to malignancy and penetrating trauma were excluded. Patterns of
bacteria and antibiotics in PUP patients presented as a preliminary study. Results:
45 patients were obtained, the mortality rate of patients in RSCM PUP by 31.1% and
amounted to 68.9% survival. Patterns of bacteria in a patient PUP is Escherichia
coli as most Gram-negative bacteria (35.85%) and Streptococcus alfahemolytic as
most Gram-positive bacteria (15.09%). The second line antibiotics are appropriate
for the PUP patients is sulbactam/ampicillin. There was no relationship between
Boey?s score and survivability, but the preoperative shock affect survival (OR 14.67).
Likewise with comorbidities affecting the survival of 10.54 times. Time to surgery on
survival was not significant, while the duration of surgery affecting the survival of 7.5
times. Empiric antibiotics in accordance with the culture results affects survival of
12.57 times. Conclusion: The provision of appropriate empiric antibiotic shown to be
associated with survival in patients with peptic ulcer perforation.;Background: Mortality of patients with peptic ulcer perforation (PUP) was stable at
20-50%, which is the most common cause is sepsis. This challenge prompted the
surgeon to examine the factors associated with mortality and morbidity of this
disease. In addition to surgery to control infection, preoperative antibiotics are
known to reduce mortality. This study aims to determine the suitability of empiric
antibiotics relationship with antibiotic sensitivity culture results to the 30 days
survival of perforated peptic ulcer patients in Dr Cipto Mangunkusumo General
Hospital (RSCM) in Jakarta. Methods: A cohort study of patients PUP since January
2012 to August 2015 at Department of Surgery Faculty of medicine/RSCM Jakarta,
where PUP due to malignancy and penetrating trauma were excluded. Patterns of
bacteria and antibiotics in PUP patients presented as a preliminary study. Results:
45 patients were obtained, the mortality rate of patients in RSCM PUP by 31.1% and
amounted to 68.9% survival. Patterns of bacteria in a patient PUP is Escherichia
coli as most Gram-negative bacteria (35.85%) and Streptococcus alfahemolytic as
most Gram-positive bacteria (15.09%). The second line antibiotics are appropriate
for the PUP patients is sulbactam/ampicillin. There was no relationship between
Boey?s score and survivability, but the preoperative shock affect survival (OR 14.67).
Likewise with comorbidities affecting the survival of 10.54 times. Time to surgery on
survival was not significant, while the duration of surgery affecting the survival of 7.5
times. Empiric antibiotics in accordance with the culture results affects survival of
12.57 times. Conclusion: The provision of appropriate empiric antibiotic shown to be
associated with survival in patients with peptic ulcer perforation.
"
2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>