Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hani Ferrani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar berdasarkan rekomendasi WHO dan Permenkes. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan jenis studi deskriptif dan data diperoleh dari penelusuran rekam medis secara retrospektif dan wawancara. Analisis data meliputi karakteristik pasien berdasarkan usia dan indikasi, gambaran penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar berdasarkan jenis, dosis, waktu pemberian, dan cara pemberian, serta kejadian infeksi luka operasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian bedah sesar paling banyak terjadi pada ibu dengan usia 20 ndash; 35 tahun 73 dengan indikasi terbanyak yaitu pre eklamsia berat PEB 13,33 . Antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah Cefazolin 53,33 , dengan dosis 2 gram 54,67 , diberikan 100 secara intravena, dengan waktu pemberian yang paling sering yaitu > 60 menit 47,33 . Jenis antibiotik yang digunakan 60,66 sesuai. Dosis dan cara pemberian antibiotik 100 sesuai. Waktu pemberian antibiotik 52,67 sesuai. Terdapat 2 kasus ILO 1,33 dari 150 sampel pasien bedah sesar yang mendapatkan antibiotik profilaksis.
ABSTRACT
This study discusses the use of prophylactic antibiotics in patients with cesarean section at dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The purpose of this study was to determine the description and appropriateness of prophylactic antibiotic use in cesarean section patients based on the recommendation of WHO and Permenkes. This study is a non experimental study with descriptive study type and data obtained from retrospective by tracking data from the medical record document of patient who where undergoing cesarean section uring 2016 and interview. Data analysis included patient characteristics by age and indications, use of antibiotic prophylaxis in patients with cesarean sections based on the type, dose, timing and mode of administration, and the incidence of surgical site infection. The result of the research shows that the incidence of cesarean section is most common in women aged 20 35 years 73 with the highest indication of severe pre eclampsia PEB 13.33 . Antibiotic prophylaxis is the most widely used is Cefazolin 53.33 , with a dose of 2 g 54.67 , given intravenously 100 , with the most frequent time of administration that is 60 minutes 47.33 . The type of antibiotic used is 60.66 accordingly. Dosage and method of administration of antibiotics 100 appropriate. The timing of antibiotics is 52.67 appropriate. There are 2 cases of ILO 1.33 of the 150 samples of caesarean section patients receiving prophylactic antibiotics.
2017
S69819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnani Dewi Saefina
Abstrak :
Penelitian ini membahas kepatuhan dokter dalam penggunaan antibiotik profilakaksis terhadap pedoman penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengarui tingkat kepatuhan dokter penggunaan antibiotik profilakaksis terhadap pedoman penggunaan antibiotik, menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh menggunakan bantuan kuesioner dan melakukan telaah dokumen rekam medis. Hasil dalam penelitan ini menunjukan bahwa sebagian dokter patuh 63.6 , berpengetahuan baik 77.3 , bersikap positif 63.6 , memiliki motivasi tinggi 63.6 menyatakan persepsi kurang mendukung terhadap insentif 59.1 , kurang mendukung terhadap sanksi 59.1 dan 81.8 memperoleh supervisi. Berdasarkan hasi uji statistik chi square didapat nilai alpha p 0.05 artinya tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan dokter dalam menggunakan antibiotik profilaksis sesuai dengan pedoman. ......This research is to analiyze doctor rsquo s compliance in antibiotic prophylaxis usage towards the antibiotic guidline a RSUP Fatmawati 2017. The purpose of this research to determine factore relate docyor rsquo s compliance in antibiotic prophulaxis usage, using a cross sectional quantitative method. This research uses data obtained form questionnaire and medical records. Data analysis shows that 63,6 doctors are comply toward the guideline., 77,3 have good knowledge, 63,6 have positive attitude, 63,6 have high motivation, 59,1 stated less supportive towards incentive, 59,1 stated less supportive towards incentive, and 81.8 get supervision. Based on statistical analysis, knowledge and education are significant factors of doctors rsquo s compliance. Age, sex, attitude, incentive, motivation, sanction are not significant factors P value 0.05.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Na Imatul Mahanani
Abstrak :
ABSTRAK Antibiotik profilaksis pada tindakan biopsi prostat transrectal ultrasound (TRUS) diberikan untuk mengurangi komplikasi infeksi. Antibiotik profilaksis yang digunakan di RSUPNCM adalah fluorokuinolon tetapi terdapat tren peningkatan resistensi. Belum tersedia data mengenai profil bakteri dan antibiogram pada swab rektal biopsi prostat di RSUPNCM sebagai acuan profilaksis dan terapi infeksi pasca biopsi prostat. Penelitian ini bertujuan mendapatkan data profil bakteri dan antibiogram swab rektal pasien biopsi prostat, serta mendapatkan data jumlah pasien yang mengalami komplikasi infeksi pasca biopsi prostat di RSUPNCM. Desain penelitian adalah kohort prospektif. Menggunakan swab rektal dari 47 pasien biopsi prostat di Departemen Urologi RSUPNCM. Didapatkan bakteri Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Enterococcus faecium, Acinetobacter haemolyticus, Morganella morganii ss morganii, dan Enterococcus faecalis. Antibiotik yang memiliki sensitvitas tinggi gentamicin, amikacin, ampicillin sulbactam, amoxicillin clavulanat, ceftazidime, piperacillin tazobactam, cefepime, imipenem, doripenem, meropenem, dan ertapenem. Antibiotik yang menunjukkan resistensi tinggi cephalothin, cefotaxime, ceftriaxone, dan cefoperazone. Keluhan subyektif demam didapatkan pada 7 pasien dan tidak terdapat rawat inap ke rumah sakit. Tidak direkomendasikan pemberian fluorokuinolon sebagai antibiotik profilaksis pada tindakan biopsi prostat di RSUPNCM. Pemberian antibiotik profilaksis sebaiknya dengan profilaksis target berdasarkan hasil kultur dan resistensi swab rektal. Apabila tidak dapat dilakukan maka antibiotik profilaksis yang dapat direkomendasikan adalah amoxicillin clavulanat dan ertapenem.
ABSTRACT Prophylaxis antibiotics in trans rectal ultrasound prostate biopsy is given to reduce infection complication. The recent antibiotics in Doctor Cipto Mangunkusumo hospital is fluoroquinolone that showing increasing resistance trends. Bacterial profile and antibiogram of rectal swab patient underwent prostate biopsy is not available. This data is needed as a guidance of prophylaxis antibiotics and post biopsy infection therapy in prostate biopsy. This research aimed to obtain those data, and number of patient with infection complication post prostate biopsy. Research design was prospective cohort. Swab rectal is collected from 47 patients underwent prostate biopsy in Doctor Cipto Mangunkusumo Hospital. Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Enterococcus faecium, Acinetobacter haemolyticus, Morganella morganii ss morganii, and Enterococcus faecalis were found. Antibiotics with high susceptible gentamicin, amikacin, ampicillin sulbactam, amoxicillin clavulanat, ceftazidime, piperacillin tazobactam, cefepime, imipenem, doripenem, meropenem, and ertapenem. Antibiotics with high resistance cephalothin, cefotaxime, ceftriaxone, and cefoperazone. Subjective complaints of fever were found in 7 patients. Fluoroquinolone is not recommended as prophylaxis antibiotics in trans rectal ultrasound prostate biopsy. The targeted prophylaxis antibiotics based on rectal swab culture and resistance test should be done. If this test cannot be done, we suggest the use of amoxicillin clavulanat and ertapenem as recommended prophylaxis antibiotics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Pursita
Abstrak :
Pemakaian antibiotik profilaksis pada sebagian kasus bedah caesar telah terbukti dapat mengurangi kejadian infeksi daerah operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik profilaksis serta kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis yang digunakan pada pasien bedah caesar di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Tahun 2016. Penelitian dilakukan secara observasional dengan menggunakan metode deskriptif analitik dan data diperoleh dari rekam medis pasien secara retrospektif. Data yang di analisis meliputi kesesuaian jenis antibiotik, dosis, dan waktu pemberian dibandingkan degan pedoman. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 267 pasien. Hasil analisis data menunjukkan antibiotik profilaksis yang banyak digunakan adalah seftriakson injeksi. Ditinjau dari jenis antibiotik yang digunakan, dosis, dan waktu pemberiaan kesesuaiannya masing-masing sebesar 59,18 , 74,91 , 76,40 . Secara keseluruhan, penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah caesar 28,46 mendapatkan penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai dan 71,54 tidak sesuai terhadap Clinical Pathway Sectio Caesarea di RSAB Harapan Kita, American Society of Health-System Pharmacists ASHP 2013, dan Drug Information Handbook 17th Edition.
The use of antibiotics prophylaxis in some cases of caesarean has been shown to reduce the incidence of surgical site infections. The purpose of this study was to know the description of the use of antibiotics prophylaxis and the suitability of antibiotics prophylaxis used in cesarean section patients at Mother and Children 39 s Hospital Harapan Kita in 2016. The study was conducted in observation using descriptive analytics method and data aquired from the patient 39 s medical records investigation retrospectively. The data analyzed included suitability of antibiotic type, dosage, and delivery time compared with guidelines. Patients who met the inclusion criteria were 267 patients. The results of the data analysis show that the widely used prophylactic antibiotics are ceftriaxone injection. Judging from the type of antibiotics used, dose of confirmity, and time of conformity, suitability was 59.18 , 74.91 , and 76.40 , respectively. Overall, the use of prophylactic antibiotics in cesarean section 28.46 of the use of appropriate prophylactic antibiotics and 71.54 were incompatible with the clinical pathway of Sectio Caesarea at Mother and Children 39 s Hospital Harapan Kita, American Society of Health System Pharmacists ASHP 2013, and Drug Information Handbook 17th Edition.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Cindy Nathania Usman
Abstrak :
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi. Antibiotik yang biasa digunakan memiliki spektrum sempit, toksisitas rendah, memiliki sifat bakterisidal dan spesifik. Tujuan penelitian ini adalah melihat kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien yang dilakukan pembedahan di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati periode Januari ndash; Maret 2017 dengan PPAB RSUP Fatmawati tahun 2016 dan ASHP Guidelines tahun 2013. Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Pasien yang paling banyak dilakukan pembedahan adalah pasien perempuan 57,54 dan kelompok usia yang paling banyak adalah >45-55 tahun. Rencana pembedahan yang paling banyak dilakukan adalah elektif 73,75 . Divisi pembedahan yang paling banyak dilakukan adalah bedah kebidanan 20,37 . 2.191 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis sebelum pembedahan dan persentase divisi pembedahan yang paling banyak menggunakan antibiotik profilaksis adalah bedah digestif 89,15 . Antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah penggunaan tunggal sefazolin 41,05 . Kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis dengan PPAB RSUP Fatmawati tahun 2016 sebesar 51,92 dan kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis dengan ASHP Guidelines 2013 sebesar 43,13.
Prophylactic antibiotics are antibiotics used to prevent infection. Commonly used antibiotics have a narrow spectrum, low toxicity, have a bactericidal activity and specific. The purpose of this study is to see the suitability of the use of prophylactic antibiotics in surgical patients at the Central Surgery Installation of Fatmawati Central General Hospital January March 2017 with Antibiotic Guidelines from Fatmawati Central General Hospital 2016 and ASHP Guidelines 2013. This research method is done analitical descriptively with retrospective retrieval data. Sampling with total sampling technique. Patients most widely performed surgery were female 57.54 and the age group most was 45 55 years. The most widely performed surgical plan was elective 73.75 . The most widely performed surgical division was midwifery surgery 20.37 . 2,191 patients received prophylactic antibiotics before surgery and surgery division percentage of the most widely used surgical antibiotic prophylaxis was digestive 89.15 . The most widely used prophylactic antibiotic is cefazoline 41.05 . The compliance of prophylactic antibiotic usage with Antibiotic Guidelines from Fatmawati Central General Hospital 2016 was 51,92 and compliance of antibiotic prophylaxis with ASHP Guidelines 2013 was 43,13.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursyahidah
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan antibiotik profilaksis bedah bertujuan untuk mencegah infeksi daerah operasi pada pasien yang dianggap mempunyai risiko tinggi. Meskipun kebijakan penggunaan antibiotik profilaksis dalam operasi telah ditetapkan, masih terdapat penggunaan yang tidak sesuai yang dapat menyebabkan peningkatan risiko resistensi antibiotik dan peningkatan biaya perawatan di rumah sakit.Tujuan: Mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik profilaksis serta efisiensi biaya penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah digestif di RSUPN-CMMetode: Penelitian ini merupakan studi retrospektif. Data sekunder diambil dari rekam medik pasien rawat inap Departemen Bedah RSUPN-CM selama periode Januari hingga Desember 2015. Pada penelitian ini 102 pasien yang mendapatkan antibiotik profilaksis dievaluasi berdasarkan panduan NHS Lanaskhire untuk ketepatan dosis dan waktu pemberian pada tindakan pembedahan dan panduan antibiotik profilaksis divisi bedah digestif RSUPN-CM untuk pemilihan antibiotik berdasarkan indikasi tindakan.Hasil: Dari 102 pasien penelitian 81,4 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis dengan indikasi sesuai tindakan dan 90,8 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis tepat dosis. Berdasarkan ketepatan waktu pemberian antibiotik profilaksis, sebanyak 52 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis tepat waktu 30 menit . Sementara itu, pasien yang mendapatkan antibiotik profilaksis lebih dari satu dosis yang berarti bukan lagi profilaksis sebanyak 15,7 . Tambahan biaya obat akibat pemberian antibiotik profilaksis yang tidak sesuai pedoman sebesar Rp. 16.016.007,-.Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan masih adanya penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak sesuai pedoman pada pasien bedah digestif RSUPN-CM. Pemberian antibiotik profilaksis yang tidak sesuai pedoman dapat menyebabkan peningkatan biaya perawatan rumah sakit. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pedoman yang digunakan. hr> b>ABSTRACT
"Background Prophylactic antibiotic is used to prevent surgical wound infections in surgery patients who are considered to have high risk of contamination. Despite established guideline, some studies reported inappropriate use of prophylactic antibiotic which potentially increase the risk of antibiotic resistance and hospitalization cost.Aim To evaluate the appropriateness and cost of prophylactic antibiotic usage in digestive surgery patients at Cipto Mangunkusumo hospital.Methods This was a retrospective study conducted on digestive surgery patients. Secondary data were collected from medical records of hospitalized patients in Surgery Department of Cipto Mangunkusumo hospital during the periode January to Desember 2015. In this study, 102 patients receiving prophylactic antibiotics were evaluated based on NHS Lanaskhire guideline for dosage and timimg in accordance with surgical types and guideline of digestive surgery division Cipto Mangunkusumo hospital for antibiotic selection.Results In 102 patients 81,3 patients received prophylactic antibiotics with appropriate indications and 91,2 patients received prophylactic antibiotics with appropriate doses. While 52 patient received prophylactic antibiotic with appropriate timing of 30 minutes. Meanwhile, patients that received prophylactic antibiotics more than once, which means not prophylactic anymore, were accounted for 15,7 . The estimated extra cost due to of inappropriate use of prophylactic antibiotics was Rp. 16.016.007, .Conclusion The results showed that inappropriate use of antimicrobial prophylaxis was still found in digestive surgery Cipto Mangunkusumo hospital and it increased drug cost. The most frequent inappropriateness was the timing of administration followed by inappropriate indication and dose. More work is needed in order to increase the adherence to the guidelines.
2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaning Widhi Nugrahani
Abstrak :
Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang dapat meningkatkan morbiditas, mortaIitas, biaya, dan lama perawatan di rumah sakit. Penggunaan antibotik profilaksis merupakan salah satu cara untuk menurunkan kejadian ILO. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis di ruang bedah dengan kejadian ILO di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong lrntang dan pengambilan data dilakukan secara prospektif. Sebanyak 200 sampel diambil dari 232 pasien yang menjalani operasi terencana selama peri ode 17 Oktober - 30 November 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian ILO sebesar 2,5%. Antibiotik profilaksis digunakan pada sebagian besar operasi (89,0%). Jenis antibiotik profilaksis yang banyak digunakan adalah cefalosporin generasi III (54,5%) dan cefalosporin generasi IV (37,1%). Sebagian besar pasien (79,0%) menerima antibiotik profilaksis tepat indikasi, 79,2% tidak tepat waktu (terlalu lambat), dan 70,8% tidak tepat durasi (terlalu lama). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara ketepatan indikasi, ketepatan waktu pemberian, dan ketepatan durasi pemberian dengan kejadian fLO (p > 0,05). Faktor risiko yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian ILO adalah durasi operasi dan riwayat penggunaan antibiotik sebelum operasi (p < 0,05).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T57592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fithrotul Aini
Abstrak :
Bedah ortopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memulihkan kondisi disfungsi muskuloskeletal.Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah infeksi pada luka operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implan. Salah satu cara pencegahan ILO adalah dengan menggunakan antibiotik profilaksis. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan resistensi antibiotik yang sangat merugikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik profilaksis bedah ortopedi di RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat periode tahun 2012. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dan metode retrospektif dengan mengambil dan mengumpulkan data dari dokumen rekam medis pasien yang menjalani operasi ortopedi selama tahun 2012. Sebanyak 163 sampel yang diperoleh terdiri dari laki-laki 73% dan perempuan 27% dengan rentang usia dibawah 12 tahun 9,8%, 12-25 tahun 23,3%, 26-65 tahun 28,9% dan diatas 65 tahun 8,0%. Antibiotik profilaksis yang sering digunakan adalah seftriakson 87,8%, gentamisin 3,7%, sefotaksim 3,7%, sefoporakson 1,2%, siprofloksasin 1,2%, fosfomisin 0,6%, meropenem 0,6%, dan vankomisin 0,6%. Sebanyak 55,8% antibiotik yang diberikan sudah tepat waktu, sedangkan sebanyak 93,9% antibiotik tidak tepat obat. Terdapat 8 kasus ILO (4,9%) dari seluruh pasien bedah ortopedi yang mendapat antibiotik profilaksis. Jenis mikroorganisme yang paling sering ditemukan di RSAL Dr. Mintohardjo, Jakarta, adalah Eschericia coli (23,08%), Coliform (18,62%), Staphylococcus aureus sp. (18%). Pseudomonas Sp. (12,15%) dan Alkaligenes Sp (9,31%). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik profilaksis bedah ortopedi di RSAL Dr. Mintohardjo tidak rasional. Hasil yang diperoleh dari uji kai kuadrat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis antibiotik profilaksis yang digunakan dengan kondisi pasien pasca operasi. ......Orthopedic surgery is a surgery to recover muskuloskeletal dysfunction. The Surgical Site Infection (SSI) is an infection of the surgical wound or organ / space that occurs within 30 days after surgery or within 1 year if an implant there. One way to prevent SSI is by using prophylaxis antibiotics. However, improper use of antibiotics can lead to antibiotic resistance wich is very harmfull. The purpose of this study was to collect data and evaluate the rational use of prophylaxis antibiotic in orthopedic surgery at RSAL Dr. Mintohardjo Central Jakarta in 2012. The study was designed cross sectional and conducted retrospectively by taking and collecting data from the medical record document of patients who were undergoing orthopedic surgery during 2012. A total of 163 samples consisted of men 73% and women 27% with an age range under 12 years 9.8%, 12-25 years 23.3%, 26-65 years 58.9% and over 65 years 8.0%. Prophylaxis antibiotics which common used were ceftriaxone 87.8%, gentamycin 3.7%, cefotaxime 3.7%, cefoporaxone 1.2%, siprofloksasin 1.2%, fosfomycin 0.6%, meropenem 0.6%, and vancomycin 0.6%. A total of 55.8% of these prophylaxis antibiotics were given on time, and 93.9% of them were not appropriate drugs. There were 8 SSI cases or 4.9% of all orthopedic surgical patients who received prophylaxis antibiotics. The types of microorganisms which most frequently found at RSAL Dr. Mintohardjo Central Jakarta was Eschericia coli (23.08%), Coliform (18.62%), Staphylococcus aureus sp. (18%). Pseudomonas Sp. (12.15%) and Alkaligenes Sp (9.31%). From these results we could concluded that the use of prophylaxis antibiotics in orthopedic surgery RSAL Dr. Mintohardjo was irrational. Data were tested by chi square test and the results showed that there were a relationship between the types of antibiotic used with patient’s condition after surgery.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binerta Bai Agfa
Abstrak :
Angka kejadian bedah caesar di seluruh dunia terus meningkat setiap tahun. Namun, angka risiko kematian pasca bedah caesar sangat tinggi akibat infeksi. Pemakaian suatu jenis antibiotik profilaksis pada sebagian kasus bedah caesar telah terbukti dapat mengurangi kejadian infeksi luka operasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik profilaksis serta kerasionalan antibiotik profilaksis yang digunakan pada pasien bedah caesar di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2015. Penelitian dilakukan secara observasional dengan menggunakan metode deskriptif dan data diperoleh dari rekam medis pasien secara retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dinilai dari ketepatan pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu pemberian dan tanpa infeksi luka operasi. Pasien yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian sebanyak 245 pasien. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah sefazolin (72,66%). Pada penelitian terdapat pasien bedah caesar yang menerima antibiotik profilaksis 100% tepat pasien, 100% tepat indikasi, 98,78% tepat obat, 98,37% tepat dosis dan 72,24% tepat waktu pemberian, serta 98,37% tanpa infeksi luka operasi. Penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar terbukti 72,24% pasien menunjukkan kerasionalan.
The number of caesarean section in all over the world continue to increase each year. But the rate of post caesarean section risk of death is very high due to infection. The use of a type of antibiotics prophylaxis in some cases of caesarean section has been proven to reduce the occurrence of surgical site infection. The purpose of this study was to know the image of antibiotic prophylaxis and the rationality of antibiotic prophylaxis on caesarean section patients in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2015. This study was conducted in observation using descriptive method and the data is acquired from medical record investigation retrospectively. Data were collected using purposive sampling technique. Rational use of antibiotics assessed evaluation of the appropriate patient, appropriate indication, appropriate drug, appropriate dose, appropriate time and without the provision of surgical site infection. Eligible patients as subjects of research were 245 patients. Data obtained showed that the most common kind of antibiotic prophylaxis that being used is cefazoline (72.66%). In this study were caesarean patients who received antibiotic prophylaxis showed 100% appropriate patient, 100% appropriate indication, 98.78% appropriate drug, 98.37% appropriate dose, 72.24% appropriate time and 98.37% no surgical site infection. The usage of antibiotic prophylaxis in patients with proven 72.24% caesarean section patients showed rationality.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S65013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrina
Abstrak :
ABSTRAK
Infeksi daerah operasi IDO adalah infeksi yang terjadi hingga 30 hari setelah operasi pada pasien non implan atau satu tahun pada pasien menggunakan implan. IDO memberikan dampak morbiditas maupun mortalitas. Antibiotik profilaksis merupakan antibiotik yang digunakan 30-60 menit sebelum insisi bertujuan untuk mengurangi risiko IDO. Tujuan penelitian ini mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien IDO dan menghitung angka IDO di RSUP Fatmawati periode Januari-April 2017. Penelitian dilakukan secara observational dengan metode deskriptif. Data diperoleh secara prospektif dan retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik total sampling. Evaluasi penggunaan antibiotik profilaksis berupa evaluasi kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis dengan pedoman penggunaan antibiotik PPAB RSUP Fatmawati dan formularium RSUP Fatmawati, kesesuaian waktu pemberian serta kesesuaian berdasarkan kelas operasi. Pasien IDO yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian terdapat 38 pasien dan hanya 31 pasien IDO yang menggunakan antibiotik profilaksis. Data menunjukkan, antibiotik yang banyak digunakan oleh pasien IDO adalah sefazolin 45,16 . Hasil evaluasi didapatkan sebesar 38,89 antibiotik profilaksis yang digunakan pasien IDO dinyatakan sesuai dengan PPAB dan 83,87 dinyatakan sesuai dengan formularium. Evaluasi terhadap waktu pemberian didapatkan 7 pasien IDO 20,33 dinyatakan sesuai penggunaannya dan 70,49 sesuai terhadap kelas operasi bersih kontaminasi. Analisis bivariat terlihat adanya hubungan antara IDO dengan penggunaan antibiotik profilaksis p-value 0,004 dan tidak adanya hubungan antara IDO dengan kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan pedoman p-value 0,542.
ABSTRACT
Surgical site infection (SSI) is an infection that occurs up to 30 days after non implant surgery or one year in patients that using implants. This infection will have an impact on morbidity and mortality. Prophylactic antibiotics are antibiotics that used 30 60 minutes before the incision that aimed to reduce the risk of infection on the surgical area. The purpose of this study to evaluate the use of prophylactic antibiotic in SSI patients and calculate the incidence surgical site infection in RSUP Fatmawati from January to April 2017. This research was observational with descriptive method based on the perspective and retrospective data that collected by total sampling technique. The evaluation of antibiotic with guidance of antibiotic usage of Fatmawati General Hospital 2014 and formulary of Fatmawati General Hospital 2014, conformity of timing and conformity with operation class. SSI patients who met the criteria for the study subjects were 38 patients with only 31 SSI patients on prophylactic antibiotics. The data shown the antibiotics that used by SSI patients was cefazoline 45.16 . The results of the evaluation obtained that 38.89 of prophylactic antibiotic used by SSI patients in accordance with guidance of antibiotic usage of Fatmawati General Hospital, 83.87 use of prophylactic antibiotics according to formulary, Only 7 IDO patients were declared using prophylactic antibiotics timely and 70.49 are suitable with the use of antibiotics in accordance with the class of clean contamination operations. Bivariate analysis showed that there was a correlation between SSI incidence with prophylactic antibiotic usage with p value 0.004 and aren rsquo t correlation between SSI incidence and suitability of antibiotic use based on guidance with p value 0.524.
2017
S67504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>