Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafa Noer
Abstrak :
Candida albicans adalah fungus oportunistik yang paling banyak menyebabkan infeksi pada manusia. Dalam lingkungan oral, fungi ini biasanya berasosiasi dengan bakteri Streptococcus mutans membentuk biofilm, yang menjadikan banyak obat oral tidak efektif menangani permasalahan kesehatan seperti karies atau lainnya. Biofilm adalah bentuk alami pertumbuhan mikroorganisme yang umum terjadi dalam niche lingkungan. Hasil pembentukan biofilm menyebabkan peningkatan resistensi terhadap pengaruh lingkungan yang negatif termasuk resistensi terhadap antibiotik dan agen antimikroba lainnya. Karena sifat penting dari biofilm mempengaruhi penyakit infeksi dan penyebaran resistensi obat, maka dinilai sangat penting untuk menemukan agen antibiofilm mikroba baru yang dapat mencegah pembentukan dan perkembangan biofilm. Berbagai penelitian awal menunjukkan bahwa produk alami dari tanaman memiliki sifat antimikroba dan berpotensi menanggulangi permasalahan biofilm. Ruta angustifolia (L.) Pers. adalah salah satu tanaman obat yang secara tradisional sering digunakan untuk mengobati banyak penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi ekstrak kasar dan senyawa bioaktif yang diisolasi dari R. angustifolia (L.) Pers. sebagai kandidat obat yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalah biofilm dari C. albicans dan S. mutans baik dalam kultur tunggal maupun campuran. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi (dengan metode maserasi mengunakan pelarut metanol 96%), skrining fitokimia dan isolasi serta identifikasi senyawa bioaktif (metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) , Kromatografi Cair dengan spektrometri massa tandem (LC-MS/MS) dan Nuclear Magnetic Resonance (NMR)) dari tanaman Ruta angustifolia (L.) Pers. asal Kabupaten Lembang, Jawa Barat, Indonesia. Hasil ekstrak kasar maupun senyawa bioaktif yang didapat lalu dilihat efektifitasnya terhadap biofilm C. albicans dan S. mutans secara fisiologi (metode Cristal Violet (CV) dan 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT) / Coloni Forming Unit (CFU)) serta secara morfologi terhadap morfogenesis C. albicans (menggunakan Light Microscope dan Scanning Electron Microscopy). Hasil penelitian memperoleh ekstrak kasar dengan nilai rendemen sebesar 31,69 %. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol R. angustifolia (L.) Pers. terbukti mengandung senyawa steroid, flavonoid, alkaloid, tanin dan kuinon. Hasil isolasi dan identifikasi mendapatkan tiga senyawa bioaktif murni yang terkonfirmasi sebagai kokusaginine, chalepin dan lindelofine. Pengujian terhadap efektivitasnya sebagai antibiofilm secara fisiologi maupun morfologi menunjukkan bahwa baik ekstrak kasar maupun senyawa bioaktif yang diisolasi dari tanaman R. angustifolia (L.) Pers. (kokusaginine, chalepin dan lindelofine) secara umum berpotensi digunakan sebagai antibiofilm C. albicans dan S. mutans dalam kultur tunggal maupun campuran. ......Candida albicans is the most common opportunistic fungus causing infections in humans. In oral environment, this fungus usually associates with Streptococcus mutans form a biofilm, which makes many oral drugs ineffective in treating health problems such as caries or others. Biofilms are natural forms of microorganism growth that are common in environmental niches. The resulting biofilm formation leads to increased resistance to negative environmental influences including resistance to antibiotics and other antimicrobial agents. Due to the important nature of biofilms influencing infectious diseases and the spread of drug resistance, it is considered important to find new microbial antibiofilm agents that can prevent the formation and development of biofilms. Various preliminary studies have shown that natural products from plants have antimicrobial properties and have the potential to overcome biofilm problems. Ruta angustifolia (L.) Pers. is a medicinal plant traditionally used to treat many diseases. This study aims to explore crude extracts and bioactive compounds isolated from R. angustifolia (L.) Pers. as drug candidates that can be used to overcome the biofilm problem of C. albicans and S. mutans in both single and mixed cultures. In this study, extraction was carried out (by maceration method using methanol 96%), phytochemical screening and isolation as well as identification of bioactive compounds (Thin Layer Chromatography (TLC), Liquid Chromatography with tandem mass spectrometry (LC-MS/MS) and Nuclear Magnetic Resonance (NMR). The results of crude extracts and bioactive compounds obtained were then seen for their effectiveness on the biofilms of C. albicans and S. mutans physiologically and morphologically (using Light Microscope and Scanning Electron Microscopy). The results obtained crude extract with a yield value of 31.69%. The results of phytochemical screening showed that the methanol extract of R. angustifolia (L.) Pers. proven to contain steroid compounds, flavonoids, alkaloids, tannins and quinones. The results of the isolation and identification obtained three pure bioactive compounds that were confirmed as kokusaginine, chalepin and lindelofine. Tests on its effectiveness as an antibiofilm physiologically and morphologically showed that both crude extracts and bioactive compounds isolated from the R. angustifolia (L.) Pers. (kokusaginine, chalepin and lindelofine) in general have the potential to be used as antibiofilms for C. albicans and S. mutans in single or mixed cultures.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Khairiza Anri
Abstrak :
Latar belakang: E. faecalis merupakan bakteri yang mendominasi lesi periapikal persisten dengan prevalensi 22-77%. Beberapa penelitian menunjukkan MTA tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. faecalis, yang diketahui memiliki kemampuan untuk membentuk biofilm, menginvasi tubuli dentin, mempertahankan viabilitas dalam kondisi tanpa nutrisi dan pH basa yang esktrim. Kitosan telah terbukti efektif melawan beberapa mikroorganisme rongga mulut, salah satunya E. faecalis. Kitosan larut air merupakan turunan kitosan yang menunjukkan aktivitas antibakteri pada pH yang lebih luas. Tujuan: Penelitian ini akan menganalisis pengaruh penambahan kitosan larut air 5% dan 10% pada MTA terhadap kemampuan antibiofilm E. faecalis. Metode: Tiga kelompok penelitian, yaitu MTA, MTA dengan penambahan kitosan larut air 5%, dan MTA dengan penambahan kitosan larut air 10%, dibuat menjadi ekstrak dan dipaparkan pada biofilm E. faecalis. Kemampuan antibiofilm ditentukan melalui nilai viabilitas biofilm E. faecalis yang didapatkan dari nilai densitas optik uji MTT assay. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) nilai viabilitas biofilm E. faecalis antara kelompok semua kelompok. Kelompok MTA dengan penambahan kitosan larut air 10% memiliki nilai viabilitas biofilm E. faecalis yang paling rendah, diikuti oleh MTA dengan penambahan kitosan larut air 5%, dan MTA. Kesimpulan: Penambahan kitosan larut air berbagai konsentrasi pada MTA meningkatkan kemampuan antibiofilm terhadap E. faecalis. MTA dengan penambahan kitosan larut air 10% menghasilkan kemampuan antibiofilm tertinggi terhadap E. faecalis secara signifikan dibandingkan dengan MTA dan MTA dengan penambahan kitosan larut air 5%. Background: E. faecalis is the dominant bacteria in persistent periapical lesions with a prevalence of 22-77%. Several studies have shown that MTA has no antibacterial activity against E. faecalis, which is known to have the ability to form biofilms, invade dentinal tubules, maintain viability in conditions of no nutrition and extreme alkaline pH. Chitosan has been shown to be effective against several oral microorganisms, one of which is E. faecalis. Water-soluble chitosan is a chitosan derivative that shows antibacterial activity at a wider pH. Objective: This study will analyze the effect of adding 5% and 10% water-soluble chitosan to MTA on the antibiofilm ability against E. faecalis. Methods: Three research groups, namely MTA, MTA with the addition of 5% water-soluble chitosan, and MTA with the addition of 10% water-soluble chitosan, were made into extracts and exposed to E. faecalis biofilms. Antibiofilm ability was determined by the value of the E. faecalis biofilm viability obtained from the optical density value of the MTT assay test. Results: There was a significant difference (p<0.05) in the value of E. faecalis biofilm viability between all groups. The MTA with the addition of 10% water-soluble chitosan group had the lowest biofilm viability value of E. faecalis, followed by MTA with the addition of 5% water soluble chitosan, and MTA. Conclusion: The addition of water-soluble chitosan in various concentrations to MTA increased the antibiofilm ability against E. faecalis.  MTA with the addition of 10% water soluble chitosan produced the highest antibiofilm ability against E. faecalis significantly compared to MTA and MTA with the addition of 5% water-soluble chitosan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Permatadietha Ardiellaputri
Abstrak :
Propolis dan kurkumin telah terbukti sebagai herbal yang memiliki aktivitas antibakteri. Keduanya dapat dikembangkan menjadi bahan aktif obat kumur yang diperuntukkan untuk pencegahan oral biofilm. Untuk menghantarkan aktivitas biologis tersebut, obat kumur dibuat dalam bentuk sediaan nanoemulsi yang akan bekerja secara efektif melewati permukaan lapisan biofilm dan berpenetrasi secara cepat menuju sel target. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula obat kumur yang memiliki sifat fisik dan stabilitas terbaik serta teruji kemampuannya sebagai agen antibiofilm. Propolis A.mellifera dan kurkumin Curcuma domestica Val., masing-masing akan diformulasikan menjadi sebuah sediaan obat kumur menggunakan metode homogenisasi gabungan, pengadukan dan ultrasonikasi. Pada masing-masing formula, dilakukan jumlah variasi surfaktan dan kosurfaktan untuk mengetahui penga-ruhnya terhadap stabilitas sediaan. Formula yang lulus uji stabilitas kemudian akan diuji kemampuan antitbofilmnya secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula dengan perbandingan tween 80 dan gliserin 2:1 (v/v) merupakan formula dengan stabilitas fisik terbaik. Tween 80 dan gliserin terbukti tidak mampu bekerja secara tunggal untuk menghasilkan sediaan nanoemulsi yang stabil. Secara in vitro, obat kumur propolis dan obat kumur kurkumin teruji mampu menghambat pertumbuhan koloni primer Streptococcus mutans pada lapisan biofilm. Obat kumur propolis dilaporkan bekerja lebih efektif dengan kadar optimum 5% (v/v) dan persentase penghambatan biofilm sebesar 48,54%. ...... Propolis and curcumin have been reported to have antibacterial activity. Both of those herbs can be developed as anti oral biofilm mouthwash. In order to deliver the biological activity, mouthwash is produced as nanoemulsion that promotes wide distribution throughout oral biofilm and effectively penetrates to target cell. This study aims to create the best mouthwash formulation with great physical characteristics and stability, and also proved as antibiofilm agent. Each propolis A.mellifera and curcumin Curcuma domestica Val. was formulated into a mouthwash using the combined method of homogenization, mixing and ultrasonication. There was a variation amount of tween 80 and glycerine in each formulation to investigate its effect on stability. The proven formula with greatest stability was continued to undergo antibiofilm assay. Result of this study showed that formula with ratio of tween 80 and glycerine 2:1 (v/v) was found to be the best. Tween 80 and glycerin was investigated can‘t work as a single surfactant to produce stable nanoemulsion. Propolis and curcumin mouthwash showed in vitro antibiofilm activities against Streptococcus mutans, the primer colony in biofilm. Propolis mouthwash reported has a better effectiveness with the MIC of biofilm formation was 5% v/v and % inhibition of 48,54%, respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library