Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Hanani
"ABSTRAK
Anacardium occidentale L. atau dikenal dengan nama daerah jambu mede atau jambu mente, merupakan salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional disamping biji yang sering digunakan sebagai makanan dan daun sebagai lalapan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sari kloroform daun jambu mede yang diberikan per oral memiliki efek anti-inflamasi terhadap udem yang ditimbulkan dengan karagenin pada telapak kaki tikus putih.
Penelitian dilakukan menurut metode Winter dkk. yang telah dimodifikasi. Pengamatan dilakukan berdasarkan penghambatan udem yang terjadi. Udem buatan ditimbulkan dengan suntikan karagenin. Sari kloroform diberikan secara oral dengan 3 macam dosis, dengan menggunakan pembanding natrium diklofenak. Pengukuran volume udem pada kaki tikus dilakukan menggunakan pletismometer, sebelum pemberian karagenin dan setiap jam selama 5 jam setelah pemberian karagenin. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sari kloroform daun jambu mede dengan dosis 125,4 mg dan 250,8 mg per kg berat badan, berdasarkan analisis statistik tidak menunjukkan efek anti -inflamasi yang bermakna. Sari kloroform dengan dosis 501,6 mg/ kg berat. badan memperlihatkan efek anti inflamasi yang bermakna pada jam kedua setelah pemberian karagenin (p<0,05)

Bila dibandingkan dengan natrium diklofenak efek anti-inflamasi daun jambu mede lebih kecil. "
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sannidhya Rakhmadini
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu tentang khasiat gambir sebagai analgesik dan efek katekin sebagai anti inflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa khasiat gambir (Uncaria gambier Roxb.) dari PT. ?X? yang diduga mempunyai efek anti inflamasi terhadap udem akibat induksi karagenin pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley. Tikus percobaan dibuat udem dengan karagenin 2% yang diberikan subplantar setengah jam setelah suspensi gambir dalam CMC 1% per oral dengan dosis 216 mg/200 g bb, 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb. Sebagai kontrol digunakan tikus yang diberi natrium diklofenak dengan dosis 27 mg/200 g bb dan CMC 1% secara oral dan diperlakukan sama seperti kelompok uji. Volume udem diukur dengan pletismometer. Pemberian suspensi gambir dengan dosis 216 mg/200 g bb, 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb memperlihatkan efek anti inflamasi yang bermakna pada jam kedua dan ketiga setelah injeksi karagenin. Suspensi gambir dengan dosis 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb memperlihatkan efek anti inflamasi yang sebanding dengan obat anti inflamasi non steroid natrium diklofenak dosis 27 mg/200 g bb pada jam kedua setelah injeksi karagenin.

This study was based on the last researchs about efficacy of gambir as an analgesic and the anti-inflammatory effect of catechin. The aim of this study was to evaluate the anti-inflammatory effect of Gambir (Uncaria gambier Roxb.) from ?X? company on the carrageenin-induced inflammatory in male Sprague-Dawley albino rats. Inflammation in rats were induced by 2% carrageenin subplantar, half hour before oral adsministration of gambir suspension at various dose 216 mg/200 g bw, 270 mg/200 g bw and 337,5 mg/200 g bw. As control groups were used rats which were given diclofenac sodium 27 mg/200 g bw and CMC 1% at the same volume and were treated exactly as same as experiment groups. The volume of inflammation were measured with plethysmometer. The results were administration of gambir suspension at dose 216 mg/200 g bw, 270 mg/200 g bw and 337,5 mg/200 g bw had a significant anti-inflammatory effect at 2-3 hours after carrageenin injection. The anti-inflammatory effect of gambir suspension at dose 270 mg/ 200 g bw and 337,5 mg/200 g bw were equal as a non steroid anti-inflammatory drug diclofenac sodium at dose 27 mg/200 g bw two hours after carrageenin injection."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2006
S32546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Laily Putri
"Strategi terapi yang digunakan untuk mengatasi stres oksidatif dan menghambat sintesis mediator inflamasi melalui jalur lipoksigenase salah satunya adalah antioksidan. Garcinia adalah marga terbesar dari suku Clusiaceae yang terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi. Garcinia kydia Roxburgh adalah salah satu tanaman dari marga Garcinia yang telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan, namun potensi antiinflamasi dengan cara menghambat aktivitas lipoksigenase dari tanaman ini belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun Garcinia kydia Roxburgh dengan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power), uji aktivitas antiinflamasi dengan metode penghambatan lipoksigenase, dan penetapan kadar flavonoida total dengan metode kolorimetri AlCl3.
Hasil uji menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun Garcinia kydia Roxburgh memiliki nilai EC50 berturut-turut 18,448; 12,389 dan 31,260 µg/mL, dan aktivitas penghambatan lipoksigenase dengan nilai IC50 berturut-turut 0,556; 0,212 dan 3,575 µg/mL. Ekstrak teraktif dari kedua uji adalah ekstrak etil asetat yang memiliki kadar flavonoida total sebesar 30,650 mgQE/gram ekstrak. Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun Garcinia kydia Roxburgh memiliki aktivitas antioksidan dan dapat menghambat aktivitas lipoksigenase, serta ekstrak etil asetat sebagai ekstrak teraktif memiliki kandungan flavonoida total terbesar.

Antioxidant is one of the therapeutic strategy to overcome oxidative stress and inhibit synthesis of inflammatory mediators through lipoxygenase pathway. Garcinia is the largest of Clusiaceae family which has been proven to provide antioxidant and anti-inflammatory activity. Garcinia kydia Roxburgh is one of the plant of this genus which is known to have antioxidant activity but lipoxygenase inhibition activity from this plant was unknown. This study aimed to test antioxidant activity of the methanol, ethyl acetate and n-hexane extract from Garcinia kydia Roxburgh leaves by FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) method, anti-inflammatory activity was tested by inhibit lipoxygenase, and total flavonoid content by colorimetric methods AlCl3.
The results showed antioxidant activity of methanol extract, ethyl acetate and n-hexane leaves of Garcinia kydia Roxburgh have EC50 value, respectively 18,448; 12,389 and 31,260 µg/mL, and the lipoxygenase inhibition activity have IC50 value, respectively 0,556; 0,212 and 3,575 µg/mL. Ethyl acetate extract of Garcinia kydia Roxburgh leaves were the most active extract in this study which has total flavonoid content, 30,650 mgQE/gram extract. The conclusion, Garcinia kydia Roxburgh has antioxidant and lipoxygenase inhibition activity, with ethyl acetate extract as the most active extract which contain the most total flavonoids.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gadis Anggraini
"Asam salisilat memiliki aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan, namun dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Modifikasi gugus karboksilat senyawa tersebut menjadi turunan amida dapat menjadi solusi untuk mengatasi kekurangannya. Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa analog salisilamida, 2‐hidroksi‐N‐(piridin‐2‐il)benzamida (1) dan turunan basa Mannich-nya (2a-f). Berdasarkan hasil uji aktivitas anti-inflamasi in vitro dengan metode penghambatan denaturasi protein, senyawa hasil sintesis menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dengan hasil uji IC50 pada rentang = 0,118-0,434 mM. Aktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan piroksikam yang digunakan sebagai senyawa standar (IC50 = 0,0073 mM). Senyawa 2e, 2‐hidroksi‐N‐(piridin‐2‐il)benzamida tersubstitusi basa Mannich 2,6-dimetilmorfolin merupakan senyawa paling tinggi aktivitasnya. Energi ikatan (DG) yang diperoleh dari studi penambatan molekul adalah -8,49 kkal/mol pada reseptor COX-1 (PDB ID: 1EQG) dan -8,92 kkal/mol pada reseptor COX-2 (PDB ID: 5KIR). Pengujian antioksidan dengan metode DPPH diperoleh rentang IC50 = 0,63-12,90 mM, sedangkan dengan metode FRAP diperoleh EC50 antara 0,68-0,91 mM. Semua senyawa hasil sintesis memiliki aktivitas antioksidan lebih rendah dibandingkan dengan standar asam askorbat (metode DPPH, IC50= 0,0021 mM; metode FRAP, EC50= 0,008 mM).

Salicylic acid is a natural active substance known to have anti-inflammatory and antioxidant activity, but it has side effects in gastrointestinal tract. The modification of its carboxylic groups into amide derivatives can be a solution to overcome its weakness. In this study we synthesized salicylamide analog, 2‐hydroxy‐N‐(pyridine‐2-yl)benzamide (1) and its Mannich base derivatives (2a-f). Based on an in-vitro anti-inflammatory activity test using the inhibition protein denaturation method, the synthesized compounds showed anti-inflammatory activity. The IC50 obtained was in the range of 0.118-0.434 mM. The activity was lower than piroxicam used as a standard compound (IC50 = 0.0073 mM). Compound 2e, 2‐hydroxy‐N‐(pyridine‐2-yl)benzamide substituted by 2,6-dimethylmorpholin Mannich base, showed the highest activity with IC50= 1.18 mM. The binding energy (DG) obtained from molecular docking study was -8.49 kcal/mol and -8.92 kcal/mol for COX-1 and COX-2 receptors (PDB ID: 1EQG and 5KIR) protein target respectively. The antioxidant activity using DPPH test was obtained with IC50 in the range of 0.63-12.90 mM, while using the FRAP method EC50 in the range of 0.68-0.91 mM. All the synthesized compounds had lower antioxidant activity than ascorbic acid used as a standard (DPPH method, IC50 = 0.0021 mM; FRAP methode, EC50 = 0.008 mM)"
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Figel Ilham
"Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap cedera jaringan dan infeksi. Inflamasi dapat ditangani dengan sejumlah obat seperti obat anti-inflamasi nonsteroida inhibitor selektif COX-2. Benzimidazol merupakan senyawa penuntun yang memiliki berbagai aktivitas farmakologis, salah satunya sebagai anti-inflamasi. Penelitian ini dilakukan secara in silico dengan metode penambatan molekuler senyawa turunan benzimidazol Mannich terhadap COX-1 dan COX-2 untuk mengetahui potensi anti-inflamasi senyawa menggunakan Autodock 4 dan Autodock Vina. Hasil validasi menunjukkan bahwa nilai RMSD Autodock 4 dan Autodock Vina dibawah 2 Å sehingga penambatan molekuler dilakukan pada kedua perangkat lunak. Pada penambatan molekuler menggunakan Autodock 4, turunan benzimidazol substituen vanilin 2,6-dimetilmorfolin diprediksi paling selektif terhadap COX-2 yaitu rasio Ki COX-1/2 senilai 162,79. Pada penambatan molekuler menggunakan Autodock Vina, turunan benzimidazol substituen vanilin dietilamina diprediksi paling selektif terhadap COX-2 yaitu rasio Ki COX-1/2 senilai 112,88. Visualisasi interaksi pada Autodock 4 dan Autodock Vina juga menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Dengan demikian terdapat dua buah kesimpulan yang diperoleh: senyawa turunan benzimidazol Mannich memiliki potensi anti-inflamasi inhibitor selektif COX-2, dan terdapat perbedaan interaksi yang muncul di antara penambatan molekuler terhadap Autodock 4 dan Autodock Vina.

Inflammation is a physiological response occurred by tissue injury and infection. Inflammation can be treated with drugs such as COX-2 selective NSAID. Benzimidazole is a leading compound that has many pharmacological activities such as anti-inflammation. In this study, in silico testing is carried out with molecular docking into Mannich benzimidazole derivatives against COX-1 and COX-2 using Autodock 4 and Autodock Vina to determine the anti-inflammatory potential of the test compounds. Validation result shows that both the RMSD value of both Autodock 4 and Autodock Vina are below 2 Å. Hence, molecular docking is conducted with both programs. Autodock 4 result shows that benzimidazole derivative with vanillin 2,6-dimethylmorpholine substitution is predicted to be the most selective against COX-2 with the Ki COX-1/2 ratio of 162.79. Autodock Vina result shows that benzimidazole derivative with vanillin diethylamine substitution is predicted to be the most selective against COX-2 with the Ki COX1/2 ratio of 112.88. Interaction visualization of Autodock 4 and Autodock Vina also shows few differences, yielding two conclusions from the study: Mannich benzimidazole derivatives have anti-inflammatory potential selective to COX-2 and there are few differences appeared in molecular docking with Autodock 4 and Autodock Vina."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lovendo Ilham Widodo
"Infeksi virus dengue (DENV) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang belum dapat diatasi. IFN-γ merupakan respon imun yang berperan dalam mekanisme antivirus yang juga dapat memicu reaksi inflamasi dalam perjalanan infeksi DENV. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diketahui propil galat dan etil galat memiliki kemampuan anti DENV, yang dalam penelitian ini dianalisis lebih lanjut mekanismenya dalam menghambat replikasi DENV dengan sistem kultur sel Vero, potensi antiinflamasi melalui pembentukan spot sel PBMC penghasil IFN-γ dengan sistem ADE, serta analisis ADMETox dan molecular docking yang menargetkan propil galat dan etil galat terhadap protein DENV secara in-silico. Propil galat dan etil galat terbukti memiliki aktivitas antiDENV tertinggi pada tahap pasca-infeksi, 94,04 ± 1,75% (propil galat) dan 92,07 ± 2,20% (etil galat). Pemberian propil galat dan etil galat juga terbukti dapat menurunkan jumlah SFU IFN-γ pada PBMC yang diinfeksikan DENV, 366,83±6,03 (propil galat 2xIC50), 315,75±4.99 (etil galat 2xIC50). Hasil studi ADMETox kedua antivirus ini memenuhi 5 kaidah aturan Lipisnki dan tidak bersifat toksik. Sementara itu, docking terhadap protein E, NS1, dan NS3 menghasilkan nilai energi ikatan terbesar pada protein NS3. Propil galat dan etil galat mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai kandidat obat untuk infeksi DENV.

Dengue virus infection (DENV) is one of the global health problems that has yet to be solved. In the course of DENV infection, IFN-γ is an immune response that plays a role in antiviral mechanisms that can also trigger inflammatory reactions. From the results of previous studies, it is known that propyl gallate and ethyl gallate have anti-DENV abilities. This study are further analyzed for their mechanisms in inhibiting DENV replication with the Vero cell culture system, anti-inflammatory potential through the formation of IFN-γ-producing PBMC cell spots with the ADE system, and analysis ADMETox of propyl gallate and ethyl gallate and binding targets evaluation to DENV proteins through in-silico analysis. Propyl gallate and ethyl gallate were shown to have the highest antiDENV activity at the post-infection stage, 94.04 ± 1.75% (propyl gallate) and 92.07 ± 2.20% (ethyl gallate). Administration of propyl gallate and ethyl gallate was also shown to reduce the number of SFU IFN-γ in DENV-infected PBMCs, 366.83 ± 6.03 (propyl gallate 2xIC50), 315.75 ± 4.99 (ethyl gallate 2xIC50). The results of the ADMETox study of these two antivirals fulfill the 5 rules of Lipisnki's rule and are not toxic. Meanwhile, docking against E, NS1, and NS3 proteins resulted in the largest binding energy value on the NS3 protein. Propyl gallate and ethyl gallate have the potential to be developed as drug candidates for DENV infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafura Az-Zahra
"Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia dalam keadaan puasa atau setelah pemberian glukosa selama tes toleransi glukosa oral. Di dalam tubuh terdapat enzim dipeptidil peptidase-4 (DPP-4) menyebabkan degradasi Glucagon Like Peptide-1 (GLP-1) dan Glucose-dependent Insulinotropic Polypeptide (GIP) sehingga mengurangi bioavailabilitas dan efek inkretin. Penyakit DMT2 yang terjadi secara kronis dapat menyebabkan respon inlamasi hingga stres metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar IL-1β, IL-6, TNF-α, dan CRP. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi aktivitas antidiabetes, anti-inflamasi, dan antioksidan in vitro senyawa 2-(Striril)-N-(2-siano) benzil-kuinazolinon dan lima analognya. Pengujian ini diukur menggunakan Glomax-Multi Detection System dan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian ini dilakukan pada berbagai konsentrasi uji dan dihitung nilai IC50 dan atau persen/nilai aktivitasnya. Berdasarkan hasil uji, aktivitas antidiabetes in vitro menggunakan mekanisme penghambatan enzim DPP-4 memiliki IC50 dengan rentang (0,7545 – 28,4742 μM) dengan senyawa QBNS-OCH3 memberikan aktivitas penghambatan terbaik dengan IC50 (0,7545 μM), aktivitas anti-inflamasi in vitro menggunakan mekanisme denaturasi protein menunjukkan % inhibisi dengan rentang (-67,4364% – 39,1948%) dengan senyawa QBNS-CF3 memberikan % inhibisi terbaik (39,1948%), aktivitas antioksidan in vitro menggunakan mekanisme DPPH menunjukkan % inhibisi dengan rentang (4,4124% – 13,2371%) dengan senyawa QBNS-OH memberikan % inhibisi terbaik (13,2371%), aktivitas antioksidan in vitro menggunakan mekanisme FRAP menunjukkan nilai FeEAC dengan rentang (0,2845 – 0,4919) dengan senyawa QBNS-OH memberikan nilai FeEAC terbaik (0,4919). Berdasarkan hasil uji, senyawa uji memiliki aktivitas yang kurang baik sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai subtituen-substituen yang nemiliki aktivitas penghambatan antidiabetes, anti-inflamasi, dan antioksidan yang lebih poten.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia in the fasting state or after glucose administration during an oral glucose tolerance test. In the body, the enzyme dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) causes the degradation of Glucagon Like Peptide-1 (GLP-1) and Glucose-dependent Insulinotropic Polypeptide (GIP), thereby reducing bioavailability and incretin effects. T2DM chronic disease can cause an inflammatory response to metabolic stress, characterized by increased levels of IL-1β, IL-6, TNF-α, and CRP. This study evaluated the in vitro antidiabetic, anti-inflammatory and antioxidant activities of 2-(Striril)-N-(2-cyano) benzyl-quinazolinone and its five analogues. This test was measured using the Glomax-Multi Detection System and a spectrophotometer UV-Vis. This test is carried out at various test concentrations, and the IC50 value and or percent/activity value is calculated. Based on the test results, in vitro antidiabetic activity using the DPP-4 enzyme inhibition mechanism had IC50 in the range (0,7545 – 28,4742 μM), with the QBNS-H compound giving the best inhibitory activity with IC50 (0,7545 μM), In vitro anti-inflammation activity using a protein denaturation mechanism showed a wide range of % inhibition (-67,4364% – 39,1948%) with the QBNS-CF3 compound giving the best % inhibition (39,1948%), in vitro antioxidant activity using the DPPH mechanism showed a wide range of % inhibition (4,4124% – 13,2371%) with QBNS-OH compound giving the best % inhibition (13,2371%), antioxidant activity in vitro using the FRAP mechanism showed FeEAC values in the range (0,2845 – 0,4919) with QBNS-OH compound giving the best FeEAC value (0,4919). Based on the test results, the tested compounds had poor activity, so further research is needed on substituents that have antidiabetic, anti-inflammatory, and antioxidant inhibitory activities that are more potent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ines Augustina Sumbayak
"Tubuh akan mengalami penurunan kemampuan menghadapi berbagai stimulus dan stres dari lingkungan saat lansia. Penurunan respons imun merupakan bentuk kemunduran fungsi pada lansia sehingga lansia menjadi lebih rentan terpapar patogen. Periodontitis merupakan penyakit pada jaringan periodontal yang sering terjadi pada lansia. Periodontitis terjadi ketika terdapat interaksi antara respons imun dan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan status periodontal dan kadar sitokin antara lansia dengan dewasa penderita periodontitis, serta menganalisis hubungan status periodontal dengan kadar sitokin. Subjek penelitian berjumlah 40 orang penderita periodontitis yang terdiri dari 20 lansia dan 20 dewasa. Pengukuran klinis status periodontal mencakup Indeks Plak dan Indeks Perdarahan Papila. Pemeriksaan sitokin mencakup sitokin pro-inflamasi Interleukin 1 Beta (IL-1β), Tumour Necrosis Factor Alpha (TNF-α), dan sitokin anti-inflamasi Interleukin 10 (IL-10) yang diambil dari cairan krevikular gingiva (CKG). Pengambilan CKG diperoleh dari gigi yang memiliki kedalaman poket 5-7 mm. Kadar sitokin IL-1β, IL-10 dan TNF-α dalam CKG diukur menggunakan tes ELISA. Rerata nilai Indeks Plak dan Indeks Perdarahan Papila pada lansia lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa. Kadar sitokin pada lansia lebih tinggi pada lansia dibandingkan dewasa, meskipun tidak signifikan secara statistik. Terdapat korelasi yang kuat antara status periodontal dan kadar sitokin dalam CKG. Studi ini menunjukkan penuaan memengaruhi respons peradangan.

Aging can change the ability to respond to various stimuli and stress. The decreased immune response is a form of deterioration of function in the elderly. Periodontitis is an abnormality of periodontal tissue that often occurs in the elderly. Periodontitis occurs when there is an interaction between the host immune system and the pathogen. The aim of this study is to compare periodontal status and cytokine levels between elderly and adults with periodontitis, and to analyze the relationship between periodontal status and cytokines level. This clinical study examined 40 subjects with periodontitis, consisting of 20 adult and 20 elderly. Clinical measurement of periodontal status included Plaque Index (PlI) and Papilla Bleeding Index (PBI). Cytokines examination included proinflammatory cytokine Interleukin 1 Beta (IL-1β), Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α), and anti-inflammatory cytokine Interleukin 10 (IL-10) from gingival crevicular fluid (GCF). GCF collection was obtained from teeth with a probing depth of 5-7 mm. Cytokine levels of IL-1β, IL-10 and TNF-α in GCF were quantified using ELISA kits. The mean value of PI and PBI in the elderly was higher than in adults. Cytokine levels in the elderly were higher than in adults, although there was no statistical difference. There was a strong correlation between periodontal status and cytokines level in GCF. This study indicates aging affects the inflammation response."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Aulia Rosalina
"Infeksi virus dengue (DENV) masih menjadi masalah kesehatan global di dunia termasuk Indonesia. Menurut data CDC, diseluruh dunia terdapat sekitar 400 juta kasus DENV dengan 40.000 jiwa setiap tahunnya. Keparahan infeksi DENV berkaitan dengan jumlah viral load yang tinggi dan badai sitokin yang disebabkan oleh inflamasi berlebih. Sampai saat ini tidak ada antivirus spesifik digunakan untuk DENV, sementara itu penggunaan obat anti inflamasi untuk DENV terbatas hanya untuk pasien dengan gejala klinis berat. Favipiravir dan Kina Sulfat telah dilaporkan sebagai drug repurposing yang dapat menghambat replikasi DENV, namun apakah kedua obat ini memiliki aktivitas anti-inflamasi yang disebabkan oleh infeksi DENV belum dikaji lebih lanjut. Aktivitas antivirus favipiravir dan kina sulfat dianalisis melalui nilai IC50 dan CC50 terhadap DENV serotipe-1 (DENV-1) pada sel Vero. Ekspresi relatif sitokin TNF-a, IL-6, IL-10 dan faktor transkripsi NFkB dianalisis dari PBMC donor sehat yang diinfeksikan DENV-1 dengan pemberian Favipiravir atau Kina Sulfat. Hasil penelitian menunjukkan IC50 dan CC50 untuk Favipiravir sebesar 2,72 ug/mL dan 156,78 ug/mL dengan nilai SI 58, sementara IC50 dan CC50 Kina Sulfat sebesar 14,97 ug/mL dan 85,2 ug/mL dengan nilai SI 5,69. Favipiravir dan Kina Sulfat mampu menurunkan ekspresi IL-6 dan IL-10, namun menginduksi ekspresi TNF-a dan faktor transkripsi NFkB pada dua skema uji infeksi DENV-1 dengan atau tanpa antibodi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Favipirafir memiliki aktivitas antivirus dengue yang lebih baik dibandingkan Kina Sulfat sementara peranan Favipiravir dan Kina Sulfat sebagai anti-inflamasi infeksi DENV masih memerlukan studi lebih lanjut.

Dengue virus (DENV) infection is still a global health problem in the world, including Indonesia. According to CDC data, worldwide there are around 400 million DENV cases with 40,000 deaths each year. The severity of DENV infection is related to the high viral load and cytokine storm caused by excessive inflammation. Until now there is no specific antiviral used for DENV, meanwhile the use of anti-inflammatory drugs for DENV is limited to patients with severe clinical symptoms. Favipiravir and Quinine Sulfate have been reported as repurposing drugs that can inhibit DENV replication, but whether these two drugs have anti-inflammatory activity caused by DENV infection has not been studied further. The antiviral activity of Favipiravir and Quinine Sulfate was analyzed through IC50 and CC50 values against DENV serotype-1 (DENV-1) on Vero cells. The relative expression of cytokines TNF-a, IL-6, IL-10 and the transcription factor NFkB was analyzed from PBMCs of healthy donors infected with DENV-1 with the addition of Favipiravir or Quinine Sulfate. The results showed that the IC50 and CC50 for Favipiravir were 2,72 ug/mL and 156,78 ug/mL with an SI value of 58, while the IC50 and CC50 of Quinine Sulfate were 14,97 ug/mL and 85,2 ug/mL with an SI value 5,69. Favipiravir and Quinine Sulfate were able to reduce the expression of IL-6 and IL-10, but induced the expression of TNF-a and the transcription factor NFkB in two DENV-1 infection test schemes with or without ADE. From this study it can be concluded that Favipiravir has better dengue antiviral activity than Quinine Sulfate, while the role of Favipiravir and Quinine Sulfate as an anti-inflammatory for DENV infections still requires further study. From this study, it can be concluded that Favipiravir has better dengue antiviral activity than Quinine Sulfate while the role of Favipiravir and Quinine Sulfate as anti-inflammatory of DENV infection still requires further study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>