Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prisca Annisa Restu Tinampi
"Jamu dikenal sebagai minuman tradisional yang memiliki khasiat bagi tubuh. Pemanfaatan minuman tradisional jamu dapat dilihat dari konsumsi jamu yang kembali dinikmati saat pandemi Covid-19 untuk memelihara kesehatan tubuh. Penelitian ini menyajikan bibliografi beranotasi yang membahas minuman tradisional dan minuman tradisional jamu yang bertujuan untuk memetakan literatur dan memberikan gambaran eksistensi jamu dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Tulisan ini ingin melihat fenomena sosial dan isu terkait minuman jamu, juga melihat perkembangan jamu pada saat ini. Temuan dari tulisan iniadalah klasifikasi tema dari tiap artikel dan melihat perkembangan posisi jamu di masyarakat melalui literatur-literatur dari ragam perspektif dan membahas hubungan dari keduanya melalui pemetaan. Konsumsi jamu berkaitan dengan kebudayaan dan kebutuhan komersialisasi seperti peluang bisnis, pengembangan produk dan standarisasi. Tulisan ini juga berisi temuan data sekunder mengenai salah satu komesialisasi minuman jamu di konteks urban yang menjual jamu dengan konsep modern.

Jamu is known as a traditional drink that has benefits for the body. The use of traditional herbal drinks can be seen from the consumption of herbs that were again enjoyed during the Covid-19 pandemic to maintain a healthy body. This study presents an annotated bibliography that discusses traditional drinks and traditional herbal drinks which aims to map the literature and provide an overview of the existence of jamu in the last five years. This paper wants to look at social phenomena and issues related to herbal drinks, also to see the current development of herbal medicine. The findings of this paper are the classification of the themes of each article and see the development of the position of herbal medicine in society through the literature from various perspectives and discuss the relationship between the two through mapping. Consumption of herbal medicine is related to culture and commercialization needs such as business opportunities, product development and standardization. This paper also contains findings of secondary data regarding one of the commercialization of herbal drinks in an urban context that sells herbal medicine with a modern concept."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Kurniawan
"Fokus dari studi literatur ini adalah tentang hubungan antar suku bangsa di Indonesia. Dengan menggunakan perspektif antropologi secara khusus studi ini membahas tentang relasi etnis Tionghoa dengan kelompok etnik lainnya di Indonesia. Etnis Tionghoa adalah kelompok etnis yang telah lama datang dan bermukim di Indonesia. Namun dalam masa yang cukup panjang kelompok etnis Tionghoa mengalami diskriminasi dan tidak diperlakukan secara sebagai warga negara. Relasi Etnis Tionghoa dengan kelompok masyarakat lainnya dipengaruhi oleh kebijakan rasial pemerintah Belanda yang menggolongkan etnis Tionghoa di Indonesia sebagai orang asing. Kolonial Belanda memberlakukan etnis Tionghoa sebagai seorang yang ahli dalam berdagang dan berorientasi dalam bidang ekonomi. Puncak diskriminasi terhadap etnis Tionghoa, terjadi di masa presiden Soeharto dengan menerapkan kebijakan asimilasi yang melarang semua kegiatan berbahasa mandarin dan menganjurkan ganti nama. Setelah era Reformasi sejak 1998, etnis Tionghoa dapat merasakan kemerdekaannya berekspresi terutama setelah presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kembali memperbolehkan etnis TIonghoa untuk merayakan imlek dan menunjukkan identitasnya. Tulisan ini berbentuk bibliografi beranotasi dan ingin memahami signifikansi studi dengan konteksnya saat ini.

This literature study focus on the relationship between ethnic groups in Indonesia. Using an anthropological perspective as an analytical lens, this study specifically discusses the relationship between the Chinese ethnicity and other ethnic groups in Indonesia. Ethnic Chinese group has been settled in Indonesia long before the European. However, for a long time the Chinese ethnic group in Indonesia experienced discrimination and were not treated as a full citizen. the Dutch racial policy which classifies ethnic Chinese in Indonesia as foreigners has shaped the relationship between Ethnic Chinese relations with other Indonesian ethnic groups. The Dutch colonial also regarded the Chinese group as an expert in trade and economic activities. The peak of this discrimination against ethnic Chinese occurred during the Soeharto era by implementing an assimilation policy that prohibited all Mandarin speaking activities and recommended Chinese people to change their mandarin names. After the Reformation era since 1998, the Chinese have been able to feel their freedom of expression, especially after President Abdurrahman Wahid or Gusdur allowed the Chinese to celebrate Chinese New Year and show their ethnic attribute and identities. This paper is in the form of a annotated bibliographic and wants to explore the significant of the finding with today context"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
TEUKU NAUFAL BARLIANTA
"Penelitian-penelitian antropologi yang mengeksplorasi masalah kesehatan kronis telah banyak dilakukan dalam beberapa dekade terakhir. Berbeda dengan penyakit akut yang bisa diobati atau hanya bersifat temporer, masalah kesehatan kronis tidak bisa diobati sepenuhnya. Situasi demikian membuat penderita masalah kesehatan kronis harus hidup bersama dengan kondisi sakitnya dan hanya bisa mengendalikan gejala-gejalanya secara terbatas. Penderita masalah kesehatan kronis sering kali mengalami berbagai hambatan yang berkaitan dengan faktor-faktor sosiokultural dalam mengendalikan gejala sakitnya. Melalui pendekatan konstruksi sosial, kita dapat mengetahui bagaimana proses terbentuknya diskursus yang melatarbelakangi faktor-faktor tersebut. Pada skripsi ini penulis akan menyajikan bibliografi beranotasi dari artikel mengenai pendekatan konstruksionisme dan artikel penelitian antropologi yang menggunakan pendekatan konstruksionisme dalam membahas fenomena masalah kesehatan kronis. Penulis akan melihat dan mengkategorisasi tema-tema yang muncul di dalam penelitian tersebut untuk memahami bagaimana sejauh ini penelitian antropologi membahas masalah kesehatan kronis.

Anthropological studies exploring chronic health problems have been widely carried out in the last few decades. Unlike acute illnesses that can be cured or only temporary, chronic health problems cannot be completely cured. Such conditions make people with chronic health problems have to live with their illness and can only manage their symptoms to a limited extent. Patients with chronic health problems often experience various obstacles related to sociocultural factors in managing their symptoms. Through a social constructionist approach, we can find out how the process behind the formation of a discourse behind these factors. In this thesis, the author will present an annotated bibliography of articles on the constructionist approach and anthropological research articles that use a constructionist approach on the phenomenon of chronic health problems. The author will look at and categorize the themes that emerge in the study to understand how far anthropological research has addressed chronic health problems."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferron Rafi Vanhesi
"Makalah ini menyajikan bibliografi beranotasi artikel jurnal akademik yang membahas penggunaan daya tarik baik emotional appeal maupun rational appeal dalam iklan dan
pemasaran. Belakangan ini emotional appeal terlihat dimana-mana dan dipakai oleh brand-brand besar sebagai cara mereka mendiferensiasikan diri dalam pasar-pasar yang terus berkembang dan semakin ketat. Meskipun begitu,bukan berarti rational appeal dilupakan saja dalam iklan dan pemasaran. Keduanya memiliki kekuatan dan kekurangan masing-masing dan masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi performa iklan dengan daya tarik tertentu terhadap konsumen.

This paper presents an annotated bibliography of academic journal articles discussing use of appeals both emotional appeal and rational appeal in advertising andmarketing. Emotional appeal these days is seen everywhere and used by big brands as a way of differentiating themselves in constantly though, changing, and growing markets. Even so, it does not mean that rational appeals are forgotten in advertising and marketing. Both have their own strengths and weaknesses and there are still many factors that affect the performance of advertisements with a certain appeal to consumers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Elita Putri Fadliawati
"Ilmu magic adalah sebuah kepercayaan dan juga praktik, di mana praktiknya melibatkan alam bawah sadar dan juga hal-hal tak kasat mata. Magi oleh banyak orang dapat memengaruhi kekuatan alam dan diri mereka sendiri secara langsung, entah untuk tujuan baik atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri untuk memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi. Praktek magi sebenarnya tak secara penuh bisa dilepaskan begitu saja dari praktik agama tertentu. Contohnya dalam agama Yahudi ritual Kabbalah dan Yoga dalam Hindu. Tetapi kemudian agama- agama monotheistik menganggapnya sebagai hal menyimpang dan berkonotasi buruk. Ini diawali dengan periodesasi agama-agama monotheistik yang membenci ritual yang dianggap bid’ah dan dianggap menyimpang dari ajaran Kristen maupun Islam murni. Di Asia Tenggara sendiri, magi masih menjadi hal yang dianggap tradisional dan hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu. Termasuk pula anggapan negatif bahwa shaman (dukun) lekat dengan dengan ilmu teluh dan mendatangkan nasib buruk bagi korbannya. Padahal, shaman juga memiliki kemampuan pengobatan tradisional, yang tergolong sebagai ilmu magi, entah karena diturunkan dari shaman terdahulu atau “melalui mimpi.” Namun, kedua hal tersebut masih dilanggengkan keberadaannya sampai sekarang dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang primitif. Pengobatan tradisional dengan ritual tertentu, serta sihir (baik yang bertujuan mencelakakan atau menguntungkan orang lain) masih eksis di tengah masyarakat yang tinggal di kota, desa atau daerah suburban. Bahkan meski sudah mempraktikkan “sihir baik” sekalipun, dengan cara menjadi pemeluk agama yang taat, shaman-shaman di negara dengan mayoritas penduduk beragama monotheis rentan mendapat persekusi. Di sisi lain, jasa-jasa dalam pengobatan tradisional pun tetap dibutuhkan lantaran status beberapa negara Asia Tenggara sebagai negara berkembang, di mana ketersediaan fasilitas medis modern belum merata. Dalam tulisan ini, saya akan mencoba menyajikan data pustaka anotasi bibliografi tentang jurnal yang membahas ilmu magi di Asia Tenggara dan juga memberikan gambaran mengapa ilmu magi adalah salah satu sub-ilmu yang patut diperdebatkan dan diteliti lebih lanjut.

Magic is both a belief and a practice, where its practice involves the subconscious as well as the invisible. Magic, as seen by many people, can affect the forces of nature and themselves directly, for good or for bad, by their own efforts to manipulate higher powers. The practice of magic actually cannot be completely separated from the practice of a particular religion. For example in Judaism Kabbalah rituals and Yoga in Hinduism. But then monotheistic religions regard it as deviant and contains bad connotations. This begins with the periodization of monotheistic religions that opposing rituals that are considered heretical and deviate, especially by the religious scholars from Christianity and Islam. In Southeast Asia itself, magic is still a thing that is considered traditional and only done by certain people. This include the negative assumption that shamans are attached to witchcraft and bring bad luck towards their victims. In fact, shamans also have traditional medicinal abilities, which are classified as magic, either because they are passed down from previous shamans or "given through dreams." However, these two things are still preserved until now and are not considered as something primitive. Traditional medicine with certain rituals, as well as magic (whether aimed at harming or benefiting the others) still exist in people who live in cities, villages or suburban areas. Even if they’re practicing “white magic”, by becoming devout religious adherents, shamans in countries where the majority of the population are monotheists are still vulnerable to persecution. On the other hand, services in traditional medicine are still needed, regarding the status of Southeast Asian majority as developing countries, where the availability of modern medical facilities is not evenly distributed. In this paper, I will try to present bibliographic annotated literature on journals discussing magic in Southeast Asia and also provide an overview of why magic is one of the sub- sciences that deserves to be debated and researched further."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library