Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pardomuan, Ranto
Abstrak :
Lembaran lagam kuningan seri ASM C26000 merupakan suatu material kuningan yang unsur paduan utamanya adalah tembaga (Cu) sebesar 70% dan seng ( Zn ) 3O%. Karena sifat mampu yang baik, sehingga logam kuningan ini banyak digunakan dalam aplikasi pembuatan produk logam seperti tanks. lamp spring. kawat dan lain-lain, untuk mengetahui sifat mampu bentuk logam kuningan ini terutama dalam proses canai, maka dalam penelitian ini dilakukan dua jenis proses canai yaitu proses canai panas dan canai dingin. Untuk proses canal panas temperatur proses yang digunakan adalah 700'C dan 800'C dengan reduksi ketebalan akhir 3 mm , yang kemudian dilanjutkan dengan proses canal dingin hingga ketebalan akhir 1.48 mm dan 1.02 mm. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur canal panas 700'C 800'C terhadap sifat mekanis lembaran kuningan seri ASM C26000 setelah mengalami proses canai dingin untuk mengetahui pengaruh reduksi ketebalan lembaran logam terhadap peningkatan nilai kekuatan tarik, kekerasan, dan terhadap penurunan regangan. Adanya peningkatan reduksi ketebalan akhir, maka kekuatan tarik, dan kekerasan akan meningkat sementara regangan akan turun hal ini dipengaruhi oleh adanya efek pengerasan regang yang semakin besar dan perubahan ukuran butir yang semakin halus akibat proses canai dingin.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachman Kurnia
Abstrak :
Aluminium dan paduannya tengah dikembangkan sebagai badan pesawat terbang karena sifatnya yang lebih ringan daripada baja dan mudah dibentuk. Paduan aluminium 7XXX yang mengandung Zn dan Mg dapat ditingkatkan sifat mekanisnya melalui proses deformasi. Persentase deformasi yang diberikan akan meningkatkan kekerasan paduan melalui mekanisme penguatan regang. Proses anil yang dilakukan setelah deformasi akan mengembalikan keuletan paduan melalui mekanisme stress relieve, rekristalisasi dan pertumbuhan butir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persen deformasi dan temperatur anil terhadap rekristalisasi dan sifat mekanik paduan Al-4.7Zn-1.8Mg berat. Pembuatan paduan dilakukan dengan proses squeeze casting. Proses homogenisasi dilakukan pada temperatur 400 oC selama 4 jam. Paduan hasil homogenisasi kemudian diberikan canai dingin dengan persen deformasi 5, 10 dan 20 . Selanjutnya paduan dengan deformasi 20 diberi perlakuan panas anil dengan temperatur 300, 400 dan 500 oC selama 2 jam. Karakterisasi meliputi pengujian kekerasan untuk melihat pengaruh canai dingin dan temperatur anil terhadap sifat mekanik paduan, pengamatan struktur mikro dengan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope SEM yang dilengkapi dengan Energy Dispersive Spectroscopy EDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persen deformasi sebesar menyebabkan terjadinya pemipihan butir. Deformasi 5, 10 dan 20 menghasilkan rasio deformasi butir sebesar 2.19, 3.19 and 4.59 dan meningkatkan kerasan paduan dari 69.5 HV menjadi sebesar 95.3, 100.1 dan 105.4 HV. Perlakuan panas anil pada temperatur 300 oC menyebabkan terjadinya recovery sedangkan rekristalisasi terjadi pada temperatur 400 oC dgrain 290 ?m. Grain growth terjadi pada temperatur 500 oC dgrain 434 ?m yang menyebabkan penurunan kekerasand dari 105.4 HV menjadi 71.5, 96.8 and 95.3 HV berturut turut. Rekristalisasi sempurna diprediksi pada temperature anil 375 ndash; 425 oC selama 2 jam.
Aluminium alloys are developed as airplane body due to its lighter weight compared to steel and good formability. Aluminium 7XXX series with Zn and Mg alloying elements are commonly used because of its mechanical properties can be improved through deformation process. Deformation such as cold rolling may increase the hardness of an alloy through strain hardening. Annealing process after deformation process will recover ductility through stress relieve, recrystallization and grain growth mechanisms. This research aimed to find out the effect of cold rolling and annealing temperatur on the recrystallization and mechanical properties of Al 4.7Zn 1.8Mg wt. alloy. The alloy was produced by squeeze casting process. Homogenization was conducted at 400 oC for 4 hours followed by cold rolling with degree of deformation of 5, 10 and 20 . The samples with 20 of deformation were then annealed at 300, 400 and 500 oC for 2 h. Vickers hardness test was performed on the cold rolled and annealed samples to reveal strain hardening effect and subsequent recrystallization process. Microstructure was observed by using optical microscope and Scanning Electron Microscope SEM with Energy Dispersive Spectroscopy EDS. The results showed that the higher the deformation, the more elongated the grains. Deformation of 5, 10 and 20 led to grain shape ratios of 2.19, 3.19 and 4.59, respectively and increase in the hardness of the alloy from 69.5 HV to 95.3, 100.1 and 105.4 HV, respectively. Annealing at 300 oC resulted in recovery, while at 400 oC, recrystallization occured dgrain 290 m. Grain growth was observed after annealing at 500 oC for 2 h dgrain 434 m. The annealing temperature of 300, 400 and 500 oC decrease the hardness of the alloy from 105.4 HV to 71.5, 96.8 and 95.3 HV, respectively. Full recrystallization was predicted to happen at 375 ndash 425 oC for 2 hours.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandrika Nastiti Hendrawan
Abstrak :
Selongsong peluru adalah salah satu komponen yang terpenting dalam peluru karena merupakan tempat mesiu, proyektil, dan primer. Material yang digunakan untuk membuat selongsong peluru adalah paduan cartridge brass (Cu-Zn) dengan kandungan seng dalam rentang 28 ? 32 wt.%. Selongsong peluru difabrikasi dengan melewati beberapa tahap yaitu pengecoran, canai dingin, deep drawing, dan anil. Persen deformasi yang diberikan saat proses fabrikasi mencapai lebih dari 70 %, maka dari itu agar dapat melalui seluruh proses fabrikasi diatas dibutuhkan paduan kuningan yang memiliki keuletan tinggi dan perilaku rekristalisasi yang dapat dikontrol. Penambahan unsur Mn diharapkan dapat meningkatkan keuletan dari paduan cartridge brass tanpa mengorbankan kekuatan dari paduan tersebut. Pada penelitian ini, paduan Cu-31Zn dengan penambahan 9 wt.% Mn difabrikasi dengan pengecoran gravitasi. Untuk memperoleh paduan dengan komposisi kimia yang homogen maka dilakukan perlakuan panas homogenisasi pada temperatur 800 oC selama 2 jam. Kemudian paduan dilakukan canai dingin dengan deformasi 20, 40, dan 70 %. Selanjutnya paduan dengan deformasi 70 % dilakukan perlakuan panas anil dengan variasi temperatur 300, 400, dan 600 oC selama 30 menit. Karakterisasi material yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis struktur mikro dengan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope (SEM) ? Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), dan pengujian kekerasan microvickers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan derajat deformasi sebesar 20, 40, dan 70 % menyebabkan pemipihan fasa kedua dengan L/T ratio masing-masing sebesar 4, 11,6, dan 18. Selain itu juga terjadi peningkatan kekerasan paduan yaitu sebesar 68, 147, 171, dan 205 HV. Sementara proses anil dengan variasi temperatur 300, 400, dan 600 oC menyebabkan terjadinya fenomena recovery, rekristalisasi (dgrain ~ 5 μm), dan grain growth (dgrain ~ 40 μm) yang ditandai dengan penurunan kekerasan spesimen yaitu sebesar 201, 128, dan 171 HV. Penambahan Mn menyebabkan pertumbuhan fasa kedua mengandung sedikit Zn dan Mn akibat kecenderungan ordering Cu dan Mn yang meningkatkan nilai kekerasan dan memperlambat laju rekristalisasi, sehingga dibutuhkan temperatur anil dan/atau waktu yang lebih tinggi untuk mencapai rekristalisasi sempurna pada paduan cartridge brass dengan penambahan Mn.
Cartridge shell is one of the most important components in a bullet because it contains gunpowder, projectiles, and primer. The material used to make cartridge shells are cartridge brass alloys (Cu-Zn) with the zinc content in the range of 28 ? 32 wt.%. Bullet casings are manufactured by passing through several stages fabrication, which are casting, cold rolling, deep drawing, and annealing. The degree of deformation during the fabrication process reaches 70 % or more. Therefore in order to be able to go through the whole process of fabrication it is required to use brass alloys that have high ductility and recrystallization behavior that can be controlled. The addition of Mn is expected to improve the ductility of the cartridge brass alloy without sacrificing its strength. In this study, the characteristics of Cu-31Zn alloy with the addition of 9 wt.% Mn fabricated by gravity casting was observed. To obtain alloys with homogeneous chemical composition, homogenizing heat treatment was carried out with the temperature of 800 °C for 2 hours. Then the alloys were cold rolled with degree of deformation of 20, 40, and 70 %. Furthermore, the specimens with 70 % degree of deformation were annealed with temperature variation of 300, 400, and 600 °C for 30 minutes. Characterization of material carried out in this study included the analysis of the microstructure by optical microscopy and Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and microhardness testing. The results showed that the addition of Mn up to 9 wt.% to cartridge brass alloy led to the formation of second phase particles that are less rich in Zn and Mn content due to ordering tendency of Cu and Mn. The increase in the degree of deformation of 20, 40, and 70 % led to the decrease of second phase L/T ratio, each for 4, 11.6, and 18. There were also increase in the alloy hardness with the values of 68, 147, 171, and 205 HV respectively. The annealing process with temperature variation of 300, 400, and 600 °C led to the phenomena of recovery, recrystallization (dgrain ~ 5 μm), and grain growth (dgrain ~ 40 μm) that resulted in the decrease of hardness with the values of 201, 128, and 171 HV respectively. The effect of Mn addition in the cartridge brass alloy is to increase the hardness by solid solution and dispersion strengthening mechanisms and to decrease the rate of recrystallization, so it required higher annealing temperature and / or longer annealing time to reach full recrystallization.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reski Taufik Wastiyanto
Abstrak :
Masalah utama industri pelat kuningan di Indonesia adalah penguasaan teknologi rolling. Ada banyak faktor yang menentukan dalam teknologi ini, salah satu faktor terpenting adalah proses anil rekristalisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan karakteristik pelat kuningan 70/30 dengan kandungan Al < 1% yang sesuai dengan standar industri. Beberapa pengujian telah dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pengujian awal (kekerasan dan besar butir) dilakukan untuk menentukan temperatur dan waktu tahan yang optimal. Setelah mendapatkan variabel optimal, dilakukan uji tarik anisotropi, SEM, kekasaran permukaan dan difraksi sinar x. Hasil pengujian awal didapatkan proses anil optimal dengan variabel temperatur 600°C dan waktu tahan 3 menit dengan nilai kekerasan 89 HVN dan besar butir 55 _m. Dari pengujian Tarik diperoleh nilai koefisien pengerasan regang (n = 0,5), anisotropi normal (r = 1,7), dan anisotropi planar (?r = 0,05). Kekasaran permukaan menurun dari 0,42 _m menjadi 0,32 _m setelah anil. Hasil difraksi tidak menunjukkan perubahan bidang proyeksi akan tetapi ada perbedaan sudut pada puncak intensitas tertingginya. Dari semua hasil pengujian disimpulkan bahwa setelah dilakukan proses anil rekristalisasi temperatur 600°C dan waktu tahan 3 menit pada pelat kuningan 70/30 dengan kandungan Al < 1% untuk aplikasi selongsong peluru memenuhi standar yang ditentukan oleh industri. ......Main problem of brass plate industry in Indonesia is the controlling of rolling technology. There are many factors that determine in this technology, one of the important factors is anneal recrystallization process. The purpose of this study is to obtain characteristic of 70/30 brass plate containing aluminium less than 1% which is suitable with industrial standard. Several testings were conducted to reach this purpose. The initial testings (hardness and grain size) are done to determine optimal temperature and holding time. After getting a optimum variables, then applied anisotropy tensile, SEM, surface roughness and X-ray diffraction testing. The initial testing result is obtained optimal anneal process with variable temperature 600°C and holding time 3 minute with value of hardness 89 HVN and grain size _55 _m. From tensile testing is obtained strain hardening exponent (n = 0,5), normal anisotropy (r = 1,7) and planar anisotropy coefficient (?r = 0,05). Surface roughness is decreased from 0,42 _m to 0,32 _m after annealed process. X-ray diffraction result did not show change in projection plane but there is a different angle of peak intensity. From all testing results were concluded that after anneal recrystalization process temperature 600°C and holding time 3 minute on 70/30 brass plate containing Al less than 1% for cartridge case application was satisfied with industrial standard.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51665
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library