Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditya Pribadi
"Patient with severe condition which single conventional orthodontic treatment cannot be carried out, it must be considered to undergo combination treatment between orthodontic and orthognathic surgery, so that patient's complaint about aesthetic, mastication and speech function can receive better correction. The aim of performing the orthodontic treatment before orthognathic surgery is to place teeth position ideally to the bone base before correcting the abnormality of its sceletal bone. After the orthognathic surgery there is still the orthodontic treatment to be done which has the aim to achieve good teeth occlusion, inclination and angulation. if possible comparable to the conditions described by Andrew in Six Keys of Normal Occlusion."
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Antolis, Maureen
"Toleransi perubahan angulasi vertikal pada radiografi gigi insisif rahang atas (studi in vitro). Tingkat distorsi vertikal yang cukup besar pada radiograf periapikal gigi anterior rahang atas serta penggunaan lebar singulum sebagai acuan evaluasi distorsi vertikal radiograf gigi anterior.
Tujuan: Untuk mengetahui perubahan sudut vertikal yang masih dapat ditoleransi pada radiograf periapikal gigi insisif rahang atas.
Metode: Pada 30 gigi insisif rahang atas, dilakukan pembuatan radiograf periapikal sudut vertikal 0° sebagai acuan standar, selanjutnya dilakukan perubahan sudut vertikal -10°, +10°, -15°, +15°, -20°, dan +20°. Sumbu panjang gigi diatur posisinya supaya sejajar film pada saat dilakukan paparan sinar-X. Kemudian panjang gigi dan lebar singulum pada radiograf dengan perubahan sudut vertikal diukur dan dibandingkan dengan kondisi sebenarnya. Seluruh hasil pengukuran diuji secara statistik dengan menjadi uji T.
Hasil: Perbedaan antara panjang gigi klinis dengan panjang gigi radiografik pada seluruh perubahan sudut vertikal terbukti tidak signifikan (p>0.05), sedangkan perubahan lebar singulum signifikan pada sudut +15° dan -10° (p<0.05).
Simpulan: Panjang gigi pada radiograf periapikal gigi insisif rahang atas yang diposisikan sejajar dengan film radiograf masih dapat ditoleransi sampai dengan perubahan sudut vertikal sebesar 20º. Lebar singulum menyempit secara signifikan pada radiograf yang mengalami perubahan sudut +15º dan melebar secara signifikan pada radiograf yang mengalami perubahan sudut -10º.

The prevalence of vertical distortion in the periapical radiograph of the anterior maxillary teeth is quite significant and cingulum is commonly used as the reference of vertical distortion in anterior radiograph.
Objective: To evaluate the limit of vertical angulation error that still can be tolerated.
Methods: Periapical radiograph with vertical angle 0° was obtained from 30 maxillary incisors as reference, then the vertical angulation was changed into -10°, +10°, -15°, +15°, -20° and +20°. Long axis of the teeth was adjusted parallel to the film. Tooth length and cingulum width with vertical angulation alteration was measured and compared to the actual length. All of the measurement was tested using T test.
Results: There were no significant differences between all the measurements of tooth length with the alteration in vertical angulation (p>0.05), whereas cingulum width had a significant difference at +15° and -10°, p<0.05.
Conclusion: Tooth length in periapical radiograph of maxillary incisor with parallel position is still tolerable until 20º vertical angle errors. Cingulum width on radiograph with +15º vertical angle alteration is significantly narrowed and on radiograph with -10° vertical angle alteration is significantly widened.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
zhiara Aulia
"ABSTRAK
Latar Belakang: Distribusi frekuensi gigi molar tiga mandibula impaksi berdasarkan Pell-Gregory dan Winter serta hubungannya dengan kanalis mandibula dapat berguna untuk diagnosis dan menentukan rencana perawatan. Kebijakan BPJS belum dinyatakan dengan jelas tentang cakupan pelayanan pencabutan gigi molar tiga impaksi. Tujuan: Memperoleh frekuensi kasus impaksi gigi molar tiga mandibula berdasarkan klasifikasi Winter dan Pell-Greory, serta hubungannya dengan kanalis mandibula dari radiograf panoramik di RSKGM FKG UI dan dapat berkontribusi dalam kebijakan BPJS untuk cakupan pelayanan pencabutan gigi molar tiga mandibula impaksi. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kategorik, dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien di RSKGM FKG UI. Hasil: Peneliltian dilakukan pada 109 sampel kasus gigi molar tiga mandibula impaksi, dimana 55,96% kasus adalah pada pasien perempuan. Hasil uji Chi-Square dan Mann-Whitney yang dilakukan menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p ≥ 0,5) pada frekuensi klasifikasi molar tiga mandibula impaksi berdasarkan jenis kelamin. Frekuensi tertinggi berdasarkan klasifikasi Pell Greory adalah Kelas 2 (57,8%), Posisi A (59,6%), klasifikasi Winter adalah mesioangular (31,2%), dan hubungan antara molar tiga mandibula impaksi dengan kanalis mandibula tertinggi adalah Relasi C, yaitu garis radiopak dari kanalis mandibula terputus, sebanyak 28,4%. Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan hasil distribusi gigi molar tiga mandibula impaksi yang dapat menjadi acuan dalam penilaian kesulitan dalam penatalaksanaannya.

ABSTRACT
Background: The frequency and distribution of impacted mandibular third molar based on Pell-Gregory and Winters classification and its relationship with mandibular canal could be used to establish the diagnosis and determain the treatment plan. The coverage of impacted third molar extraction has not been clearly stated in the BPJS policy. Objective: This study aims to obtain the frequency and distribution of impacted mandibular third molar and the relation with mandibular canal from panoramic radiograph at RSKGM FKG UI. Methods: This was a descriptive study using secondary data which is patients medical record at RSKGM FKG UI. Results: There are 109 cases of impacted mandibula third molar, and 55,96% of the cases are in female patients. The results of Chi-Square test and Mann-Whitney test shows that statistically there are no significant differences (p ≥ 0,5) in the frequency of impacted mandibular third molar based on the gender. The highest frequency of Pell-Gregorys classification are Class 2 (57,8%) and Position A (59,6%), Winters classification is mesioangular (31,2%), and the highest frequency of the relation between impacted mandibular third molar with the mandibular canal is Relation C, that is interruption of the white line (28,4%). Conclusion: The results of the frequency and distribution of impacted mandibular third molar in this study could be used as a reference in assessing the difficulties of its management."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library