Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mark, Barbara
New York: Simon and Schuster Rockfeller Center, 1997
291.215 MAR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mark, Barbara
New York: Simon and Schuster Rockfeller Center, 1997
291.215 MAR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldy Ryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Pelelangan 58.000 (limapuluh ribu) ton gula kristal putih ilegal pada tanggal 4 Januari 2005 telah menimbulkan banyak kntik dari masyarakat. Masyarakat menuntut pembatalan lelang tersebut karena harga lelang yang tercipta sangat rendah sehingga dapat mengganggu perekonomian Negara. Banyak pihak yang mempertanyakan mengenai keabsahan lelang tersebut karena banyaknya kejanggalan dalam pelaksanaan lelang tersebut. Komisi Pengawas Persaingan usaha (untuk selanjutnya disebut KPPU ) merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan terhadap pelelangan tersebut dan memutuskan bahwa telah ada pelanggaran ketentuan Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan oleh karenanya menghukum pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan lelang tersebut. 2 (dua) permasalahan utama dalam Tesis ini adalah mengenai keabsahan lelang gula ilegal tersebut dan mengenai kewenangan KPPU dalam memeriksa pelelangan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Yuridis Normatif (penelitian kepustakaan) mengenai hukum lelang dengan tipe penelitian eksplanatoris untuk memperoleh informasi secara menyeluruh dan terintegrasi yang terkait dengan kasus pelelangan gula ilegal. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang diteliti secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelelangan gula ilegal tersebut telah memenuhi tata prosedur suatu pelelangan berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 304/KMK.01/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, dan Putusan KPPU yang menyat an a anya pelanggaran Pasal 22 mengenai mengenai persengkongkolan untuk menentukan pemenang tender, KPPU telah menyamakan definisi tender dengan lelang, dimana sesungguhnya antara lelang dan tender adalah 2 (dua) per ua an um yang erbeda, serta lelang gula ilegal ini adalah termasuk lelang eksekusi yang termasuk dalam pengecualian dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, sehingga KPPU seharusnya menyatakan dirinya tidak berwenang memeriksa pelelangan gula ilegal tersebut.
ABSTRACT
An auction of 58.000 ton illegal white crystal sugar in January 4th 2005 has raised many critics from society. The society demanded that the auction to be cancelled since the price formed in the auction can negatively influence Indonesia economy. Many people questioned the legality of the auction procedures since it was considered had many anomalies. Business Competition Supervisory Committee (“KPPU”) decided to scrutiny on the auction and has decided that there was a violation of Article 22 Monopoly Regulation and Fair Trade Act, Act Number 5 of 1999 and punished parties related to the auction. There are two major issues regarding the auction which are the legality of the auction and the competency of KPPU in examining the auction. This research’s methodology is Yuridis Normatif (library research) focus on Auction Law with explanatory research type to have a holistic and integrated information regarding the auction. The data sources are from secondary type of data which consist of primary, secondary, and tertiary source of data. The result shows that the auction has fulfilled the obligatory requirements set on Finance Ministerial Decree Number 304/KMK.01/2002 about Auction Guidance, and regarding KPPU decision of violation Article 22 about scheme in tender offers, KPPU has made no differences between an auction and a tender offer where as an auction and a tender offer is two different legal conducts, moreover the auction is classified as execution auction which is excluded from Monopoly Regulation and Fair Trade Act, Act Number 5 of 1999, therefore KPPU should have no authority in examining the auction.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T24743
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldy Ryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Pelelangan 58.000 (limapuluh ribu) ton gula kristal putih ilegal pada tanggal 4 Januari 2005 telah menimbulkan banyak kntik dari masyarakat. Masyarakat menuntut pembatalan lelang tersebut karena harga lelang yang tercipta sangat rendah sehingga dapat mengganggu perekonomian Negara. Banyak pihak yang mempertanyakan mengenai keabsahan lelang tersebut karena banyaknya kejanggalan dalam pelaksanaan lelang tersebut. Komisi Pengawas Persaingan usaha (untuk selanjutnya disebut KPPU ) merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan terhadap pelelangan tersebut dan memutuskan bahwa telah ada pelanggaran ketentuan Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan oleh karenanya menghukum pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan lelang tersebut. 2 (dua) permasalahan utama dalam Tesis ini adalah mengenai keabsahan lelang gula ilegal tersebut dan mengenai kewenangan KPPU dalam memeriksa pelelangan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Yuridis Normatif (penelitian kepustakaan) mengenai hukum lelang dengan tipe penelitian eksplanatoris untuk memperoleh informasi secara menyeluruh dan terintegrasi yang terkait dengan kasus pelelangan gula ilegal. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang diteliti secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelelangan gula ilegal tersebut telah memenuhi tata prosedur suatu pelelangan berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 304/KMK.01/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, dan Putusan KPPU yang menyat an a anya pelanggaran Pasal 22 mengenai mengenai persengkongkolan untuk menentukan pemenang tender, KPPU telah menyamakan definisi tender dengan lelang, dimana sesungguhnya antara lelang dan tender adalah 2 (dua) per ua an um yang erbeda, serta lelang gula ilegal ini adalah termasuk lelang eksekusi yang termasuk dalam pengecualian dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, sehingga KPPU seharusnya menyatakan dirinya tidak berwenang memeriksa pelelangan gula ilegal tersebut.
ABSTRACT
An auction of 58.000 ton illegal white crystal sugar in January 4th 2005 has raised many critics from society. The society demanded that the auction to be cancelled since the price formed in the auction can negatively influence Indonesia economy. Many people questioned the legality of the auction procedures since it was considered had many anomalies. Business Competition Supervisory Committee (“KPPU”) decided to scrutiny on the auction and has decided that there was a violation of Article 22 Monopoly Regulation and Fair Trade Act, Act Number 5 of 1999 and punished parties related to the auction. There are two major issues regarding the auction which are the legality of the auction and the competency of KPPU in examining the auction. This research’s methodology is Yuridis Normatif (library research) focus on Auction Law with explanatory research type to have a holistic and integrated information regarding the auction. The data sources are from secondary type of data which consist of primary, secondary, and tertiary source of data. The result shows that the auction has fulfilled the obligatory requirements set on Finance Ministerial Decree Number 304/KMK.01/2002 about Auction Guidance, and regarding KPPU decision of violation Article 22 about scheme in tender offers, KPPU has made no differences between an auction and a tender offer where as an auction and a tender offer is two different legal conducts, moreover the auction is classified as execution auction which is excluded from Monopoly Regulation and Fair Trade Act, Act Number 5 of 1999, therefore KPPU should have no authority in examining the auction.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T37029
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitzgerald, Penelope
London: Everyman's Library, 2001
823.8 FIT b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilia
Abstrak :
Dalam penggambaran di layar, seringkali agama dan horor ditempatkan pada sisi yang berlawanan. Agama dalam film adalah antitesis dari horor, jarang sekali yang berani masuk ke dalam konsep agama itu sendiri sebagai sumbernya. Misa Tengah Malam Netflix (2021) oleh Mike Flanagan mengeksplorasi topik ini dengan cara yang lebih dalam namun halus. Karena serial ini dirilis kurang dari dua tahun sebelum artikel ini ditulis, sebagian besar artikel yang ditemukan berfokus pada aspek sinematik dan penampilan para aktor. Artikel ini mengkaji penggunaan religiusitas yang terang-terangan untuk memajukan narasi horor, khususnya sifat malaikat dan vampir yang dapat dipertukarkan. Dengan menggunakan metode analisis tekstual, penulis menyimpulkan bahwa horor hanya dapat dikontekstualisasikan kembali ke dalam perspektif suci karena agamalah yang menjadi cikal bakal horor tersebut. ......When it comes to on-screen depictions, oftentimes religion and horror are placed at opposing sides. Religion in film is the antithesis of horror, rarely does it venture into the concept of religion itself as the source. Netflix's Midnight Mass (2021) by Mike Flanagan explores this topic in a deeper yet subtle manner. Since the series was released less than two years before this article was written, most of the articles found are focused on the cinematic aspect and the performance of actors. This article examines the use of overt religiousness to push forward the horror narrative, particularly the interchangeable nature of angels and vampires. By using textual analysis as a method, the writer concludes that horror can only be recontextualized into a holy perspective because religion is the origin of said horror.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Sih Kinanti
Abstrak :
Representation of homosexuality constructed by heterosexuality through various discourses has placed homosexuals as the other and the outsider in social life. Heterosexuality (as the dominant) constructs homosexuality (as the subordinate) based on their sexual behavior that is considered abnormal, immoral and not human. Therefore, they belong to no sexual category in heterosexual society. The above mentioned situation has moved homosexuals to make resistance by constructing alternative homosexuality representation in any field, including literature. Through literature, homosexuals in the United States of America struggle for their identity in any discourses in 1980s in articles in newspapers, journals published by gay or anti gay organizations. And later representation of homosexuality constructed by heterosexuality was internalized by three plays: As Is, Safe Sex and The Way We Live Now but then deconstructed by Angels in America. Just as the other plays in 1980s, As Is, Safe Sex and The Way We Live Now arise empathy and sympathy of the readers or the audience since they show the suffering of homosexuals having AIDS disease and representation of homosexuality as the Other, the Sinner and the Polluting person. Whereas Angels in America which was written in the same decade as the three mentioned plays, differ in presenting life, attitude, and courage of homosexuals towards Queer Culture era, an era that was begun in 1990 when homosexuals wanted to show homosexuality as a sexual identity. Angels in America tries to make a new representation of homosexuality by using religion and AIDS, as also used by heterosexuality, as a political means to deconstruct and show homosexuality as a sexual identity, a third sexual category, as the honored man and Savior. Homosexuality in Angels in America is regarded as sexual identity, just like male or female. It is not considered as a dirty and dangerous sexual behavior even one of the characters, a homosexual with AIDS, is elected as a prophet after having sexual intercourse with an angel. Instead of polluting the social life with their sexual behavior, homosexuality, and AIDS, has an important role as a prophet to bring human being towards a better life.
Representasi homoseksualitas yang dibuat oleh heteroseksualitas melalui berbagai bentuk wacana menempatkan mereka pada tempat tersisih dan di luar kehidupan masyarakat. Heteroseksualitas (sebagai pihak yang menguasai) membuat konstruksi homoseksualitas (yang dikuasai) berdasarkan perilaku seksual yang tidak umum, tidak normal, berdosa, dan tidak masuk aka!. Oleh karena itu, mereka menempatkan homoseksual pada tempat tersisih dan tidak dapat digolongkan pada kategori seksual yang dibuat oleh masyarakat. Keadaan tersebut telah mendorong para homoseksual untuk membuat resistensi dengan membuat representasi homoseksualitas tandingan, misalnya lewat bidang sastra. ltulah yang diperjuangkan oleh para homoseksual di Amerika Serikat. Perjuangan mereka muncul dalam wacana-wacana pada tahun 1980-an dalam artikel di surat kabar, di jurnal baik yang dikeluarkan oleh organisasi gay atau anti gay dan kemudian diinternalisasi oleh tiga drama pendek As 1s, Safe Sex, dan The Way We Live Now dan dibongkar oleh Angels in America. Seperti drama-drama gay pada umumnya pada waktu itu, As 1s, Safe Sex dan The Way We Live Now menimbulkan empati dan simpati pembaca atau penontonnya karena menampilkan representasi homoseksual sebagai Yang Lain, Yang Berdosa dan yang Mencemari seperti yang dibuat oleh heteroseksualitas. Sedangkan drama Angels in America yang berada pada dekade yang sama dengan ketiga drama di atas, mempunyai perbedaan dalam menampilkan kehidupan, sikap, dan kemauan para homoseksual yang lebih berani menuju era Queer Culture, suatu era yang dimulai tahun 1990 ketika para homoseksual menampilkan homoseksualitas sebagai identitas seksual. Sama seperti heteroseksualitas yang menggunakan agama dan AIDS sebagai alat politik untuk membuat representasi homoseksualitas, Angels in America membuat representasi homoseksualitas yang baru yaitu sebagai identitas seksual, Yang mulia dan Penyelamat. Homoseksualitas dalam Angels in America dipandang sebagai identitas seksual, sama seperti laki-laki atau perempuan dan tidak dipandang kotor bahkan diangkat menjadi nabi. Oleh karena itu, tidak mencemari kehidupan masyarakat dengan perilaku seksual dan AIDS, yang identik dengan homoseksual, tetapi menyelamatkan kehidupan manusia dengan menyadarkan mereka untuk segera bertindak untuk kehidupan yang lebih baik.
2001
T3600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Parwati Setyorini Soejono
Abstrak :
Isi skripsi ini adalah mencari makna konsep _only concept_ dalam novel Howards End dan membuktikan konsep _only concept_ merupakan tema dasar novel Where Angels Fear to Tread dan A Passage to India. Sifat skripsi adalah analisa struktual, yaitu membahas makna novel menrurut beberapa unsur pembentuk yang paling menonjol dalam menerangkan makna seperti alur, penokohan dan pelambangan. Tujuan skripsi ini adalah memperlihatkan kaitan antara pandangan pribadi EM Forster dengan tema atau makna dasar novel-novelnya dan dengan demikian meningkatkan apresiasi terhadapnya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library