Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isbandi Rukminto Adi
Abstrak :
Kemiskinan adalah masalah yang tidak ada habisnya dibahas dari generasi ke generasi. Apalagi pascakrisis moneter dan ekonomi yang meningkatkan jumlah penduduk miskin di Indonesia secara cukup drastis. Artikel ini mencoba membahas masalah kemiskinan secara multidimensi, yang merupakan cara pandang yang digunakan dalam pendekatan pembangunan sosial, yaitu melihat permasalahan dari dimensi mikro, mezzo maupun makro. Di samping itu, artikel ini memberikan tawaran alternatif strategi jangka panjang yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. Strategi tersebut juga meliputi strategi untuk memperbaiki kondisi yang ada melalui perubahan yang dilakukan pada dimensi makro, mezzo dan mikro, seperti telah diuraikan sebelumnya.

Poverty is one of many problems that always been discussed from generation to generation. Especially, after the monetary and economic crisis where the number of people who live below poverty line was increased rapidly. This article will discuss the Poverty problems from the multi-dimensional standpoint which has been adopted by the social development approach. This approach view problem from the micro, mezzo and macro dimensions. After discussing several roots of poverty, this article will suggests an alternative strategy which can be undertaken in order to reduce the number of Indonesian people who live below the poverty line. This strategy also include the strategy to improve the existing condition by changing the micro, mezzo, and macro dimensions which has been analysed before.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ginanjar Maulana Faturohman
Abstrak :
Sejak Pandemi Covid-19 melanda indonesia, kesehatan menjadi hal yang utama. Gaya hidup sehat menjadi hal yang sangat penting untuk menaikkan imunitas. Penelitian WHO menunjukkan adanya penurunan aktifitas fisik dan pola hidup sehat selama masa Pandemic. Mayoritas penurunan perilaku hidup sehat terjadi di kalangan remaja. Dalam berbagai penelitian lain, gaya hidup tidak sehat pada remaja mendorong seseorang untuk menggunakan narkoba pada masa dewasanya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko penyalahgunaan narkoba serta upaya untuk meningkatkan imunitas di masa pandemic ini adalah melalui perubahan tingkah laku hidup sehat yang dapat dijalankan melalui program di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji intervensi self as doer dalam meningkatkan gaya hidup sehat siswa di salah satu sekolah di daerah Bekasi. Studi baseline yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pola hidup tidak sehat serta siswa yang menyalahgunakan narkoba di Sekolah ini cukup banyak. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental dengan two group pretest posttest design, studi dengan menggunakan siswa kelas X (n= 57) dari salah satu sekolah di Bekasi. Instrumen yang digunakan adalah Exercise Orientation Questionnaire (EOQ) untuk mengukur tingkat gaya hidup sehat siswa. Hasil uji beda menunjukkan peningkatan gaya hidup sehat signfikan (p<0.05) setelah intervensi Self as doer yang dijalankan selama satu bulan. Diindikasikan bahwa intervensi memiliki efektivitas pada sampel siswa kelas X sekolah menengah atas tersebut, namun validitas eksternal dan dampak pada pencegahan penyalahgunaan napza membutuhkan studi dengan sampel penelitian lebih besar dan desain penelitian yang lebih sistematis. ......Since the Covid-19 pandemic occure in Indonesia, health has become the main thing. A healthy lifestyle is very important to increase immunity. WHO research shows a decrease in physical activity and healthy lifestyles during the Pandemic. The majority of the decline in healthy living behavior occurs among adolescents. In various other studies, unhealthy lifestyles in adolescents encourage someone to use drugs in adulthood. One of the efforts that can be done to reduce the risk of drug abuse as well as efforts to increase immunity during this pandemic is through changes in healthy living behavior that can be carried out through programs in schools. The purpose of this study was to examine the self as doer intervention in improving the healthy lifestyle of students in a school in the Bekasi area. The baseline study conducted in this study shows that there are quite a lot of unhealthy lifestyles and students who abuse drugs in this school. The purpose of this study was to examine the self as doer intervention in improving the healthy lifestyle of students in a school in the Bekasi area. The baseline study conducted in this study shows that there are quite a lot of unhealthy lifestyles and students who abuse drugs in this school. This study used a quasi-experimental design with a two group pretest posttest design, the study used class X students (n = 57) from a school in Bekasi. The instrument used is the Exercise Orientation Questionnaire (EOQ) to measure the level of students' healthy lifestyle. The results of the different test showed a significant increase in a healthy lifestyle (p<0.05) after the Self as doer intervention which was carried out for one month. It is indicated that the intervention has effectiveness in this sample of class X senior high school students, but its external validity and impact on drug abuse prevention requires a study with a larger research sample and a more systematic research design.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Esther Meira
Abstrak :
Kesiapan kerja mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial didapatkan dari mata kuliah Praktikum 1 dan Praktikum 2 yang merupakan experiental learning. Di masa pandemi pelaksanaan praktikum mengalami perubahan-perubahan yang harus diikuti oleh adaptasi mahasiswanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan adaptasi mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum di masa pandemi di Program Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP UI dan faktor pendukng dan penghambat adaptasi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2022 hingga Juli 2023. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam secara luring terhadap tiga informan mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia, satu informan koordinator praktikum dimasa pandemi dan satu informan supervisor sekolah yang dipilih dengan purposive sampling. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi pada mata kuliah praktikum adalah dari luring menjadi daring dan hybrid, alokasi waktu praktikum, format laporan mingguan, dan fleksibiltas supervisi. Adaptasi mahasiswa dilakukan di setiap tahapan intervensi sosial dalam pelaksanaan praktikum, yaitu melakukan studi literatur, membangun kerjasama dalam kelompok praktikum, menggunakan bahasa dan tanda baca yang baik dalam ruang chat digital, serta kreatif dalam memanfaatkan teknologi daring. Keberhasilan praktikum didorong juga dengan faktor pendukung lain yaitu kemampuan mahasiswa menggunakan bahasa daerah, kemampuan mengoperasikan alat komunikasi digital, solidaritas kelompok, serta antusiasme mahasiswa. Terungkap pula adanya kendala yang dihadapi yaitu ketidaksiapan lembaga dalam menggunakan alat komunikasi digital, minimnya pengetahuan mahasiswa mengenai lembaga, kesulitan mencari lembaga untuk praktikum daring, serta masalah internal yang dihadapi mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi untuk pelaksanaan praktikum 1 dan 2 dan adaptasi mahasiswa terhadap perubahan yang terjadi di masa pandemi. ......The work readiness of Social Welfare Science students is obtained from Practicum 1 and Practicum 2 courses which are experiential learning. During the pandemic, the implementation of practicum has experienced changes that must be followed by student adaptation. The purpose of this study is to describe student adaptation in practicum implementation during the pandemic in the Social Welfare Undergraduate Study Program, FISIP UI and the supporting and obstructing factors of this adaptation. This research uses a qualitative approach with a descriptive research type. This research was conducted from November 2022 to July 2023. Data collection was carried out through in-depth offline interviews with three informants of Social Welfare Science students at the University of Indonesia, one informant of practicum coordinator during the pandemic and one informant of school supervisor selected by purposive sampling. The results revealed that the changes that occurred in the practicum course were from offline to online and hybrid, practicum time allocation, weekly report format, and supervision flexibility. Student adaptation is carried out at each stage of social intervention in practicum implementation, namely conducting literature studies, building teamwork in practicum groups, using clear language and punctuation in digital chat rooms, and being creative in utilizing online technology. The success of practicum was also driven by other supporting factors, namely the ability of students to use local languages, the ability to operate digital communication tools, group solidarity, and student enthusiasm. This also reveals the obstacles faced, namely the unreadiness of institutions to use digital communication tools, the lack of student knowledge about institutions, the difficulty of finding institutions for online practicum, and internal problems faced by students The results of this study are expected to add references to the implementation of practicum 1 and 2 and student adaptation to changes that occur during a pandemic.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This article gives a picture of a pictureof a poor community in Depok : povertyas something given, their problem with poverty, how poverty is given meaning, how poverty can by analysed using certain models of social analyses and what kind of social intervention is apropriate related to the problem and need of this poor community who is experiencing the so-called powerlessness.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Hernes
Abstrak :
Intervensi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi warga desa Sumurugul melalui pembangunan jaringan sosial dengan pengusaha lokal dalam mendukung program penurunan angka kematian ibu (AKI) di daerahnya. Secara spesifik, tujuan yang hendak dicapai adalah tumbuhnya kesadaran target group akan pentingnya sistem jaringan sosial, guna peningkatan ekonomi masyarakat desa, dan meningkatkan kapasitas inisiatif mandiri dari target group dalam membangun sistem jaringan sosial di desa Sumurugul. Pendekatan community development partnerships dan community development corporation memberikan kerangka landasan teoritis dan arah pengembangan jaringan sosial sebagai faktor strategic dalam rangka meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat desa Sumurugul. Kontribusinya dapat dikembangkan untuk memfasilitasi pengembangan jaringan sosial dan ekonomi di wilayah pedesaan lainnya di Indonesia. Hasil yang dicapai dalam program intervensi merujuk dan terakumulasi pada rangkaian teknik seperti: (1) Pelaksanaan diskusi terlaksana dengan baik, peserta sangat tertarik akan penjelasan fasilitator dan peserta dapat memahami akan arti pentingnya membangun jaringan sosial, (2) Melalui pelatihan pertama, tentang keterampilan pembuatan proposal, dalam hal ini pembuatan surat menyurat formal, awalnya peserta belum semua memahami aturan tata lulls surat menyurat yang resmi. Setelah diadakan pelatihan, peserta mampu membuat surat resmi berupa undangan formal, (3) Pada pelatihan kedua, keterampilan pelatihan pemetaan, peserta mampu mengidentifikasi potensi kelebihan dan kekurangan dirt dan mitra, sehingga kemampuan memetakan potensi sudah mereka kuasai, dan (4) Pelatihan ketiga berupa simulasi kunjungan ke pejabat negara teijadi perubahan sikap dan perilaku yang tampak, dimana peserta terlihat menjadi percaya diri, dan muncul snail] pemahaman barn, bahwa bertemu dengan pejabat pemerintah adalah hal yang tidak sulit, sepanjang aturan yang berlaku dilakukan.
This intervention held in intention to improve the economics of Sumurugul village society through social network development with the local businessmen to endorse the local Maternity Death Rate reduction program. Specifically, the purpose is the development of group target's conscience due importance of the social network, in order to improve society's economics, and enhancing an active participatory of the target group in developing the social network system in Sumurugul village. The results are; (I) the discussion was performed successfully, participants were attracted to facilitator's explanation and they are able to understand the importance of this social network development. (2) On the first training material, proposal training, this in the case is to create formal papers. Initially, participants did not entirely understand the formal papers conduct, whereas after the training, they are able to create a formal paper, a formal invitation. (3) In the second training of mapping, participants are able to identify their and their partners' potentials and shortcomings, thus, they have the ability to map the potentials, and (4) changing in attitude and behaviour is apparent upon the third training of simulation in visiting a state's official, where participants become more confident, and incurred a new understanding that meeting with a government official was not adifficult thing to do , as long as they obey the effective rules.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni P. Soebandono
Abstrak :
Program intervensi sosial ini bertujuan untuk memberdayakan komunitas desa Tegalgede dan dimaksudkan sebagai pemicu suatu perubahan sosial yang terencanakan (planned social change) dengan fokus untuk menghilangkan persepsi tidak berdaya (helplessness) warga desa tersebut. Tujuan utama dari intervensi ini adalah untuk memulai suatu proses perubahan sosial agar warga komunitas desa Tegalgede mampu keluar dari perasaan tidak berdayanya. Pemberdayaan komunitas ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Ortigas (2000) yang difokuskan melakukan intervensi untuk menghilangkan helplessness. Desa tersebut memerlukan suatu program intervensi karena desa "Tegalgede" termasuk kategori desa terisolir dan tertinggal (Inpres 1993) dan lebih dari 50% dari 1124 kepala keluarga termasuk pada kategori pra-sejahtera. Diantaranya 600 kepala keluarga dalah penerima Bantuan Langsung Tunai. Sampai saat ini desa tersebut belum pernah mempunyai suatu perencanaan pengembangan perekonomian desa, dengan fasilitas pendidikan, fasilitas umum, dan fasilitas aparat pemerintahan yang kurang memadai. Metode pendekatan dalam mengembangkan program intervensi ini dilakukan melelui metode kualitatif, dan sebagai tahap awal dengan pengembangan agen perubahan yang terdiri dari tokoh muda desa di komunitas desa Tegalgede untuk berperan sebagai fasilitator bagi warga desa lainnya, dan menggunakan koperasi sebagai sarana pengembangan sarana perekonomian desa tersebut. Pelaksanaannya dilakukan dengan kunjungan, pertemuan tatap-muka langsung dan komunikasi secara teratur dan konsisten yang terencanakan, dan difokuskan pada pengembangan kapasitas dari warga desa sebagai upaya menumbuhkan kemampuan untuk memecahkan masalah secara koiektif. Tahap awal dari perubahan sosial yang dilaksanakan selama 4 bulan (November 2005-Maret 2006) ini berhasil dengan terbentuknya kelompok agen perubahan yang telah berfungsi dengan balk, dan juga didirikannya dua koperasi di Tegalgede. Agen perubahan ini telah berhasil menumbuhkan kesadaran dan partisipasi aktif dari warga, tetapi masih diperlukan tahap lanjutan dari program intervensi untuk memelihara hasil yang sudah dicapai dan mengembangkannya dengan alat dan manual 1 panduan yang jauh lebih lengkap.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferona Rahmatya
Abstrak :
Kemiskinan sebagai masalah umum di antara negara-negara di dunia telah melahirkan fenomena anak jalanan. Anak jalanan adalah anak-anak yang selama 24 jam sehari menghabiskan waktunya di jalan, berusaha bertahan hidup dengan berbagai macam cara. Data BPS tahun 2000 menyatakan sekitar 31.000 anak jalanan tersebar di jalan-jalan Jakarta. Secara tidak sadar belajar berperilaku keras dalam usaha mempertahankan hidup. Mereka lupa akan kehangatan dan kasih sayang keluarga, dan tak jarang pula lupa akan jati diri. Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya seorang biarawati mencoba mengumpulkan beberapa anak jalanan, memberikan rumah sebagai wadah anak-anak tersebut tumbuh kembang menjadi keluarga dan memberikan mereka pendidikan formal dan non formal dengan tujuan agar anak tersebut dapat merasakan kembali hal mereka yang telah hilang dan kelak menjadi mandiri. Namun hal tersebut tidak mudah. Ratusan anak sudah keluar masuk dari rumah yang diberi nama rumah Kasih Mandiri. Hanya sedikit yang mampu beradaptasi.salah satu penyebab yang dirasakan adalah anak merasa tidak kohesif dengan keluarga barunya. Hal ini dipengaruhi sikap yang terbentuk di jalan yakni curiga dengan pihak baru, sulit berkomunikasi dengan bahasa positif, sulit bersikap saling menghargai dan sering berperilaku agresif untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, dilakukan intervensi dengan tujuan menciptakan anak yang selaras dengan norma YKM dengan salah satu tujuan kegiatan adalah meningkatkan kohesivitas melalui hubungan interpersonal. Menurut FIRO kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh kompatibilitas kebutuhan pada masing-masing anggota kelompok, Ada 3 jenis kebutuhan yakni kebutuhan untuk inklusi, kebutuhan untuk afeksi dan kebutuhan untuk kontrol. Kebutuhan ini akan diwujudkan melalui perilaku yang menginginkan dan yang mengekspresikan. Kelompok dikatakan kompatibel bila masing-masing anggota mendapat kepuasan atas pemenuhan kebutuhannya tersebut. Kegiatan yang dilakukan berupa experiential learning di alam bebas dalam waktu 6 jam. Melibatkan 22 peserta dari YKM yang berusia 16-18 tahun. Kebutuhan dan perilaku diukur melalui kuesioner FIRO-B. Berdasarkan hasil pretes dan postest diketahui bahwa dalam 6 jam waktu pelatihan ada peningkatan mean terhadap perilaku inklusi (yakni dari 10,45 menjadi 10,82) dan perilaku afeksi (yakni dari 8,64 menjadi 9,14). Ada penurunan mean terhadap perilaku to control (yakni dari 5,64 menjadi 5,59) dan mean yang tetap terhadap perilaku to be control (3,82). Penurunan mean terhadap perilaku to control dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan untuk mengkontrol pada hampir seluruh peserta 71%. Pada saat pelatihan mereka belajar untuk sating berbagi kontrol sehingga perilaku mengkontrol mereka berkurang. Sedangkan bila dibandingkan antar kelompok, ada 1 kelompok yang memiliki peningkatan pada keempat area kebutuhan dan 1 kelompok yang sama sekali tidak ada peningkatan pada keempat area kebutuhan. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang mempengaruhi keberhasilan kelompok antara lain ada pembagian peran dalam kelompok yang baik, saling menerima dan mendukung, lalu membuka diri dan memiliki keinginan berkompetisi yang tinggi.
Poverty as major problems around countries in the world has establishing street child phenomena. Street child are children that spend 24 hours everyday in his/her life in the street, trying to make a living. Based on Central Statistic bureau, around 31,000 street children spread along Jakarta's main roads. Unconsciously, they were learning how to behave violence on way to survive. They can't remember about families warm, love and caring, and many of them, especially teenager having diffusion of their identity. Lot of effort have been made, one of them are there is noun open her heart to gathered few street children, giving place to stay as home, so the children can growing up like other children. Giving them informal and formal education, for their right as a child and preparing them to become more independent. It is not as simple as it thought. Hundred street children coming and go, but only few of them are able to adapt and living in this house. One of the reason are they are not feeling cohesive with their new family. This influence with the attitude built in the street, which is less trust with other people, lack of positive communications, hard to give respect to other and often give aggressive behavior to solve problems. Due to that problem interventionist conducting intervention in order to reducing gap between children and YKM related with norms through interpersonal relation. According to FIRO, group cohesiveness influenced by compatibility of members need. There are 3 kind of need, need for inclusion, need for affection and need for control. These needs can be seen by members wanted and expressed behavior. Group compatible if each members satisfying by fulfilled their need. Experiential learning in outdoor will be use as training method and participated by 22 children from YKM aged 16-18 years old and takes time around 6 hours training. FIRO- B questionnaire will be use to measure differences in need and behavior. Based on pretest and posttest result, there are increasing mean of inclusion behavior (pretest=10,45;posttest =10,82) and affection behavior (pretest=8,64; posttest=9,14). It is different with control. There is decrease mean in behavior to control (pretest-5,64; posttest-5,59) and no difference in mean of to be control behavior (3,82). Decreasing mean to control behavior happened influence by most of all participant have high need to control (71%), During training session they learn how to share control with other members. Comparison among groups, I group has increased mean for all area and 1 group doesn't have any change in all area. Based on this training, group success influence by good role defined, respect and motivate each other, open self to other members, and having high competition need.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hirayanti
Abstrak :
Desa Cibalung adalah suatu desa di Kabupaten Bogor yang terletak di kaki gunung Salak di kecamatan Cijeruk. Desa ini sangat unik. letaknya cukup strategis, namun sulit berkembang. Untuk mencapai desa ini dapat melalui dua arah yaitu : 1. Dari arah kota Bogor melalui jalan raya Sukabumi, namun jalan ini sangat macet karena kepadatan lalu lintas di persimpangan Ciawi yang sekaligus dijadikan pasar. Titik rawan kemacetan selanjutnya terjadi di pasar Cikereteg dan Cimande. Selain itu, dengan banyaknya pabrik di sepanjang jalan raya dari Ciawi ke arah Sukabumi turut menycbabkan kemacetan di sepanjang jalan tersebut. Dengan kondisi tersebut, untuk mencapai desa Cibalung dibutuhkan waktu lebih dari 2 jam, padahal jarak untuk mencapai desa tersebut hanva sekitar 30 km dari tol ke Ciawi (Pam Bensin Sentul). 2. Dari arah kota Bogor melalui jalan raya Cipaku melewati desa Pamoyanan ke arah Cihideung. Walaupun jalannya sempit dan berkelok-kelok, namun cukup lancar meskipun jarak tempuhnya Iebih jauh ± 10 km dibandingkan dengan jalan melalui jalan raya Sukabumi seperti di atas. Dengan demikian, waktu tempuh yang diperlukan lebih cepat, yaitu sekitar 1 jam dari tol Pom Bensin Sentul arah Bogor. Udara di desa Cibalung cukup segar dan dingin di malam hari karena masih banyak pepohonan besar. Batas satu desa ke desa lainnya cukup jauh dan harus melalui jalan yang masih berbatu. Jalan masuk ke desa Cibalung masih berbatu dan sempit. Sebenarnya pembangunan jalan aspal mulai dari pintu masuk jalan raya Cihideung sampai ke arah Caringin baru selesai dibangun sebelum pemilu tanggal 20 September 2004. Pembangunan jalan ini dibiayai oleh pemerintah kecamatan Cijeruk namun belum sampai masuk ke dalam desa Cibalung. Untuk pembangunan jalan aspal di desa Cibalung harus diupayakan dari usaha swadaya masyarakat desa, karena jalan itu bukan jalan utama lalu lintas kecamatan (masih merupaka jalan desa).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liem, Andrian
Abstrak :
Jumlah remaja yang mencoba rokok di Indonesia semakin tinggi dan usia kali pertama mencoba juga semakin dini. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan “Siapa atau apakah yang menjadi pendorong utama remaja Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, untuk merokok?” menggunakan Teori Pengaruh Triadis (lingkungan budaya, situasi sosial, dan personal). Penelitian ini hanya berfokus pada pengaruh agen lingkungan budaya (media massa) dan situasi sosial (keluarga dan teman). Sebanyak 390 remaja menjadi sampel dan diambil dengan convenience sampling yang berasal dari 12 SMP di DI Yogyakarta. Rerata usia subjek adalah 14 tahun dengan komposisi putra:putri adalah 55,6%:44,4%. Data dikumpulkan melalui kuesioner anonim yang terdiri dari tujuh bagian. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif, tes Chi Square, dan regresi logistik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa teman memiliki pengaruh paling kuat terhadap perilaku merokok remaja DI Yogyakarta dibandingkan dengan media massa dan keluarga. Di antara berbagai sub-agen media massa, bukanlah televisi melainkan billboard yang lebih berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Pengaruh orang tua tidak lebih besar secara signifikan dibandingkan saudara kandung dan anggota keluarga lain terhadap perilaku merokok remaja. Teman sekolah tidak lebih berpengaruh secara signifikan dibandingkan teman di lingkungan rumah dan teman selain di sekolah dan lingkungan rumah terhadap perilaku merokok remaja. Berdasarkan hasil temuan tersebut, usulan intervensi yang dapat diterapkan adalah denormalisasi konsumsi rokok dan intervensi yang berdampak sistemik, seperti peningkatan harga rokok, pembatasan iklan dan promosi, serta regulasi penjualan rokok. ......The number of youth who try smoking is increasing, and the onset is getting earlier. This study tries to answer “Who or what are the main reasons of smoking for Indonesian adolescents, especially in DI Yogyakarta?” through Theory of Triadic Influences (cultural environment, social situation, and biology/personality). Current studies have focused nly on cultural environment (mass media) and social situation (family and friends) influence. The sampling was conducted through convenience sampling method to 390 adolescents from 12 junior high schools in DI Yogyakarta. The average age of the subjects is 14 years old, with male to female ratio 55.6%: 44.4%. The data were collected through anonymous questionnaires consisting of seven parts. Descriptive analysis was applied to the collected data by means of Chi Square test and logistic regression. The result showed that friends’ influence was the strongest compared with mass media and family to adolescents’ smoking behavior. Among several sub-agents of mass media, it was not television but billboards that had stronger influence. Parents’ influence was not significant compared with siblings and other family members. School friends’ influence was not significant compared with friends from school and other friends. Based on the findings, the applicable proposed interventions are denormalization of cigarette consumption and systematic intervention, such as raising the tobacco price, limiting advertisement and promotion, also regulating tobacco sales.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Shinta S. Sudono
Abstrak :
Sport is a school for life. Program aksi yang dilaksanakan oleh Yayasan SEKAM untuk mencegah keterilbatan anak-anak dalam peredaran narkoba melalui kompetisi bola. Kompetisi bola dan penyebaran informasi mengenai narkoba tidak cukup untuk dapat memberikan penguatan kepada anak-anak, terutama anak jalanan yang beresiko tinggi. Perlu adanya intervensi lanjutan bagi kelompok-kelompok tim bola yang beresiko tinggi terhadap terpaparnya narkoba. Karena itu, penguatan tim bola dalam sportivitas permainan melalui kepemimpinan dan team building menjadi tujuan spesifik intervensi. Pendekatan yang dipakai dalam intervensi sosial ini adalah The five C's. Sedangkan untuk peningkatan kepemimpinan, digunakan pendekatan kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard melalui pencapaian gaya kepemimpinan partisipatif dengan komunikasi dua arah. Pendekatan team building menggunakan Model tahap-tahap pembentuk kelompok dari Tuckman. Program intervensi dirancang dalam 1 I tahap kegiatan, mulai dari lobbying hingga evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan program berjalan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Tujuan kegiatan terpenuhi, ditandai dengan tercapainya indikator keberhasilan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>